Agama Islam
senantiasa mengajarkan kebaikan kepada sesama. Kebaikan dan kehebatan seseorang
akan dinilai dari berbagai hal. Ada yang melihatnya dari sudut pandang kepandaian,
keluasan wawasan atau pengetahuannya, jiwa sosialnya melalui sikap kedermawanan,
kegemarannya membantu orang lain baik melalui harta maupun tenaga dan pikiran.
Dasar kebaikan seseorang pun dilandasi dengan berbagai motif. Mulai dari ingin
dipuji orang, ingin mendapatkan pengakuan, mengharapkan ganjaran pahala dari
Tuhan YME, ingin mendapatkan kebaikan berupa surga, ingin berbagi kebahagiaan
dan rejeki yang diperoleh, murni karena
terdorong ingin melakukan solidaritas sosial, hingga yang memang tidak
mengharapkan apapun dari tindakan baiknya kepada orang lain.
Nabi SAW dalam banyak
kesempatan juga telah memberikan petunjuk-petunjuk-Nya kepada manusia, bagaimana ia berakhlak kepada
orang lain. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya: “dari Abu Hurairah R.A. berkata: bersabda
Rasulullah SAW: barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaknya ia berbuat baik terhadap tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada
Allah dan hari akhir maka hendaknya ia menghormati tamunya. Dan barang siapa
beriman kepada Allah dan hari maka hendaknya ia berkata baik atau (kalau tidak
bisa) lebih baik diam”. (HR Ahmad, Buchori, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Hibban).
Dengan
memiliki kegemaran memberi kepada orang lain, baik dalam bentuk harta, sumbangsih
tenaga maupun pemikiran, bahkan senyuman menjadikan seseorang memiliki
barometer sebagai orang yang baik. Hal itu cukup beralasan karena :
1.
Akhlak merupakan cermin kepribadian seseorang, sehingga baik buruknya
seseorang dapat dilihat dari kepribadiannya. Salah satu yang diajarkan oleh Al Quran adalah sodaqoh atau
sedekah. Dalam
kehidupan setiap insan, diminta untuk berbagi kebaikan kepada orang
lain sebagai salah satu ibadah sosial.
Al Quran memang cukup memperhatikan
tentang sodaqoh, karena memang ia adalah sesuatu yang urgen dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan maupun keagamaan. Dengannya akan sangat mungkin terjadi
adanya keseimbangan antara si miskin dengan si kaya. Orang yang gemar bersedekah secara otomatis akan
mendapatkan nilai positif di mata manusia maupun di hadapan Allah SWT sebagai
orang yang baik.
2.
Setiap perbuatan baik pasti
membuahkan kebaikan pula. Seperti
halnya dijelaskan dalam Al Quran surat Ar Rahman: 60 yang artinya ”Adakah balasan kebaikan selain kebaikan”.
Buah kebaikan itu berlaku bagi orang yang berbuatnya,
maupun bagi orang-orang yang memperoleh manfaatnya. Nah, bagi orang yang suka memberi kepada orang
lain-dalam bentuk apa pun-akan menempel pada dirinya gelar sebagai sosok yang baik. Karena apa yang kalian tanam, itu juga yang akan kalian tuai.
Tanamlah sifat yang baik-baik, mudah-mudahan kebaikan itu akan kembali sendiri
kepada kita.
3.
Memang, cara Allah SWT memberi rizki ke pada
umat-Nya itu
sangat beragam dan banyak jalannya. Ada yang diberikan keluasan
kasih sayang dan cinta kasih kepada sesama. QS
Al-Hujarat merupakan salah satu surat yang menerangkan agar manusia tidak
berbuat kemaksiatan, menjalin hubungan baik dengan orang lain. Agar manusia dapat
hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainya, tidak
boleh tidak dia harus membatasi cintanya pada dirinya sendiri dan egoismenya.
Juga hendaknya ia juga menyeimbangkan cintanya dengan cinta dan kasih sayang
kepada orang lain, bekerja sama dengan atau memberi bantuan kepada mereka sehingga dengan membagikan cinta dan rasa kasih
sayang kepada orang lain bukan tidak mungkin kandidat sebagai orang baik akan melekat
pada diri manusia.
4. Perbuatan adalah cerminan isi
hati. Jika hati dipenuhi dengan kebaikan, maka sikap dan tindakannya pun akan
baik. Namun jika hati dipenuhi akan kepalsuan, maka prilakunya pun akan
menunjukan hal yang buruk. Rasulallah
SAW bersabda : “Ketahuilah,
sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu
baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk,
maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu
adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim). Perbuatan seseorang dengan memberi kepada orang
lain merupakan ciri orang yang baik dan merefleksikan hati (iman) yang baik
dari seseorang.
5.
Alam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan niat
yang mendasarinya, kriteria lain yang harus diperhatikan selain niat baik adalah cara melakukan perbuatan
itu. Ketika seseorang
mempunyai niat baik, maka dia harus melakukan dengan cara yang baik pula, maka orang tersebut akan di nilai baik karena melakukannya dengan niat yang baik dan cara yang baik pula.
Sebagai contoh, bersedekah adalah perbuatan yang baik, jadi sedekah tersebut harus diberikan dengan
cara yang baik sehingga tidak menyakitkan hati si penerima sedekah. Maka dari itu, manifestasi dari sedekah itu menjadi baik nilainya
dan berimbas pada nilai baik yang akan diterima si pemberi sedekah.
6.
Iman dan amal shalih yang
dilakukan manusia dalam bentuk perbuatan
baik seperti gemar memberi kepada orang lain merupakan ukuran dari seseorang
dapat dikatakan sebagai orang yang baik. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di
memaparkan sebuah kaidah berharga: “Al
Qur’an membimbing manusia agar memahami bahwa ukuran kebaikan seorang insan
adalah dari iman dan amal shalihnya”. Wujud dari kebaikan iman dan amal shalih tersebut memang dapat diimplementasikan
yang salah satunya adalah kegemaran seseorang untuk memberi kepada orang lain.
Allah SWT Maha Mengetahui keadaan
hamba-Nya. Dengan demikian nyata bahwa tidak ada gunanya mengaku-ngaku dan
merasa sudah baik, sudah shalih, sudah rajin beribadah, namun yang dilihat oleh
Allah SWT adalah
amalan kita, bukan pengakuannya. Apakah amalan kita sudah sesuai dengan
pengakuan? Apakah amalan kita sudah shalih? Ikhlas karena Allah dan sesuai
dengan tuntunan-Nya? Inilah yang semestinya menjadi perhatian untuk dikatakan sebagai orang yang baik.
Jadi, jelaslah bahwa perkara duniawi itu sama sekali bukanlah patokan kebaikan
seseorang. Orang yang mendapat kelebihan dalam perkara duniawi, bukan berarti
Allah SWT merahmatinya.
Sedangkan
orang yang diuji dengan kekurangan dalam perkara duniawi, bukan berarti Allah SWT memurkainya. Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan keimanan
dan amal shalih kita untuk mendapatkan kategori manusia yang baik, di sisi
Allah SWT dengan ikhlas melakukan kebaikan kepada orang lain hanya mengharapkan
ridho-Nya.
(Dikutip dari Berbagai Sumber untuk Materi Lomba Debat Bahasa Indonesia Tingkat Kab. Brebes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar