Selasa, 31 Agustus 2010

SASTRA ISLAMI

SASTRA ISLAMI

A. PENGARUH ISLAM DALAM KESUSASTRAAN INDONESIA
Pengaruh Islam dalam kesusastraan di Indonesia dimulai sekitar abad ke-13 yaitu ketika masuknya orang-orang Gujarat (keturunan India) dan Arab Persia ke Indonesia. Hal ttersebut berdasarkan pada bukti sejarah yang ditemukan oleh Marcopollo di Samudera Pasai (sekarang Sumatera) pada tahun 1292 yang mendapati adanya peninggalan golongan Islam di Sumatera. Dia menemukan sebuah prasasti pada batu nisan Malikussaleh (Sultan Pasai) yang memerintah di Samudera Pasai (Sumatera) pada akhir abad ke-13.
Beberapa bentuk karya sastra Islam mulai berkembang di Indonesia diawali dengan genre sastra pantun, sajak, kith’ah, hikayat, syair, nazam, gasal, kith’ah, dan roman. Karya sastra Islami yang bersifat modern bahkan kontemporer pada saat ini telah berkembang sangat pesat. Jenisnya tidak lagi hanya dalam bentuk pantun, hikayat, syair, nazam, gasal, kith’ah, dan roman saja tetapi sudah merambah ke genre cerpen, puisi, bahkan novel.

B. BENTUK SASTRA ISLAMI
1. Sajak
Merupakan bentuk genre dari pantun, cirinya pun hampir sama dengan pantun yang mengutamakan jumlah baris setiap bait, dan mengutamakan persajakan atau bunyi di akhir barisnya. Namun, keseluruhan syair adalah isi. Contoh sajak yang bernuansa Islami adalah sebagai berikut :

SUJUD

Oh, bukanlah dalam kata yang rancak
Kata yang pelik bercampur berserak
Memuji, meminta kepada pemberi nikmat dan laknat
Bukan dalam bentuk kata yang padat
Melainkan dalam maksud isinya sarat
Meratap, mengemis, menangis dalam sarikat salat

Pecah bejana lumbung dosa
Bernapas lupa termakan suka
Berduka disambung bahasa jalang
Ingat dosa berselubung malang
Mengenang sejarah tak pula kembali berulang
Karena senja kembali tidurkan petang

Besarkan budiman sertakan rayu
Dalam serikat doa menjadi padu
Pinta ampun dosa terdahulu

2. Pantun
Merupakan genre sastra tertua di Indonesia. Pantun Islami banyak berisi tentang nasihat untuk melakukan kebajikan, seruan amarma;ruf nahimungkar, dan lain-lainnya. Contoh pantun nasihat adalah sebagai berikut :

Pandang langit di ufuk barat
Merah tembaga silau mengkilat
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat

Buah cempedak dimakan ulat
Ulat mati karena obat
Jaga lisan luruskan niat
Agar hidup dipenuhi rahmat

Bertanam buah di negeri kiblat
Tak berjaya air di tanah berpasir
Tetap istiqomah dirikan salat
Jangan lupakan zakat agar tidak jadi kikir

Telanlah pahitnya obat
Agar badan menjadi sehat
Terimalah pahitnya nasihat
Agar hidupmu tidak tersesat


3. Kith’ah
Adalah sejenis puisi yang berasal dari saduran atau terjemahan puisi berbahasa Arab atau Persia yang berisi terjemahan makna suatu surat Al Quran atau peribahasa Islam. Contohnya kith’ah :

Jika ku lihat dalam tanah pada ihwal sekalian insan,
Tiadalah ku dapat bedakan perihal antara rakyat dan sultan
Fana juga sekalian yang ada, dengarlah yang Alloh Azzawajalla berfirman :
“Kullu Man’alaiha Fanin”
Barang siapa yang berada di atas bumi itu senyaplah jua

Jika kau lihat gunung tinggi mengapai awan
Tiadalah kau dapat berlari ke atasnya seperti Kan’an
Ketika nyawa akan berpisah dengan badan tak ada yang kuasa menahan,
Meski gunung menantang menjulang, Tuhan akan menghancurkan
“Fazaruhaqo’an Shof-shofan”
Maka DIA akan menjadikan gunung-gunung datar sama sekali.

4. Hikayat
Merupakan cerita kuno sejenis roman yang penggambaran/pelukisan ceritanya menggunakan bahasa khayal, Isinya bersifat istana sentris (bercerita tentang kehidupan sekitar istana, putrid dan raja) atau menceritakan tentang nenek moyang yang berasal dari dewa-dewa kayangan.
Cerita digambarkan dengan penuh kejadian yang mengagumkan dan menakjubkan dan cerita berakhir dengan bertemunya putrid raja dengan kekasihnya dan menikah kemudian hidup berbahagia dalam kerajaan yang makmur.
Beberapa contoh hikayat antara lain :

a) Hikayat 1001 malam
Menceritakan seorang raja yang berkuasa tetapi memiliki kekecewaan yang begitu besar akan cinta. Raja ini selalu membunuh kekasih dan permaisurinya hanya karena dia tidak ingin kecewa karena perasaan cintanya. Setiap memiliki permaisuri yang dinikahinya maka keesokan harinya istrinya itu pasti telah ditemukan tidak bernyawa lagi.
Setelah sekian banyak korban maka ada seorang putrid cantik, alim, dan bijaksana, anak menteri kerajaan. Raja jatuh hati kepadanya, mengetahui perangai sang raja puteri itu pun bercerita setiap malam dihadapan raja dan cerita itu tidak pernah berakhir dari satu malam ke malam berikutnya. Ceritanya senantiasa bersambung sampai raja lupa akan niatnya untuk membunuh sang putrid yang telah menjadi istrinya itu. Dikisahkan jika putrid itu bercerita hingga seribu satu malam untuk menaklukkan hati sang raja sehingga raja tersadar jika sesungguhnya masa lalu yang pahit itu tidak selamanya akan mengikuti hidupnya.
Cerita ini memiliki pesan jika kesuraman masa lalu seseungguhnya adalah pelajaran dan batu pijakan untuk tetap mengayuh biduk hidup di masa depan. Cerita ini mengajarkan manusia untuk tetap optimis menatap masa depan.Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

b) Hikayat Amir Hamzah
Merupakan karya sastra tertua berbentuk hikayat jumlah kisahnya beribu-ribu. Awal masuk ke Indonesia diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Karangan aslinya berasal dari Persia yang berbentuk sajak-sajak.
Salah satu ceritanya mengisahkan peperangan antara kaum kafir dengan muslim namun cerita dibalut dengan setting sedemikian rupa sehingga menghidupkan jalannya cerita. Peperangan yang terjadi di Mekkah itu berlangsung antara Amir Hamzah yang menjadi putra dari Abdul Muthalib dan Umar bin Khatab putra dari pembantu Abdul Muthalib yang bernama Ummaya Al Dahmri.

c) Hikayat Muhammad Ibnu Hanafiah
Merupakan cerita sage (cerita kepahlawanan) Islam, hikayat ini lahir sebelum lahirnya sejarah Melayu. Cerita ini berasal dari Arab Persia. Isi dan ceritanya pun berbeda-beda.
Keistimewaan cerita ini adalah wafatnya Muhammad Ibnu Hanafiah yang diceritakan gugur saat melawan Yazid putra Muawwiyah dari bani Ummayah. Diceritakan Muhammad Ibnu Hanafiyah meninggal dalam gua yang tertutup batu-batu. Dikalangan pengikut Ali bin Abi Thalib (kaum Syi’ah) ia dikenal sebagai ”Imam Tersembunyi” dan diyakini oleh kaum Syi’ah jika ia tidak mati dan diceritakan dia akan menjadi “Imam Ghaib”.

d) Hikayat Iskandar Zulkarnaen
Menceritakan tentang keberanian, sifat patriotisme yang tinggi dari Iskandar Zulkarnaen yang juga dikenal dengan nama Alexander yang Agung, yang berniat menaklukkan dunia dan menyatukannya dalam kekuasaan Iskandariah (kebudayaan Hellenisme). Diceritakan kerajaan Mesir, Persia, dan India berhasil ditaklukkannya tetapi saat perjalanan untuk menaklukkan Arabia dia meninggal.
Legenda yang terkenal dari cerita ini adalah ketika Iskandar Zulkarnaen mencari mata air kehidupan atau Maulhayat agar dia hidup kekal untuk dapat memimpin dunia. Namun dia tidak pernah berhasil. Ternyata kokinyalah yang berhasil menemukannya dan tanpa disadari koki (juru masak) yang waktu itu mandi di sebuah mata air yang ternyata Maulhayat yang memiliki keabadian. Iskandar Zulkarnaen marah dan berusaha membunuh kokinya tersebut dengan berbagai cara tetapi sang koki tidak dapat mati karena telah mandi di Maulhayat. Koki itu pun dibuangnya ditengah laut tetapi tetap tidak mati juga dan akhirnya koki itu menjadi hantu (penjaga) laut.
Cerita ini memiliki pesan jika hidup kekal atau abadai itu tidak mungkin bagi manusia karena hanya Alloh Azzawajalla yang abadi. Apabila benar terjadi maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan seperti yang dialami sang koki.

5. Syair
Merupakan genre sastra yang berasal dari peradaban dan budaya Arab. Syair berasal dari kata sya’ara berarti menembang atau syu’ur bermakna tembang jadi syair bermakna kata-kata yang ditembangkan. Biasanya syair berisi nasihat, cerita, dongeng, lukisan suatu peristiwa, pengajaran, dan lain-lain. Contoh syair berisi cerita :



HIDUP SENGSARA

Setelah didengar raja bestari
Murka baginda tiada berperi
Pedang terhunus baginda sendiri
Permaisuri tua meregangkan diri
Seraya katanya, janganlah begitu…
Pandanglah mata saudaramu itu
Jika dibunuh bundanya itu
Jadilah dinda tidak bertentu
Hidup dunia berasa sepi
Puspa bermekar dipagari
Mengharap wangi melambung tinggi
Merajuk hati hidupkan yang mati
Jangan siakan gunung seribu
Sembulkan pelita memangku daku
Berpandang terang merayu
Berkaca bahagia dituntun restu

6. Roman
Adalah karya sastra yang menceritakan perubahan nasib seseorang dari kisah hidupnya yang diceritakan dari lahir hingga matinya tokohnya. Roman yang berbau Islami di Indonesia sangatlah banyak salah satu pengarang roman yang terkenal adalahHaji Abdul Karim Amrulloh atau dikenal dengan nama Hamka. Salah satu romannya yang termasyur adalah “Di bawah Lindungan Ka’bah”.
Roman ini menceritakan kisah cinta yang berbalut religiusitas tokohnya. Kisah cinta antara Hamid dan Zaenab yang tidak mampu terwujud karena orang tua Zaenab tidak merestui hubungan Zaenab dengan Hamid yang notabene adalah seorang pemuda yatim yang miskin. Hamid adalah sosok pemuda yang berperangai baik, budi bahasanya santun, dan soleh. Dalam cerita ini dikisahkan jika Zaenab dan Hamid bersekolah ditempat yang sama karena Hamid merupakan anak angkat dari keluarganya Zaenab tetapi setelah selesai masa sekolah Zaenab dipingit oleh orang tuanya. Hal ini dilakukan sebagai isyarat yang paling halus untuk melarang Zaenab melanjutkan hubungan asmara anaknya dengan Hamid, anak angkatnya itu. Orang tuanya mengatakan jika Zaenab telah memiliki calon suami dan meminta Hamid untuk menjaga jarak dengan Zaenab bahkan meminta Hamid membujuk Zaenab agar mau menerima pinangan dari calon suami pilihan orang tuanya. Hal ini membuat Hamid sangat terpukul.
Merasa kisah cintanya tidak akan terwujud, maka Hamid pun memutuskan untuk mengembara mengelili dunia dengan tujuan untuk melupakan Zaenab. Ketika Hammid sedang berada di Mekkah melakukan ibadah haji dia bertemu dengan sahabatnya pada waktu sekolah di Padang Panjang dahulu yang kebetulan isterinya adalah teman Zaenab, bernama rosna.
Pertemuan suami Rosna dengan Hamid pun samapi ke telinga Zaenab. Kemudian Zaenab meminta kepada Rosna agar menyampaikan kepada Hamid agar pulang ke Padang Panjang karena Zaenab sedang sakit parah. Lama Zaenab menunggu kedatangan Hamid tetapi akhirnya Rosna pun mengirimkan kabar kepada Hamid jika Zaenab telah meninggal. Mendengar kabar itu Hamid semakin merasa hancur. Sebagai manusia saleh dia pun tetap bertawakal menerima kenyataan tersebut, berusaha ikhlas mengahadapinya. Di hadapan Ka’bah Hamid selalu berdoa agar Zaenab mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya. Tak lama kemudian meninggal ketika masih melakukan ibadah di Mekkah.

7. Puisi
Puisi-puisi Islami sudah sangat banyak lahir di era ini. Cirinya tentu saja sudah sangat jelas yaitu mengandung makna yang mendidik menurut ajaran Islam. Tokoh-tokoh puisi Islami juga tidak sedikit beberapa diantaranya adalah Emha Ainun Najib, Taufik Ismail, Ratih Sanggarwati, dan masih banyak lagi para pengarang dan penulis puisi Islami di Indonesia.

8. Nasyid
Merupakan syair yang didendangkan/dinyanyikan. Isi syair nasyid adalah syair yang membangun jiwa, nasihat ibadah, pujian kepada Nabi Muhammad SAW atau Alloh SWT, dan pesan moral lainnya. Nasyid merupakan kolaborasi antara sayair dan musik jadi dalam nasyid sering ada penggunaan alat musik sebagai pengiringnya.




SAJAK
Karya : Rifa’i Ali

AKHIRAT dalam DUNIA


Kalau saya mencari rosul,
Kucari rosul insan biasa,
Agar beliau dapat kususul,
Dengan hidup seperti biasa,

Saya bertemu dengan Muhammad,
Yang memandang ibadat, tiap laku,
Segala tanda gerak hayat,
Dengan syarat ada satu,

Ialah niat, kesadaran hati,
Bahwa sesuatu perbuatan
Dilakukan dengan mengerti,
Bahwa ia disukai Tuhan.

Muhammad nabiku, sudahlah tepat,
Meneladannya genap bahagia,
Sebab didalam menuju akhirat,
Aku hidup di pusat dunia.

Dari mandi bergosok gigi,
Bersisir berharum badan,
Sampai bercinta dengan istri,
Terhitung semua jadi amalan.

Sejak pencangkulan tanah di gunung,
Yang berpanas di sawah,
Hingga ke bankir di dalam gedung,
Terpandang mujahid yang berjuang.






BASMALLAH

Dengan bismillah disambut bidan
Dengan bismillah berkafan badan
Dengan bismillah hidup dan mati
Dengan bismillah diangkat bakti.





HIDUP

Ketika lahir disambut emban
Ketika mati dilepas salat,
Antara adzan dan sembahyang,
Wahai hidup alangkah singkat!

Datang ke dunia telanjang bulat
Pulang hanya berkain kafan
Jangan ke alam hati tertambat,
Alam tak dapat menolong badan!




Puisi
Karya : Chairil Anwar

DOA

Kepada Pemeluk Teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh

Caya-Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di malam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling














Sajak
Karya : Taufik Ismail

NASIHAT-NASIHAT KECIL ORANG TUA PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA

Jika adalah yang harus kau lakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kedzaliman
Jika adalah orang yang harus kau agungkan
Ialah hanya Rosul tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Illahi.

Selasa, 22 Juni 2010

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Model pembelajaran kooperatif Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu (1) efisiensi waktu pembelajaran karena siswa terbagi dalam kelompok-kelompok yang mempelajari sub-sub materi; (2) meningkatkan minat belajar karena setiap siswa merasa bertanggung jawab pada diri sendiri dan kelompoknya atas bagian materi yang dipelajarinya; dan (3) memberi kesempatan pada siswa untuk menjelaskan materi di dalam kelompoknya sehingga lebih memahami suatu materi tersebut.

Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif adalah selain membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran kooperatif juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka (Ibrahim,dkk, 2000). Dalam pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan dikehendaki untuk bekerja sama mengerjakan suatu tugas secara bersama-sama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Diharapkan dengan kerjasama siswa ini keterampilan untuk belajar bersama meningkat dan kemampuan siswa juga meningkat.(Ibrahim,dkk, 2000).

Pada penelitian ini Kompetensi Dasar (KD) siswa dijabarkan menjadi bebebapa indikator yang disesuaikan dengan kemampuan siswa, waktu yang tersedia dan fasilitas yang ada di sekolah. Kemampuan siswa yang dimaksud adalah siswa mampu mendeskripsikan pengertian sinonim dan polisemi, membedakan ciri sinonim dan polisemi, memberikan contoh struktur leksikal berupa sinonim dan polisemi, mengetahui dan menjelaskan suatu struktur leksikal dapat diklasifikasikan sebagai sinonim dan polisemi. Hal tersebut merupakan indikator yang harus dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran materi struktur leksikal berupa sinonim dan polisemi melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw.

Menurut Ibrahim,dkk. (2000), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
  1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
  2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.
  3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
  4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
  5. Siswa akan dikenai evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaanyang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
  6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri: (1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin berbeda-beda, (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

Ada berbagai model pembelajan kooperatif, diantaranya adalah: STAD (Student Team Division Achievment), Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan sebagainya. Dalam Jigsaw, siswa bekerja dalam tim-tim heterogen seperti STAD. Siswa ditugasi mempelajari wacana atau bahan-bahan lain untuk dibaca dan diberikan ”Lembar Ahli” yang berisi topik yang berbeda untuk anggota setiap tim agar pada saat membaca (mempelajari) perhatian siswa fokus pada topik tersebut. Apabila setiap orang telah selesai membaca, siswa dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu dalam sebuah ”kelompok ahli” untuk membahas topik mereka selama kurang lebih 30 menit. Para ahli ini kemudian kembali ke tim asal mereka dan secara bergantian mengajar teman satu timnya tentang topik-topik ”keahlian mereka”. Akhirnya siswa diberi kuis tentang seluruh topik, dan skor kuis tersebut menjadi skor tim seperti pada STAD. Kunci kebehasilan Jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkannya agar dapat mengerjakan kuis dengan baik (Nur, 2005).

Persiapan untuk menggunakan Jigsaw adalah:
  1. Bahan ajar; membuat Lembar Ahli dan lembar kuis untuk tiap unit bahan ajar
  2. Menempatkan siswa dalam Tim heterogen
  3. Menempatkan siswa dalam kelompok ahli
  4. Penentuan skor dasar awal
  5. Mengatur jadwal kegiatan dengan urutan: membaca (tentang topik-topik ahli), diskusi kelompok ahli, laporan tim, kuis dan penghargaan tim atau kelompok.


Sabtu, 15 Mei 2010

ASAL-USUL NAMA BEBERAPA DAERAH DI KABUPATEN BREBES (“Tancep Kayon”)


Sri Baduga Maharaja (Prabu Silihwangi II) adalah seorang raja di daerah Galuh Jawa Barat sebelum berdirinya Kerajaan Pajajaran di Jawa. Baginda raja memiliki seorang permaisuri yang bernama Dewi Sri Poaci Naganingrum yang sangat ayu atau cantik dan beliau pun memiliki seorang istri selir yang bernama Dewi Pangrenyep.
Pada saat yang bersamaan kedua istri Baginda Raja ini mengandung. Istri selir; Dewi Pangrenyep, melahirkan seorang putra terlebih dahulu dan diberi nama Raden Arya Bangah. Namun, kandungan Permaisuri Dewi Sri Poaci Naganingrum belum juga menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan padahal usia kandungannya telah tiba waktunya untuk melahirkan. Sehingga timbul praduga yang tidak baik mengenai kejadian tersebut di kalangan istana. Hal ini kemudian sengaja dimanfaatkan oleh istri selir Dewi Pangrenyep untuk membuat fitnah. Tujuannya adalah untuk menyingkirkan keberadaan Dewi Sri Poaci Naganingrum dari istana.
Untuk menjalankan aksinya, Dewi Pangrenyep kemudian menyusun siasat. Rencananya, Dewi Pangrenyep telah melakukan konspirasi dengan seorang dukun bayi. Hal ini dilakukan agar saat Dewi Sri Poaci Naganingrum akan melahirkan, maka Dewi Pangrenyep akan berpura-pura menawarkan bantuan jasa untuk membantu proses persalinannya. Kemudian saat yang dinantikan pun datang, Dewi Sri Poaci Naganingrum melahirkan. Di dalam bilik bersalin itu hanya terdapat seorang dukun bayi, Dewi Sri Poaci Naganingrum, dan Dewi Pangrenyep. Lahirlah seorang jabang bayi laki-laki, saat bayi tersebut lahir dengan segera Dewi Pangrenyep menggantinya dengan seekor anak anjing.
Setelah proses persalinan selesai, bayi laki-laki putra dari Dewi Sri Poaci Naganingrum kemudian segera dimasukkan kedalam sebuah Kandaga (tempat menyimpan perhiasan keluarga raja). Lalu dukun bayi tersebut membuang kandaga yang berisi anak dari Dewi Sri Poaci Naganingrum dan menyertakan sebutir telur di dalamya (sebagai bentuk sesajen keselamatan) dengan cara melarungnya di sungai Citandui. Tak berapa lama setelah proses persalinan Dewi Sri Poaci Naganingrum istana dibuat geger sebab ternyata anak yang dilahirkan oleh Dewi Sri Poaci Naganingrum adalah seekor anak anjing. Ulah dari Dewi Pangrenyep ini kemudian sampai ke telinga Baginda Sri Baduga Maharaja. Suasana tersebut tidak disia-siakan oleh Dewi Pangrenyep untuk mempengaruhi Sri Baduga Maharaja agar membunuh Dewi Sri Poaci Naganingrum. Kemudian disuruhlah seorang algojo dari istana untuk membunuh Dewi Sri Poaci Naganingrum karena telah mencoreng nama istana dengan kelahiran putranya tersebut. Kemudian diputuskanlah bahwa Dewi Sri Poaci Naganingrum dibunuh di luar istana agar tidak membawa nasib buruk bagi istana. Namun, ternyata algojo itu tidak tega membunuh Dewi Sri Poaci Naganingrum dan akhirnya dititipkan pada salah satu keluarga petani. Dewi Sri Poaci Naganingrum kemudian pergi bertapa ke sebuah hutan yang dipercaya sangat angker dan tidak diperbolehkan dimasuki oleh sembarangan orang, maka hidup Dewi Sri Poaci Naganingrum sebatang kara di hutan tersebut. Lalu terkenallah hutan tersebut sebagai Hutan Larangan. Artinya, hutan yang tertutup atau terlarang bagi sembarang orang.
Al kisah, bayi yang dibuang ke sungai Citandui kemudian ditemukan oleh seorang pasangan suami istri pencari ikan yang hidup di tepi hutan. Kakek nenek yang kebetulan tidak memiliki anak itu sangat senang dengan penemuan kandaga berisi bayi tersebut. Mereka bertanya-tanya siapakah gerangan orang tua bayi tersebut. Namun akhirnya mereka memutuskan untuk memelihara bayi yang mereka temukan di sungai tadi. Sesampainya di gubuk mereka telur ayam yang ada dalam kandaga kemudian mereka campurkan ke dalam sarang ayam yang sedang mengerami telur-telurnya. Kemudian telur tersebut menetas menjadi seekor jago dan diberi nama Abang Prenatas.
Belasan tahun kemudian, di istana Raden Arya Bangah Putra Dewi Pangrenyep telah beranjak menjadi remaja. Begitu pula dengan bayi Dewi Sri Poaci Naganingrum yang tumbuh sebagai sosok pemuda yang gagah. Pada suatu hari kakek nenek itu pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar dan diajaklah anak Dewi Sri Poaci Naganingrum itu. Didalam perjalanan anak tersebut banyak bertanya tentang apa saja yang dia temui di hutan. Suatu saat dia mendengar suara burung-burung dan melihat kearah suara lalu bertanya “Kek, apa itu?” si kakek pun menjawab “Itu Ciung namanya” tak berapa lama anak itu pun mendengar suara jeritan dari atas pohon yang berasal dari kawanan monyet karena penasaran ia pun bertanya kembali pada si kakek “Kalau itu apa Kek namanya?” lalu dijawab oleh kakek “Kalau itu Wanara namanya”. Anak itu kembali bertanya pada kakek itu “Kalau aku apa namanya Kek?”, maka kakek nenek itu saling bertatap kebingungan karena anak itu memang belum diberi nama sebab mereka berdua terbius oleh rasa gembira karena menemukan anak itu. Lalu anak itu pun diberi nama Ciung Wanara.
Seiring berjalannya usia, Ciung Wanara pun mulai bertanya tentang asal muasal kehidupan penghuni hutan hingga ia bertanya tentang asal-usul kelahirannya. Pada akhirnya Ciung Wanara mengetahui bahwa kakek nenek yang selama ini membesarkannya bukanlah orang tua kandungnya. Kakek nenekitu pun menceritakan bagaimana mereka sampai menemukan Ciung Wanara yang berada di dalam kandaga beserta telur ayam yang sekarang telah menetas menjadi seekor jago yang terseret arus Citandui waktu itu. Akhirnya muncullah tekadnya untuk mencari siapa gerangan orang tua yang sesungguhnya.
Suatu hari Ciung Wanara pun berpamitan kepada orang tua asuhnya itu untuk berangkat ke kota besar sambil membawa jagonya. Ciung Wanara berniat ingin melihat sabung ayam di istana. Terdapat kebiasaan menyabung ayam sebagai hiburan para pembesar istana dengan menggunakan taruhan yang besar. Terkenal di kalangan para penyabung ayam jika jago milik Raden Arya Bangah yang bernama Liring Galing sangat hebat dan selalu menjadi pemenang dalam sabung ayam. Tibalah Ciung Wanara di alun-alun istana, di mana sabung ayam biasa dilakukan.
Singkat cerita pertarungan antara jago milik Ciung Wanara, Abang Prenatas dengan jago milik Raden Arya Bangah, Liring Galih pun terjadi. Disaksikan sebagian besar warga Bumi Pakuwon yang menggerumuni alun-alun ingin menyaksikan pertarungan jago raja mereka terkenal hebat dan telah berkali-kali memenangkan pertarungan. Di Balik pertarungan itu Ciung Wanara dan Raden Arya Bangah saling bertaruh. Taruhannya adalah apabila jagi Ciung Wanara yang menang, maka Ciung Wanara meminta separuh kerajaan di wilayah kekuasaan Raden Arya Bangah dan jika Ciung Wanara yang kalah ia rela lehernya menjadi jaminan. Pada akhirnya jagi Ciung Wanara yang menjadi pemenang tetapi perjanjian yang telah disepakati sebelumnya dilanggar oleh Raden Arya Bangah yang tidak mau membagi wilayahnya kepada Cing Wanara sebagai pemenang.
Terjadilah pertempuran hebat antara keduanya. Pada akhirnya Raden Arya Bangah hanya berhasil menguasai wilayah Pakuwon Timur bersama pendukungnya sedangkan Ciung Wanara bverhasil menguasai Pakuwon Barat. Perjanjian perdamaian memang sudah sering dilaksanakan dan disepakati antara keduabelah pihak tetapi pada kenyataannya dalam waktu singkat perjanjian itu dilanggar. Hal itu yang sering terjadi pada orang-orang di Pakuwon Timur. Sebagian besar masyarakatnya tidak mau mengakui kekalahan rajanya dengan alasan yang bermacam-macam. Ada yang masih merasa getem atau jengkel tidak terima dengan kekalahan. Di Pakuwon Barat pun demikian, bahkan sebagian warga ada yang melarang anak gadis atau bujangnya untuk menikahi warga Pakuwon Timur. Ada juga yang tidak mau berdagang dengan orang ”sabrang kali” atau orang seberang sungai perbatasan itu, maksudnya Pakuwon Barat. Namun, hal seperti itu tidak berlaku bagi warga Pakuwon Timur. Mereka menganggap hal itu sebagai Sesutu yang lumrah, wajar bagi mereka. Biasanya hal yang biasanya diangga wajar, lumrah justru sering tersingkirkan, terdesak dan dianggap kalah, pihak yang dianggap aneh. Hanya sejarah yang membuktikan bahwa siapapun yang benar akan tercatat benar sedangkan yang salah akan tetap diingat-ingat.
Kekecewaan dan kemarahan orang-orang Pakuwon Timur terus menjadi apalagi rajanya sendiri tidak mampu mencegahnya bahkan seringkali memprofokasi, memanas-manasi rakyatnya untuk menyerang orang Pakuwon Barat dibawah kekuasaan Ciung Wanara. Seiring berjalannya waktu surutlah kemakmuran dan kejayaan Pakuwon Timur hingga pada suatu waktu ketika terjadi ekspansi kekuasaan dari sebuah kerajaan besar di bumi Jawa Timur, kerajaan Raden Arya Bangah berhasil ditaklukkan sedangkan Ciung Wanara dan orang Pakuwon Barat memindahkan kekuasaannya semakin jauh ke arah barat melewati sungai Citandeui (sekarang menjadi perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah).
Perpindahan dan kemunduran kekuasaan itu tidak serta merta menghapus jejak peninggalan yang telah tertanam di Bumi Pakuwon Barat (Ciung Wanara). Meskipun sejarahnya tidak banyak tertulis di dalam buku tetapi tersimpan dalam dongeng, legenda, babad, riwayat, dan kisah-kisah yang dituturkan para sesepuh, Meskipun banyak hulu cerita yang kabur dan tidak jelas mengenai symbol, perlambang, pantangan, tradisi, asal-usul nama tempat di Brebes dan beberapa kota di sekitarnya ini tetapi muaranya jatuh pada sebuah cerita yang berkaitan dengan Ciung Wanara. Ternyata bermacam cerita yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber berbagi cerita, dongeng, riwayat, dan legenda itu diwariskan oleh Kerajaan Pakuwon yang pada saat itu berada di wilayah yang sekarang bernama Bumiayu wilayah di sebelah selatan Kabupaten Brebes.
Apabila serius diteliti dimungkinkan peninggalan berupa sisa-sisa bangunan kerajaan, candi, prasasti, atau barang-barang antic peninggalan kejayaan Kerajaan pakuwon bisa ditemukan. Namun, diluar bukti-bukti otentik itu pun Bumi Pakuwon telah banyak meninggalkan bukti berupa kisah, dongeng, riwayat, babad, dan legenda yang pantas dijadikan pelajaran dan dipetik hikmahnya bagi pelajaran kehidupan warga Brebes saat ini.
Legenda Ciung wanara dari Bumi Pakuwon ini pasti mengingatkan orang pada legenda yang sama dari bumi Pajajaran di Jawa Barat. Disana pernah juga berdiri Kerajaan Pakuan yang dalam pelafalan atau pengucapan sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan Kerajaan Pakuwon. Lantas jika dipertanyakan apakah Pakuan itu sama dengan Pakuwon? Jawabannya tentu lebih tepat jika ahli sejarah yang memberikannya sebab keterbatasan pengetahuan penulis dan tidak dilakukannya penelitian lebih dalam mengenai dua kerajaan itu oleh penulis.
Yang jelas, legenda Ciung Wanara dari Bumi Pakuwon telah melahirkan nama-nama daerah di Brebes dan sekitarnya. Kata lain atau sinonim dari kata pantangan adalah pepali (sansekerta) yang bunyinya dekat sekali dengan nama sungai di Brebes yaitu Pemali. Dikisahkan pula bahwa sungai pemali itulah yang memisahkan dan menjadi pembatas wilayah antara Kerajaan Pakuwon Barat dan Pakuwon Timur. Diceritakan pula bahwa sungai Pemali itu menyimpan cerita ketika terjadi peperangan antara kedua wilayah bahwa munculnya pantangan (pepali) yang mengingatkan siapa saja warga Pakuwon Timur agar tidak menyeberangi sungai untuk menyerang atau ingin berbuat jahat pada Pakuwon Barat yang notabene tidak pernah mempermasalahkan pertikaian yang telah terjadi antara rajanya dulu. Oleh karena itu, kemudian jadilah nama sungai itu menjadi Sungai Pemali seperti sekarang ini. Bahkan sampai saat ini masih ada kepercayaan yang mengatakan sungai Pemali akan menghapus kekuatan gaib atau ilmu hitam (guna-guna, tenung, santet) yang melintas atau menyeberaninya untuk suatu kejahatan.
Pada saat terjadi perebutan kekuasaan kedua pangeran muda tersebut kemudian dikisahkan berpisah karena adanya ekspansi dari salah satu penguasa dari Jawa Timur sehingga Pakuwon Timur bisa ditaklukkan dan Raden Arya Bangah maupun Ciung Wanara masing-masing mengambil keputusan untuk meninggalkan Bumi Pakuwon. Perjalanan keduanya saat meninggalkan Bumi Pakuwon menyusuri aliran anak sungai Pemali yang merambat (jawa; merembet) melewati bukit-bukit di gunung Kumbang di sekitar hutan Larangan itu kemudian menjadi cerita lahirnya nama anak sungai Pemali yaitu Sungai Rambatan yang juga melewati desa Larangan.
Di sekitar sungai Rambatan itu dahulu banyak mengalir sungai-sungai kecil dari bukit-bukit anak dari gunung Kumbang yang masih berada di sekitar hutan Larangan dan sungai-sungai kecil itu banyak ditumbuhi oleh tanaman pandan liar. Sungai-sungai kecil tersebut dalam bahasa jawa dikenal dengan nama kalen dan dari situ kemudian lahir sebuah desa di sekitar aliran sungai Rambatan yang banyak dilewati sungai-sungai kecil (jawa; kalen) yang ditumbuhi tanaman pandan yaitu Desa Kalenpandan.
Ketika terjadi peperangan yang tidak berkesudahan itu, antara Raden Arya Bangah dan Ciung Wanara diceritakan mereka berjalan menyusuri sungai Pemali ke arah selatan dan beristirahat untuk berfikir tentang peperangan yang telah menelan banyak korban itu dan dirasakan peperangan hanya membawa kerugian saja. Perasaan (jawa; pangrasan) yang muncul dari kedua pangeran dari kerajaan Pakuwon itu saat beristirahat di suatu tempat ketika memikirkan peperangan yang selama ini berlangsung kemudian menjadikan tempat itu sekarang bernama Desa Pangarasan. Dikisahkan pula saat sering terjadi permusuhan dan penyerangan terjadi pula perundingan dan perundingan itu kerapkali dilakukan di sebuah batu karang yang lebar dan besar yang rata berbentuk seperti meja (balai) sehingga kemudian muncul nama Desa Karangbale.
Namun, perang masih sering berlangsung dan menelan banyak korban. Untuk itu di sekitar sungai Pemali di daerah Pasanggrahan Brebes kota ada sebuah desa yang bernama Desa Terlaya. Nama Terlaya sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa kuno (sansekerta) yaitu Pralaya yang berarti mati. Desa itu sesungguhnya lahir untuk mengingatkan kematian para prajurit Pakuwon Timur yang mati saat menyerang Pakuwon Barat di sekitar Desa Pasanggrahan. Nama Pasanggrahan sendiri merupakan bahasa Jawa yang bermakna tempat peristirahatan. Ketika siang para prajurit berperang dan malam hari mereka beristirahat dan tempat peristirahatan itu kemudian dijadikan nama Desa yaitu Desa Pesanggrahan.
Di daerah Bumiayu sendiri ada sebuah nama hutan yang dulu menjadi tempat pembuangan sekaligus tempat bersemedi Dewi Sri Poaci Naganingrum dan hutan itu tertutup atau terlarang bagi sembarang orang untuk memasukinya. Riwayat itu terkait erat dengan kisah Dewi Sri Poaci Naganingrum yang waktu itu hendak dibunuh oleh Prabu Silihwangi II (ayah Raden Arya Bangah) karena difitnah Dewi Pangrenyep dengan mengatakan Dewi Sri Poaci Naganingrum telah melahirkan anak anjing. Ternyata oleh sang algojo ia ditipkan kepada seorang petani dan selanjutnya bertapa di hutan yang terlarang dimasuki oleh sembarang orang. Dari situ muncullah nama hutan larangan dan wilayah hutan itu sangat luas hingga berada di tepian sungai pemali bagian selatan melawati perbukitan gunung kumbang. Hutan ini berada di wilayah Bumiayu; Bumiayu berasal dari suatu wilayah (bumi) dimana ada seorang putri cantik (jawa; ayu) yaitu Dewi Sri Poaci Naganingrum yang pernah tinggal di daerah tersebut sehingga muncul nama Desa Bumiayu.
Telah diikisahkan pula di atas bahwa sungai Pemali itulah yang memisahkan dan menjadi pembatas wilayah antara Kerajaan Pakuwon Barat dan Pakuwon Timur. Sungai Pemali menjadi pembatas (jawa; pepalih) yang berarti menjadi pantangan sekaligus larangan pada siapa saja warga Pakuwon Timur agar tidak menyeberangi sungai untuk menyerang atau ingin berbuat jahat pada Pakuwon Barat. Dari peristiwa itulah kemudian muncul nama Desa Larangan.
Ketika terjadi pertarungan yang sangat dasyat antara jago milik Ciung Wanara, Abang Prenatas dengan jago milik Raden Arya Bangah, Liring Galih diceritakan bahwa ketika jago-jago mereka itu selesai bertarung jago mereka dimandikan untuk menghapus luka dan noda darah di sebuah sumur di sekitar hutan Larangan yang banyak ditumbuhi pula oleh rotan (jawa ; kayu penjalin). Jago-jago mereka kemudian ditenggerkan di antara rumpun sulur rotan-rotan yang menggelantung di sekitar sumur. Tempat memandikan dan menenggerkan (menaruh jago) untuk dimandikan itu kemudian menjadi nama Desa Penjalinbanyu (gabungan kata rotan dan air). Ketika memandikan jago, air yang diambil dari sumur itu ditempatkan di sebuah kandaga (guci atau gentong yang terbuat dari tembaga) dan kemudian hal itu dikisahkan yang memunculkan nama Desa Kendaga.
Kabupaten Brebes merupakan wilayah perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tegal, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Kabupaten Brebes resmi berdiri pada hari Senin Kliwon 18 Januari 1678 dengan Bupati pertamanya bernama Raden Arya Suryalaya.
Bagaimana dengan nama Brebes itu sendiri? Nama Brebes diperkirakan ada hubungannya dengan nama Gunung Beribis yang berada di daerah selatan hutan Larangan. Dari gunung Beribis itulah dikisahkan mengalir sebuah sungai yang bernama Sungai Beribis dan bermuara ke Laut Jawa. Sungai Beribis itu kemudian lebih dikenal dengan nama Sungai Pemali. Nama Beribis kemudian banyak diucapkan bèrébés sehingga kemudian menjadi brebes. Dengan demikian, nama Brebes merupakan penyesuaian pelafalan atau pengucapan nama Gunung Beribis dan Sungai Beribis yang menjadi sumber kehidupan masyarakan Bumi Pakuwon yang agraris (hidup dari pertanian) saat itu.
Ada kisah lain yang menyebutkan jika nama Brebes lahir dari pemahaman masyarakat mengenai kondisi alam yang saat itu berupa hamparan tanah yang sangat luas yang selalu basah karena digenangi oleh air. Sangat wajar apabila hamparan tanah yang sangat luas itu merupakan endapan dari luapan Sungai Pemali sehingga membentuk seperti rawa-rawa. Tanah luas juga ada yang menyebutnya dengan istilah bara dan banyaknya air yang membuat tanah meyerap air (jawa; merembès) sehingga menjadi basah kemudian berubah karena penyesuaian pengucapan dari bara merembès ¬menjadi bèrébés kemudian berubah menjadi bribes yang berarti tanah luas yang selalu basah.



Senin, 26 April 2010

MEMANTAPKAN PILIHAN (JODOH)

Dalam memilih pasangan hidup yang cocok (bukan yang sempurna, karena no body perfect) kita membutuhkan pertimbangan dasar. Bagaimanapun juga, menikah itu tidak cukup hanya dengan bermodal cinta. Butuh persamaan visi dalam menjalani kehidupan. saling mengerti dan memahami satu pihak dengan pihak lainnya pun menjadi kunci yang tidak bisa dianggap sepele.
Pertama, harus ditanyakan pada diri sendiri, apakah kita merasa bahwa pasangan yang kita pilih dapat menerima kelebihan dan kekurangan kita. Jika hal ini tidak ditemui pada pasangan kita, maka dapat dipastikan bahwa dalam hidup rumah tangga yang akan dijalani kelak ketidakberterimaan pasangan akan kekurangan dan kelebihan pasangan ini dapat memicu berbagai konflik sehingga akan membuat kehidupan menjadi tidak harmonis.
Bisa dibayangkan bahkan diprediksi, jika kedua belah pihak tidak merasa kalau yang dipilihnya sebagai pasangan hidup bukanlah orang yang bisa menerima dan mencintai apa adanya pasangan hidupnya itu. Tentunya, sulit ditemukan ketenangan, ketentraman, dan keharmonisan bahkan kebahagiaan dalam hidup yang dijalaninya. Merasa malu jika dia adalah pasangan pilihannya (dengan segala kelebihan dan kekurangannya), lebih-lebih jika hal itu diketahui atau dilihat, dan diperbincangkan oleh orang lain. Apabila anda merasa dalam kondisi seperti ini, maka jelaslah anda belum mencintai pasangan anda apa adanya. Anda berarti belum menerima kelebihan sekaligus kekurangan pasangan anda seutuhnya.
Kedua, Apakah anda telah terbuka dan saling memberi kepercayaan terhadap pasangan anda, begitu pula sebaliknya sehingga ada timbal balik. Saya memberi kamu kepercayaan begitu pula kamu sebaliknya memberikanku kepercayaan dan terbuka terhadap saya. Sehingga masing-masing bisa menunjukkan penghormatan atas keterbukaan dan menghargai serta menjaga kepercayaan yang telah diberikan pasangan kita.
Dalam hal ini, keterbukaan dan kepercayaan itu sangat berhubungan erat dengan yang namanya kejujuran. Supaya pasangan mempercayai kita, maka kita harus membangun kejujuran dalam diri. Jika dalam suatu hubungan antarpasangan membangun prinsip kepercayaan dan mempraktikkan kejujuran niscaya suatu hubungan itu akan mampu berjalan dengan harmonis (meski tidak menampik kemungkinan tetap ada kerikil-kerikil yang muncul dalam perjalanan cinta antara dua orang). Memang setiap orang memiliki masalah, ketakutan , dan rahasia dalam hatinya. Dalam membicarakan masalah, tentu anda akan lakukan dan membaginya hanya dengan orang terdekat yang terpercaya menurut anda. Dimana anda akan merasa aman dan nyaman untuk berbicara, bercerita, dan berkeluh kesah padanya.
Apabila hal tersebut diaplikasikan dan menjadi fundamental dalam hubungan dengan pasangan anda, maka anda tidak akan mencari sandaran hati lainnya atas setiap masalah yang anda hadapi. Anda akan memilih pasangan anda untuk dijadikan tempat curhat, tempat berkeluh kesah, dan bercerita apa saja mengenai hidup anda dan pasangan anda. Meskipun ada teman atau sahabat di sekitar anda tapi untuk urusan yang korelasinya dengan masalah cinta dan masa depan hubungan anda dengan pasangan, anda akan lebih memilih pasangan anda saja sebagai tempat berbagi. Ketika anda berdua sudah dapat mengimplementasikannya, saling berbagi dan memahami satu sama lain, maka hubungan itu dapat dilanjutkan.
Hal ini dapat diindikasikan dari respon positif dan ketulusan yang dirasakan. Tidak harus dia orang yang pintar dan popular. Yang terpenting adalah saling mencintai, saling menjaga kehormatan, dan nama baik keluarga. Anda dapat berbincang tentang hobi, perasaan, keluarga, keadaan sekitar kehidupan anda berdua, kondisi finansial, dan impian masa depan dengan pasangan anda.
Ketiga, kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan dan mau hidup bersama dalam lingkungan yang mungkin akan ditempati bersama. Diperlukan kesepakan dan komitmen dalam hidup berumah tangga, terutama yang berkaitan dengan mencari nafkah dan berkarier. Jangan sampai hanya karena karier dan pekerjaan membuat hubungan yang terjalin menjadi tidak sehat, saling membanding-bandingkan, kemudian saling mengungulkan diri (egosentris). Hal ini seringkali memicu tumbuhnya benih perpecahan dalam suatu hubungan.
Memantapkan pasangan memang bisa dikatakan susah-susah gampang. Ada yang membutuhkan waktu singkat, namun ada juga yang perlu waktu lama. Bahkan, fenomenanya ada laki-laki atau perempuan yang berusia 30 tahun belum menemukan dan memantapkan jodohnya. Banyak alasan yang melatarbelakangi hal tersebut. Bisa jadi karena banyak pilihan atau sebaliknya karena belum ada pilihan, karena trauma masa lalu, dan lain sebagainya.
Perlu diketahui bahwa pilihan yang terbaik mengenai pasangannya adalah agamanya. Seperti yang tertera pada hadist shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari yang menyebutkan “Wanita (laki-laki) dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya (ketampanannya), dan karena agamanya; maka pilihlah wanita (laki-laki) yang baik agamanya, niscaya kamu beruntung (karenanya).” Jika pemahaman agamanya baik, maka insya Alloh dia akan memahami dan memperlakukan perempuan dengan baik, sesuai dengan perintah Alloh Azzawajalla. Dengan berbekal ilmu, jalan yang akan dihadapi dalam meretas hubungan dan segala yang ditemui akan lebih mudah dan penuh dengan berkah.
Melalui Al Quran Alloh SWT menuntun kita untuk berdoa dalam memantapkan hati : “Robbanaghfir lana dzunubana wa israfana fi amrina wa tsabbitaqdamana wanshurna ‘alalkaumil kaafirin.” Artinya, Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami. Dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami (dari kejahatan) orang-orang kafir.
Turmudzi meriwayatkan dalam sebuah hadist shahih yang berbunyi :Allahumma inni as aluka hubbaka wa hubba man yamfa’uni hubbuhu ‘indak.” Artinya, Ya Alloh saya mohon agar dapat mencintai-Mu dan dapat mencintai orang cintanya bermanfaat bagiku menurut Engkau.
Ibnu Athoillah di dalam kitab Al Hikam menjelaskan “Allahumma inna al-amra (sesuaikan hajat/keinginan anda) indaka wahuwa mahjubun ‘anni wa la a’lamu amron akhtaruhu linafsi, fa kun anta al-mukhtaru wahmilni fi ajmali al-umuri ‘indaka wa ahmaduha ‘aakibatan fi al-diini wa dunyaa wal akhirah.” Artinya, Ya Alloh sesungguhnya segala urusan (jodohku) atas kehendak-Mu dan urusan itu masih terhalang dariku, dan aku tidak mengetahui (jodohku) yang pantas saya pilih untuk diriku. Maka, jadilah Engkau pilihan yang dapat memilihkan aku dan arahkanlah aku pada sebaik-baiknya perkara dan paling terpuji dampaknya bagi agama, dunia dan akhirat.
Mencintai orang yang mencintai Alloh SWT, insya Alloh akan mencintai kita dengan cinta yang sebebar-benarnya cinta. Bukan hanya sekedar memperturutkan hawa nafsu, sekedar melahap dan mengaplikasikan konsep pergaulan yang didasari prinsip dan konsep liberal dengan melahap tataran ragam dan corak dinamika pergaulan tanpa terkontrol (yang tidak sesuai dengan syar’i yang diajarkan Al Quran dan As Sunnah). Apabila anda tidak melakukan apa yang diperintahkan dalam Al Quran dan diajarkan oleh Rosulalloh SAW (menganai cinta), maka pengakuan kecintaan anda kepada pasangan anda yang tidak didasari kecintaan dan ketaatan kepada Alloh SWT membuat cinta anda itu hanyalah sebuah nama tanpa makna substansial, yang tidak akan berguna di dunia dan di akhirat serta tidak berguna di hadapan mahluk dan tidak pula di hadapan Sang Khalik, Alloh Azzawajalla.
Dengan mencintai orang yang mencintai Alloh, maka akan mengantarkan kita untuk lebih dekat dengan-Nya. Jika anda benar-benar mencintai seseorang karena Alloh semata, maka apabila seorang hamba mengetahui bahwa setiap kesempurnaan tidak lain hanyalah milik Alloh Azzawajalla saja, sementara apa yang dilihatnya sempurna pada diri pasangannya baik menurut dirinya sendiri maupun orang lain yang melihatnya merupakan anugerah yang datangnya dari dan atas pertolongan Alloh SWT semata, tentu cintanya hanyalah untuk Alloh dan karena Alloh SWT. Sehingga hal itu akan membuatnya semakin termotifasi untuk berbakti dan mencinta apa yang dapat mendekatkan dirinya kepada Alloh SWT. Apabila anda menyadari kekurangan yang anda lihat pada diri pasangan anda juga adalah bentuk kesempurnaan ciptaan-Nya, maka hal itu akan semakin mendekatkan anda kepada yang memberikan kesempurnaan itu yaitu Alloh Azzawajalla dan anda menyadari jika kekurangan yang ada pada pasangan anda itu adalah sebaik-baiknya ciptaan-Nya.
Semoga Bermanfaat, amin.

MIMPI BENARKAH BISA MENJADI PERTANDA??


Mimpi atau bunga tidur adalah bagian dari kehidupan manusia. Seseorang bisa dibuatnya merasa sedih atau bahagia karena mimpi. Mimpi di kalangan sebagian masyarakat dianggap sebagai tanda dari peristiwa yang akan dialami. Bahkan parahnya sudah menjadi kepercayaan. Terutama beberapa mimpi yang sudah disepakati “tafsir umumnya” di tengah masyarakat.

MIMPI MEMBAWA PETAKA
Ketika seseorang bermimpi digigit ular, maka penafsiran yang muncul adalah orang tersebut akan segera ke palaminan. lain lagi jika seseorang bermimpi giginya tanggal (lepas), maka mimipi ini dianggap sebagai pertanda buruk, akan terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan. Tafsir umum dari mimpi gigi tanggal adalah aka nada kerabat yang meninggal dunia.
Tafsir yang identik maknanya dengan gigi tanggal tetapi lebih menakutkan lagi adalah mimpi menjadi pengantin. Penafsiran yang ada di masyarakat adalah pertanda dekatnya ajal seseorang. Masya Alloh, padahal umur, jodoh, rejeki seseorang adalah hak prerogatif Alloh Azzawajalla yang mengetahuinya. Ada lagi mimpi buruk jika dikejar-kejar oleh mahluk halus, maka hidup seseorang akan senantiasa diwarnai dengan kesialan. Mimpi buang air besar dianggap juga sebagai pertanda buruk karena katanya seseorang akan kehilangan harta benda.
Seringkali dalam menyikapi hal-hal semacam itu di tengah kepercayaan masyarakat akan tafsir mimpi-mimpi itu membuat kita miris dan bingung dengan pola pikir masyarakat yang mengaku modern dan notabene berpendidikan. Bagaimana tidak miris dan bingung, percaya tidak percaya tetapi kenapa kenyataannya mirip dengan kejadian yang dialami. Boleh jadi kita pernah mengalaminya. Anehnya lagi beberapa daerah di Indonesia memiliki kesamaan tafsir akan suatu mimpi. Contohnya tentang gigi tanggal, hampir di seluruh Jawa ditafsirkan sama.

BAGAIMANA SELAKU MUSLIM MENYIKAPINYA

Sebagai seorang muslim kita tidak seharusnya bisa menerima begitu saja tentang mimpi yang dialami. Sesungguhnya Islam telah mengajarkan dalam Al Quran dan As Sunnah untuk dijadikan pegangan dalam menanggapi masalah mimpi ini. Dalam tafsir-tafsir pun dijelaskan, jika pedoman yang digunakan untuk menyikapi mimpi sangat terang dan kita bisa menerima suatu mimpi itu sebagai petunjuk dari Alloh Azzawajalla bagi kebaikan kita. Akan tetapi jika mimpi itu tidak berdasar, maka harus ditinggalkan karena akan terseret dalam syirik jika mempercayainya.
Mungkin pernah ada kejadian, seseorang yang membatalkan rencananya karena mimpi yang didapatkannya. Dalam hal ini mengurungkan ibadah. Misalnya, tidak jadi berangkat menghadiri pengajian atau majlis ta’lim karena mimpi buruk yang dia dapatkan. Apabila dia berangkat nanti akan mengalami musibah atau dengan mengganti hari untuk melaksakan ibadah tersebut. Hal ini sudah termasuk tathayur (was-was, kawatir yang berlebihan). Padahal Rosulalloh SAW bersabda : “Barangsiapa yang mengurungkan niat dan hajatnya karena tathayur, maka dia benar-benar telah syirik. Mereka berkata “Lalu apa yang dapat menghapus itu?” lalu Rosulalloh SAW berkata: “Hendaknya orang itu berkata: Ya Alloh, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kevuali kesialan dari Engkau dan tidak ada Tuhan selain Engkau.” (Riwayat Ahmad dan Thabrani).
Barangkali juga seseorang yang mengalami mimpi buruk (jawa; dierep-erep) kemudian orang itu menjadi ketakutan akan kejadian dari mimpi itu, membayangkan apa yang ditemuinya itu terealisasi dalam kehidupannya dalam sosok aneh dan menakutkan sehingga membuat orang itu lebih takut pada apa yang dia temui dalam mimpinya dan orang tersebut melupakan Alloh Azzawajalla sebagai pelindung dan penolongnya dengan lebih mempercayai benda-benda atau jimat sebagai pelindung dirinya dari malapetaka yang akan ditimbulkan dari tafsir mimpi buruknya tersebut. Hal ini pun sudah jelas tergolong syirik, karena telah berpaling dari khauf (takut) kepada Alloh SWT dengan takut kepada selain Alloh kemudian bergantung pada jimat atau benda-benda lain sebagi penolong dan pelindungnya.
Takut melangkah karena percaya pada tafsir mimpi ternyata dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam jurang syirik. Akankah sikap dan keyakinan seperti itu akan terus dipertahankan? Padahal syirik merupakan dosa yang sangat besar sehingga dapat menggugurkan amalan ibadah seseorang dan menjurus pada kekafiran sehingga bisa dianggap murtad (keluar dari Islam).

RAMBU-RAMBU MIMPI
Banyak pendapat yang tidak bisa dijadikan sandaran kebenaran. Misalnya, tiga orang bermimpi sama yaitu giginya tanggal kemudian setelah itu kerabatnya ada yang meninggal dunia, maka hal ini tidak serta merta dapat dijadikan pembenaran akan tafsir mimpi tersebut. Hal ini dikarenakan dalam syariat agama tidak ada penjelasannya.
Islam memiliki rambu-rambu dalam membicarakan masalah mimpi. Diantaranya mimpi itu dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagaimana disabdakan Rosulalloh SAW : “Mimpi itu dibagi menjadi tiga. Ada mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Alloh Azzawajalla, ada mimpi yang berasal dari syaiton, dan ada mimpi yang merupakan bisikan dari dalam diri sendiri saja (bunga tidur). Apabila dia bermimpi sesuatu yang tidak diinginkannya, maka hendaknya ia bangun dan meludah ke arah kiri sebanyak tiga kali serta jangan menceritakannya kepada orang lain.” (H.R. Muslim dan Tirmidzi).
Apa yang harus dilakukan ketika kita mendapatkan mimpi buruk atau baik? dijelaskan dalam hadist riwayat Bukhari : “Mimpi yang baik berasal dari Alloh SWT. Apabila seseorang diantara kalian memimpikan sesuatu yang disukai, hendaklah kamu tidak menceritakannya kepada orang lain kecuali kepada orang yang akan senang mendengarnya. Dan apabila diantara kalian mendapatkan mimpi yang tidak baik dan tidak disukainya, maka mohonlah perlindungan kepada Alloh Azzawajalla dari keburukan mimpi tersebut dan dari kejahatan syaiton yang terkutuk, sebab mimpi buruk itu datangnya dari syaiton. Hendaknya pula kalian jangan menceritakan mimpi buruk itu kepada orang lain karena dapat menyebabkan keburukan pula. Sesunguhnya (dengan begitu) mimpi itu tidak membahayakannya.”
Sesungguhnya banyak hal-hal yang sepele terjadi di lingkungan sekitar kita jika kita tidak tahu bagaimana cara menyikapi menurut syar’i, maka yang terjadi adalah kita melanggar tuntutan agama. Hendaknya kita senantiasa belajar dan terus belajar untuk mendalami ilmu agama agar tidak mudah terjerumus dalam kemusyrikan. Semoga kita dijauhkan dari hal-hal demikian.

Jumat, 09 April 2010

TRAUMA PASCA KEHILANGAN PASANGAN

Usai putus atau bercerai (bagi suami-istri) akibat terjadinya suatu ketidakpuasan terhadap pasangan karena suatu hal, baik karena faktor ekonomi, kurangnya perhatian, ketidakcocokan, berbeda pandangan atau prinsip hidup antarpasangan, perselingkuhan bahkan mendapatkan perlakuan kasar dari pasangan dalam bentuk tindak kekerasan, makian dan cacian, biasanya akan menimbulkan rasa trauma pada diri seseorang untuk menjalin suatu hubungan kembali dengan orang lain. Tetapi ketika seseorang telah dimabuk asmara dan terjangkiti virus cinta ada yang bilang “tai kucing pun rasa coklat”. Karena besarnya rasa cinta, seseorang masih berusaha mempertahankan cintanya kepada seseorang yang telah dicintainya. Namun, ketika orang yang dicintainya itu meninggalkannya atau orang tersebut memilih untuk meninggalkan orang yang dicintainya perasaan yang timbul adalah benci, kecewa, sedih, merasa terluka, dikhianati, dan bisa menimbulkan trauma.

Trauma Mempengaruhi Kesehatan

Trauma dalam menjalin suatu relationship dengan lawan jenis merupakan peristiwa psikologis yang mampu menguras energi hidup jika tidak mampu memanajenya. Kadar trauma yang ditimbulkan pun akan berbeda-beda pada setiap orang. Hal itu dikarenakan kompetensi seseorang dalam memanajemen emosinya pun berbeda-beda. Ada orang yang sangat sulit melupakan kejadian yang pernah dialaminya bersama pasangannya sehingga ketika dia putus dengan pacar atau bercerai dari suami atau istrinya, dia merasa tidak lagi memiliki pijakan hidup, ada rasa kehilangan yang teramat sangat dalam hidupnya. Di sisi lain ada juga orang yang dengan waktu yang relatif cepat mampu bangkit dan kembali menata hati dan hidupnya untuk kembali pada jalur tujuan yang diinginkannya. Menganggap masa lalu yang pahit yang dia alami bersama pasangannya yang dulu hanyalah bagian dari perjalanan hidup yang memang harus dilalui. Apa yang telah terjadi adalah pengalaman dan menjadi pelajaran berarti dalam hidupnya.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perpisahan (putusnya hubungan antara dua manusia yang pernah terlibat secara emosional) atau perceraian antara suami-istri mampu menimbulkan efek negatif bagi pelakunya, baik bagi individu yang bercerai atau pihak keluarga. Perpisahan atau perceraian bahkan mampu mempengaruhi kesehatan seseorang setelah orang tersebut kembali membangun suatu hubungan yang baru.
Sebuah survai dan studi teraktual yang dilangsir Live Science menyebutkan bahwa perpisahan atau perceraian (kehilangan pasangan) karena kematian mampu mempengaruhi kesehatan, baik secara psikis maupun psikologis. Efek itu dapat terjadi secara cepat dan rasa kehilangan itu mampu mengendap dalam kurun waktu yang lama. Fase selama berlangsungnya peristiwa kehilangan itu terjadi mampu membuat seseorang dalam kondisi stres bahkan sampai depresi. Individu yang berada dalam posisi ini acapkali tidak mengindahkan kesehatan, menjauh dari kebiasaan berolah raga, kualitas istirahat yang buruk, tidak memberi waktu untuk chek up ke dokter atau ahli gizi dan hal ini mendekatkan individu yang bersangkutan pada degradasi imun (daya tahan tubuh terhadap penyakit menurun) sehingga beresiko mudah terserang penyakit.
Menurut Linda White, seorang peneliti dan sosiolog sekaligus direktur pada Lembaga Pusat Lanjut Usia di Pusat Penelitian Opini Nasional Universitas Chicago, menyatakan bahwa pernikahan atau menjalin hubungan baru pasca trauma kehilangan pasangan itu dapat membantu seseorang pada kehidupan emosional dan psikis yang sehat. Namun, hal itu hanya membawa seseorang memasuki efek kesehatan pada tataran terendah karena mereka telah menelantarkan diri sendiri selama masa kehilangan itu.
Data yang diperoleh menyebutkan bahwa lebih dari 20 persen orang yang pernah mengalami trauma akibat kehilangan pasangan kemudian ia menikah lagi atau menjalin hubungan dengan pasangan lain lalu harus mengalami perpisahan lagi, pada akhirnya mereka memutuskan untuk tetap melajang, tidak menjalin hubungan atau menikah kembali dan kurang dari 4 persen yang tidak pernah menikah atau menjalin hubungan baru setelah fase kehilangan pasangannya.
Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa perceraian, perpisahan, kehilangan pasangan, atau kematian pasangan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Sehingga dapat dikatakan bahwa kehilangan pasangan merupakan peristiwa yang dikategorikan identik dengan peristiwa traumatis dalam kehidupan seseorang. Fenomena ini mengakibatkan perubahan kondisi psikis dan psikologis pada titik nadir terendah dari seseorang pasca ia kehilangan pasangannya. Dengan kata lain, kondisi stress bahkan depresi yang berkepanjangan dan sukar untuk pulih selama bertahun-tahun.

Mengatasi Phobia dan Trauma Pasca Kehilangan Pasangan

Apabila kondisi tersebut dipertahankan, maka yang akan terjadi adalah munculnya phobia (ketakutan yang berlebihan dan tidak wajar) untuk kembali menjalin suatu hubungan yang baru. Hilangnya kepercayaan diri bahkan kepercayaan terhadap orang lain seringkali menghinggapi seseorang yang pernah mengalami perpisahan atau kehilangan pasangan hidupnya. Hal ini dikarenakan mereka takut untuk mengalami kegagalan, kurang bisa menerima kondisi pasangan barunya karena ia takut jika pasangan barunya akan memperlakukannya tidak seperti pasangannya yang dulu atau jika pasangan yang terdahulu telah melukai hati sehingga ia takut pasangan barunya akan memperlakukannya sama buruk bahkan lebih buruk dari pasangannya terdahulu.
Mengacu pada data penelitian di atas yang menyebutkan bahwa 4 persen dari orang yang telah kehilangan pasangannya tidak pernah menjalin hubungan kembali, mengindikasikan bahwa mereka yang memilih untuk bertahan dalam posisi tersebut telah merasa sangat nyaman, aman, dan puas dengan kesendiriannya. Mereka merasa telah mampu menciptakan kehidupannya sendiri dengan berhasil membangun benteng tinggi dan kokoh dalam kehidupannya tanpa perlu adanya pasangan. Nilai pribadi yang bertendensi pada egoisme semacam ini kadang bertentangan dengan nilai sosial lingkungan sekitar. Ditambah lagi pandangan tentang gamangnya kondisi lembaga perkawinan yang carut-marut, fenomena kawin-cerai di masyarakat yang tinggi, pengaruh lingkungan keluarga yang juga ikut merasakan beban dari peristiwa perceraian atau perpisahan seseorang dengan pasangannya (karena satu alasan dan lain hal) dapat membuat seseorang mampu menolak hadirnya lawan jenis dalam kehidupan pribadinya lagi. Mereka yang terjebak dalam kondisi ini kemudian bangkit sebagai individu yang bak pahlawan super yang kuat, tegar, pantang menyerah, gigih, mandiri, dan berkepribadian sehingga muncul anggapan bahwa dirinya telah mampu menjadi seseorang yang berhasil mengatasi sendiri setiap problematika yang terjadi dalam kehidupannya tanpa bantuan pasangan.
Pada dasarnya manusia secara hakiki adalah manusia sosial (membutuhkan orang lain). Setiap mahluk sosial dalam kehidupannya merupakan mahluk yang membutuhkan kasih sayang dari orang lain, setiap mahluk buntuk dicintai dan mencintai. Tetapi preposisi semacam itu kadang terhambat oleh konsep diri yang telah terpatri kuat tanpa memperhatikan keberadaan orang lain di sekitarnya dan mengacuhkan respon lingkungan terhadap kondisi diri yang mulai mengelak terhadap potensi dan kompetensi diri (Kondisi fisik dan bakat).
Ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan yang terlalu dibesar-besarkan menyurutkan dan menenggelamkan bakat pribadi untuk mencintai, memperhatikan, memotivasi, dan hal-hal positif lainnya yang sebenarnya telah dimiliki oleh seorang individu. Oleh karena itu jika direfleksikan, peristiwa tersebut harusnya mampu membuat seseorang semakin terpuruk dan susah untuk bangkit dari keterpurukannya itu.
Beberapa solusi yang mungkin bisa membangkitkan kembali semangat seseorang untuk mengkondisikan konsep diri yang lebih baik agar mampu keluar dari problematika ini adalah sebagai berikut :
  1. Cobalah untuk menanamkan keyakinan bahwa semua mahluk ciptaan Alloh SWT itu sesungguhnya baik adanya. Keburukan dan kejahatan yang ada pada diri seseorang itu merupakan bentuk syaiton yang merasuki hati. Jika dalam diri anda mengatakan ; tidak ada laki-laki atau perempuan baik dan benar-benar mencintai anda dengan tulus dan apa adanya, meskipun realitanya ada tetapi hati anda menolak dan tidak percaya keberadaan mereka, maka jelaslah bahwa kondisi itu sebenarnya hanya merupakan pencitraan dan penilaian yang sengaja anda ciptakan sendiri berdasarkan pada hal ini dan itu yang bertendensi pada masa lalu anda yang buruk.
  2. Mulailah memandang masa depan, jadikan masa lalu sebagai batu loncatan dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa seburuk apapun yang pernah anda lakoni. Lihatlah jika anda dulu pernah mengalami fasae tersebut dan anda berhasil bangkit dan keluar dari keterpurukan, maka sekarang anda harus mulai kembali menanamkan keyakinan tersebut pada diri anda dengan mengatakan; aku pasti bisa! untuk mengatasi masalah dan melanjutkan hidupku. Dengan begitu kedepan diharapkan anda akan mampu mengatasi masalah yang saat ini anda alami. Yakinkan pada hati anda sesungguhnya Alloh SWT telah membuat skenario ini untuk anda agar anda naik pada taraf derajat hidup yang lebih baik dan yakinkan hati anda jika anda pasti akan bisa melampauinya.
  3. Mengapa sekarang anda tidak mampu menghadapi laki-laki atau perempuan jika dulu anda berhasil membuat mereka bertekuk lutut dihadapan anda? Bangkitkan lagi semangat percaya diri itu, hidupkan lagi potensi dan kompetensi anda dalam bersosialisai, memperbanyak silaturahmi dengan membuka konektivitas bersama orang-orang baru. Toh dulu anda bisa menghadapi laki-laki atau perempuan yang anda temui. Mereka juga sama seperti anda , sama-sama manusia. Yang membedakan mereka hanyalah kadar iman dan takwa mereka di hadapan Alloh SWT. Tanamkan konsep itu pada diri anda!
  4. Berpikirlah akan masa depan. Dengan jalan ini anda akan menyusun kembali jadwal kegiatan dan tujuan hidup yang sempat porak-poranda oleh peristiwa masa lalu. Tata ulang letak kamar untuk mendapatkan suasana baru, buatlah tulisan yang indah mengenai target hidup anda dan tempelkan target hidup anda tersebut di tempat yang mudah anda baca. Tancapkan di hati niat yang membara untuk segera mencapai target hidup tersebut dalam waktu dekat dan yakinkan jika diri anda akan mampu meraihnya.
  5. Belajarlah untuk ikhlas, sabar, beramal, tawakal, dan berikhtiar dengan baik. Dengan belajar ikhlas, maka seseorang akan terhindar dari kerugian, kehancuran, dan perbuatan yang sia-sia di dunia. Menghindarkan diri dari emosi yang meletup-letup dengan berbuat sabar, karena orang-orang yang sabar akan mendapatkan pertolongan Alloh SWT. Dengan beramal anda akan memperbanyak simpanan pahala yang secara tidak sadar simpanan itu akan menjadi penolong anda jika sewaktu-waktu anda mendapatkan musibah di lain hari. Bertawakal (berserah diri pada Alloh SWT) akan membuat anda semakin percaya dengan skenario-Nya sesungguhnya membawa anda pada kebaikan sebab ketika Alloh SWT membuat seseorang dalam keterpurukan dan kegagalan sesungguhnya Alloh SWT ingin mengingatkan kepada anda jika ada yang salah dengan apa yang anda lakukan selama ini dan harus diperbaiki. Berikhtiar merupakan kewajiban manusia, karena keberhasilan merupakan hak prerogatif Alloh SWT semata. Ikhtiar ini menggambarkan bahwa anda bukanlah hamba yang putus asa, tidak pantang menyerah, siap berkompetisi dalam kehidupan.

Semoga anda semakin menjadi insan yang bersemangat menyongsong masa depan dan selalu siap meninggalkan masa lalu yang hanya akan membuat anda semakin terpuruk. Cinta akan mendatangi anda jika anda yakin terhadapnya dan cinta akan menjauh dan meninggalkan anda jika anda ragu-ragu terhadapnya.
Ayo Semangat!!!

ANAK KECIL DAN KEJUJURAN


Ketika seorang anak tengah duduk asik menonton acara televisi bersama ayah, ibu, dan keluarga Rata Penuhbesarnya tiba-tiba dia bertanya dengan lugunya kepada ayahnya “Pak, maling itu apa?” Pertanyaan itu terlontar ketika seorang host sebuah acara melontarkan kata maling di sela-sela retorikanya di suatu acara humor yang di tayangkan sebuah stasiun televisi swasta nasional.
“Maling itu ya mencuri, mengambil barang orang lain tanpa ijin, tidak bilang-bilang, tidak pamit dulu” ayahnya menjawab. Sebagai sosok ayah yang baik, maka ayahnya pun menyisipkan pesan di sela-sela penjelasannya itu “Adek jangan meniru perbuatan yang tidak baik seperti maling itu ya?”.
”Tapi kok waktu itu Ayah mengambil kelapa yang jatuh di pekarangan Mbah Darmo? Berarti kelapa itu kan milik Mbah Darmo tapi Ayah mengambilnya tanpa meminta ijin dulu sama Mbah Darmo, Ayah maling dong?” celetuk anaknya dengan polos.
Seperti disambar geledek, ayahnya merasa malu sekali ketika anaknya dengan polos dan lugu mengatakan hal itu di depan keluarga besarnya. Bibirnya beku, lidahnya seketika menjadi kelu, tak ada sepatah kata pun mampu keluar dari mulut sang ayah, yang terlahir hanya diam dan suasana lengang di ruang keluarga itu.
Untungnya waktu itu sang istri menjadi pahlawan penyelamat muka sang suami yang memerah memendam malu dan marah dengan mengatakan “Lah, ibu sudah bilang dulu sama Mbah Darmo kalau nanti sore ayah mau mengambil kelapa-kelapa tua yang jatuh di pekarangannya Mbah Darmo” kata ibu itu menerangkan kepada anaknya.
Seusai menonton acara televisi itu sang ayah langsung mengajak anaknya ke luar rumah dan menjewer kuping anak yang dianggapnya bermulut ember itu. Anaknya pun menangis sejadi-jadinya, sambil tersengal-sengal ditengah tangisnya anak itu bertanya “Apa salah adek, yah?”
“Jujur!! Itu kesalahanmu.”
Dari cerita tersebut dapat kita ketahui adanya degradasi nilai moral, hilangnya kepekaan, lunturnya panji-panji kejujuran, dan nurani kemanusiaan dari sosok ayah yang telah dianggap dewasa (baik pikiran, perbuatan, dan ucapan) dan di sisi lain, sosok anak yang dengan polos, lugu, tanpa tendensi, tak ada pretensi yang macam-macam, jujur, dan spontan mampu mengutarakan pikiran dan perasaannya melalui tuturannya.
Lihatlah fenomena yang nyata seperti itu telah tumbuh subur pada lingkungan di sekitar kita saat ini. Ketika seseorang telah ber-usia dan dianggap telah “dewasa” (baik pikiran, perbuatan, dan ucapan) bahkan telah dianggap bijaksana, mereka seperti memendam dalam-dalam dan menyembunyikan jauh-jauh di relung hati segala sesuatu yang seharusnya diutarakan. Tentang apa saja.
Orang “dewasa” akhir-akhir ini seringkali memilih berdiam diri, mengunci pintu hati dan nurani rapat-rapat ketika kedzaliman, ketidakadilan, dan kemunafikan sedang berjalan, bahkan menari-nari di depannya. Mereka enggan, sungkan, bahkan cenderung malas untuk sekedar mengingatkan, dan menegur ketika menyaksikan kedzaliman, ketidakadilan, dan kemunafikan itu berlangsung di depannya. Mereka tahu tapi tidak mau tahu dan tak ingin memberitahu (kebenaran). Sebagaimana Firman Alloh SWT : Mereka menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi orang lain dari jalan Alloh SWT, sungguh amat buruk apa yang mereka lakukan. Yang demikian itu karena merekatelah beriman, kemudian menjadi kafir kembali lalu hati mereka dikunci (tertutup dari menerima kebenaran), maka sesungguhnya mereka tidak memahami. (Q.S. Al Munafiquun : 2-3)
Dengan berdiam diri, kebanyakan orang merasa telah bersikap bijaksana. Padahal berdiam diri ketika kedzaliman, ketidakadilan, dan kemunafikan merajalela di depannya merupakan perbuatan yang tidak dianjurkan sama sekali. Alloh SWT berfirman : Berjuanglah menghadapi orang kafir dan orang munafik serta bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka neraka jahanam, tempat tinggal yang amat buruk. (Q.S. At Taubah :73)
Pada kenyataannya acapkali seseorang lebih merasa nyaman dengan berdiam diri terhadap kedzaliman, ketidakadilan, dan kemunafikan sebab hal itu menjadi pilihan yang secara logis akan menjauhkan seseorang dari cibiran, omongan, dan tuduhan orang lain terhadap dirinya yang nanti akan dicap sebagai orang yang sok pahlawan, sok suci, sok, bersih, sok cari perhatian, sok tahu, penjilat, usil, reseh. Apabila perasaan aman dan “nyaman” itu dibiarkan hidup yang akan terjadi adalah kejahatan, kedzaliman, ketidakadilan, dan kemunafikan akan semakin menguasai hati dan nurani kemanusiaan yang hakikinya menolak jika seseorang itu sendiri yang berada pada posisi sebagai yang terdzalimi, yang tidak diperlakukan dan tidak mendapatkan keadilan. Namun, ketika kedzaliman, ketidakadilan, dan kemunafikan berpihak pada orang lain, orang itu malah bertindak masa bodoh, acuh tak acuh, tidak tahu dan tidak mau tahu.
Mereka beranggapan, itu kan hidup mereka bukan hidup saya, itu kan urusan mereka bukan urusan saya, itu kan masalah mereka bukan masalah saya. Biarlah hidup berlangsung seperti apa adanya, berjalan seperti air mengalir, tanpa saya harus bersusah payah terlibat upaya reformasi keadaan biarkan hidup dan kehidupan ini menjadi berjalan sebagaimana mestinya. Saya bisa menikmati hidup, saya bisa bahagia dan tertawa karena saya tidak sengsara seperti mereka. Hidup ini sudah susah jangan dibuat tambah susah dengan mengambil resiko mencemaskan urusan hidup yang menimpa orang lain. Kalau begitu kan lebih enak toh? Mantep Toh? ha-ha-ha.
Janganlah berprinsip senang melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang. Jangan menjadi independent karena anda telah mampu menghandle semua permasalahan sendiri sehingga anda menjadi acuh dan tidak peduli terhadap keadaan di sekitar anda. jangan anda merasa nyaman, aman, dan puas dengan kehidupan yang anda ciptakan di dunia anda sendiri. Jangan merasa dengan konsep diri yang telah terbentuk kuat justru (memungkinkan) anda merasa terusik dengan keberadaan masalah di sekitar anda. Nilai pribadi yang anda miliki seharusnya mampu menjadi motifasi yang baik bagi terbentuknya iklim kondusif bagi terciptanya peningkatan kualitas iman dan takwa anda.
Belajarlah dari anak kecil yang berani berkata jujur mengungkapkan perasaan dan pikirannya tentang kebenaran. Jangan malah menganggap jika ada orang dewasa yang berkata jujur kemudian dia terdzalimi karena disalahkan atas kejujurannya, lalu dipojokkan, dijauhi, dan ia menangis (bersedih) karena mengatakan sebuah fakta kebenaran dan membela keadilan dikatakan sebagai orang yang cengeng seperti anak kecil, dijuluki orang lemah yang mudah menyerah. Namun, anda sendiri merasa nyaman berada dalam posisi diam tanpa melakukan apa-apa sedangkan orang tersebut berani berlaku jujur, maka sesungguhnya anda sama saja dengan pengecut dan pecundang. Apabila demikian, maka anda sesungguhnya lebih rendah dari orang itu.
Kejujuran memang terkadang terasa sangat menyakitkan, sekalipun telah digunakan alat yang tepat dan cara paling akurat untuk menyampaikannya. Pertanyaan saya sekarang adalah sudahkah anda jujur? Beranikah anda untuk jujur? Jujur terhadap diri sendiri dan jujur terhadap keadaan lingkungan di sekitar anda yang semakin menumbuhkembangkan kedzaliman, ketidakadilan, dan kemunafikan. Jawabannya ada pada hati anda, tanyakanlah pertanyaan ini kepada hati anda. Sekarang!

Selasa, 09 Maret 2010

KEPEMIMPINAN UNTUK MUTU PENDIDIKAN


Kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi pada masa kini tergantung pada kemampuannya dalam mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam konteks ini, organisasi harus memiliki pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk mengelola perubahan yang ada dan secara berkelanjutan mengembangkan kompetensi yang dimiliki demi kemajuan organisasi. Tantangan bagi seorang menejer pendidikan yaitu kepala sekolah/madrasah, pimpinan pesantren, rektor, dekan, atau juga direktur perusahaan adalah bagaimana menjadi motifator dan pelopor perubahan lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

David F. Salisbury (1996:149) dalam Five technology in Educational Change menjelaskan upaya memperbaiki kualitas dalam satu organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif. Dukungan dari bawah hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya bernar-benar berkualitas atau unggul.

Kepemimpian sangat penting sekali dalam mengejar mutu yang diinginkan pada setiap sekolah. Sekolah akan maju jika dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner, memiliki kompetensi manajerial, dedikasi yang tinggi, dan integritas kepribadian dalam melakukan perbaikan mutu. Kepemimpinan kepala sekolah tentu dalam menjalankan manajemennya disesuaikan dengan iklim organisasinya.

Untuk menciptakan sekolah yang fungsional dan efektif dalam mencapai harapan konsumen pendidikan, maka perlu diciptakan hal-hal yang bersifat aktual (baru) dalam organisasi pendidikan, baik dalam hal pemilihan metode pembelajaran, efektifitas pembiayaan, pemanfaatan dan penggunaan teknologi pengajaran yang baru, materi pembelajaran yang bermutu tinggi, dan kemampuan menciptakan serta menawarkan lulusan yang bermutu. Para pemimpin lembaga pendidikan yang ingin mengarahkan lembaga pendidikan yang dipimpinnya ke dalam era baru memerlukan berbagai pemahaman, pengertian, dan pengetahuan akan dinamika dan perubahan organisasi. Untuk mewujudkan perubahan organisasi dalam manjemen mutu terpadu, maka suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada efektifitas kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian mutu lulusan dan pelayanan terbaik bagi pelanggan (konsumen pendidikan).


1. Hakikat Kepemimpinan
Allan Tucker (1992) mengemukakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau kelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu dalam situasi tertentu pula. Intinya, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan pekerjaan dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam kepemimpinan itu terdapat unsur pemimpin (leader), anggota (followers), dan situasi (situation) tertentu.

Kepemimpinan merupakan suatu konsep hubungan (relation concept) manusia dalam spektrum makro yang esensinya bertumpu pada kemampuan mempengaruhi seseorang atau orang lain. Sejalan dengan itu, dikemukakan oleh Kouzes dan Posner (1993:11) bahwa kepemimpinan merupakan hubungan antara pemimpin dengan angota organisasi, maka kepemimpinan ini esensinya berlangsung atas dasar adanya sifat saling membutuhkan dan minat yang sama dalam rangka mencapai tujuan.

Kepemimpinan sebenarnya dapat berlangsung dimana saja, karena kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan agar mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan. Di lingkungan rumah tangga ada jenis kepemimpinan orang tua pada anak-anaknya, di lingkungan pesantren ada kepemimpinan kyai, di perusahaan ada kepemimpinan direktur, di sekolah ada kepala sekolah. Jika kepemimpinan yang berlangsung pada suatu lingkungan dan situasi tertentu tanpa didasarkan pada jabatan dan kedudukan, maka kepemimpinan semacam itu bersifat personal sedangkan kepemimpinan yang berlandaskan jabatan dan kedudukan pada lingkungan (organisasi) dan situasi tertentu, maka kepemimpinan tersebut bersifat manajerial.

Di Sekolah, seorang kepala sekolah menjalankan kepemimpinannya secara menejerial. Hal ini disebabkan di sekolah terdapat sejumlah personel yang berinteraksi dengan kepala sekolah dalam menjalankan tugas-tugas sekolah. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru, staf administrasi tata usaha, pembantu umum, dewan sekolah; sebagai gabungan antara Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) dan komite sekolah. Semua elemen tersebut saling berkaitan satu sama lain dan menjalankan fungsinya masing-masing untuk merealisasikan tujuan yang telah ditentukan bersama. Tugas dan wewenang dewan sekolah bertanggung jawab kepada masyarakat dan menjadi mitra bagi dinas pendidikan di tingkat kecamatan. Dewan sekolah ini beranggotakan orang tua murid, anggota masyarakat, dan orang-orang yang peduli terhadap pendidikan. Proses kepemimpinan pendidikan di sekolah berlangsung melalui hubungan interpersonal antara kepala sekolah dengan seluruh personel yang berlangsung di sekolah. Hal tersebut dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka menstimulus dan secara persuasif memberikan arahan, bimbingan, dan kontrol terhadap kinerja angotanya agar pelaksanaan setiap tugas pada tiap-tiap bidang sesuai dengan instruksi dan arahan kepala sekolah sehingga tujuan pendidikan yang diinginkan dapat terimplementasi.

2. Kepemimpinan Pendidikan (Educational Leadership)
Suatu organisasi akan berjalan dengan baik jika didalamnya terdapat seorang pemimpin yang berdedikasi tinggi demi kemajuan organisasi yang dipimpinnya dan kepemimpinannya dijalankan secara efektif serta berhasil menerapkan pola kepemimpinan yang baik. Demikian pula dengan sebuah gerakan mutu (quality movement) pada lembaga pendidikan atau upaya penciptaan kultur mutu dalam mengatasi tantangan perubahan eksternal di sekolah. Diperlukan suatu kepemimpinan yang efektif untuk meraih mutu pendidikan yang baik. Ditegaskan Sallis (1993:86) bahwa sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu, seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya harus memiliki visi (pandangan yang jauh ke depan) dan dapat mengaplikasikannya ke dalam kebijakan-kebijakan yang jelas yang bertendensi pada tujuan khusus organisasi.

Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, pemimpin adalah semua orang yang bertanggung jawab dalam proses perbaikan mutu dalam fungsi utamanya. Oleh karena itu, fungsi dari kepemimpinan dalam pendidikan haruslah tertuju pada mutu belajar serta semua staf lain yang mendukungnya. Keberadaan anggota atau staf juga memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi. Kouzes dan Posner (1993:94) mengemukakan kepemimpinan dalam suatu organsasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya peran serta dari anggotanya. Seorang pemimpin, tidak terkecuali kepemimpinan menejerial dalam organisasi, tidak mungkin bekerja sendiri untuk mencapai tujuan. Para pemimpin akan membagi tugas kepada para anggotanya, menjelaskan tujuan dan program, mempengaruhi dan memotifasi, melalui pemberian intensif atau gaji, serta menampilkan keteladanan.

Bagaimanapun juga, fungsi kepemimpinan pendidikan merupakan satu dimensi yang paling esensial untuk melaksanakan menejemen mutu terpadu dalam pendidikan. Setiap respon organisasi terhadap perubahan yang terjadi dan melahirkan kultur mutu demi kemajuan organisasi harus diakomodir secara baik oleh pimpinan lembaga pendidikan. Pimpinan pendidikan merupakan motor penggerak organisasi yang mempengaruhi kinerja anggotanya, yaitu para guru dan staf pegawai lainnya agar bekerja lebih maksimal, menampilkan etos kerja tinggi, dan secara sukarela bekerjasama dengan anggota lainnya untuk mewujudkan standar mutu yang diharapkan oleh konsumen pendidikan (orang tua, masyarakat, lembaga pendidikan yang lebih tinggi, pemerintah, dan dunia kerja).

Implementasi manajemen mutu terpadu dalam pendidikan di sekolah-sekolah mutlak dilakukan oleh pola kepemimpinan dalam suatu organisasi. Artinya, Kepemimpinan kepala sekolah diharapkan bersifat kreatif, inovatif, efektif, dan proaktif terhadap setiap tuntutan perubahan yang berorientasi pada perbaikan mutu berkelanjutan. Dalam hal ini, diperlukan juga reformasi pada struktur sekolah atau restrukturisasi organisasi sekolah sesuai tuntutan tugas untuk perbaikan mutu sekolah.

Lewis (1987) berpendapat, pemimpin yang efektif adalah mereka yang dapat mengadaptasikan diri pada situasi yang bervariasi. Kepemimpinan yang partisipatif dan terpusat pada kelompok secara positif biasanya adalah gaya kepemimpinan yang diinginkan anggotanya. Kepemimpinan akan mempengaruhi kemajuan sekolah dalam menjalankan manajemen mutu terpadu melalui berbagai program perbaikan mutu secara terpadu. Di samping melakukan program-program perbaikan mutu pembelajaran, perbaikan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah, serta peningkatan mutu kepemimpinan, maka di dalamnya juga diperlukan adanya revisi struktur pendidikan untuk menjamin efektifitas dan efisiensi perilaku organisasi melalui pembagian tugas dan tanggung jawab personal.

Struktur organisasi dan kepemimpinan sekolah termasuk dimensi yang harus diperkuat dengan perkembangan keterampilan kepala sekolah melalui panataan manajemen dan kepemimpinan. Selain itu perlunya seleksi yang ketat dan layak bagi seorang guru agar bisa diangkat untuk menduduki jabatan sebagai kepala sekolah. Hal ini bertujuan sebagai proses pengembangan karier dan mendorong kematangan staf dalam menjalankan kepemimpinan pendidikan di sekolahnya. Setiap sekolah perlu menyesuaikan struktur organisasinya dalam pelakasanaan setiap tugas perbaikan mutu sekolah, guru, dan karyawan yang dimiliki, serta memperhatikan pula dukungan masyarakat di lingkungan sekolah.

Pengembangan struktur organisasi sebagai dimensi organisasi dalam manajemen sekolah menjadi penting. Hal ini dilakukan untuk menjawab pola kepemimpinan di setiap sekolah. Otonomi pendidikan yang dikembangkan sebagai konsekuensi otonomi daerah memberi peluang seluas-luasnya bagi sekolah untuk mencairkan kebekuan kepemimpinan yang bersifat sentral selama ini, yaitu semua ditentukan oleh pusat dan bersifat homogen dalam segala hal.

Berdasarkan struktur organisasi sekolah dapat dikemukakan spesifikasi tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing personel. Tugas dan tanggung jawab yang dikemukakan dapat disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan personal. Adapun bidang-bidang tugas yang sesuai dengan contoh struktur organisasi sekolah di atas adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
  • Penanggung jawab umum manajemen sekolah.
  • Penyusun rencana anggaran belanja sekolah (RABS).
  • Penanggung jawab program belajar-mengajar
  • Bertanggung jawab dalam hubungan keluar sekolah pada setiap tindakan sekolah.
  • Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program sekolah kepada dewan sekolah dan pemerintah.
2. Tata Usaha
  • Menata surat-surat masuk dan keluar.
  • Mengelola administrasi pengajaran dan pembelajaran.
  • Menlayani registrasi siswa.
  • Menyusun laporan-laporan.
  • Menata situasi administrasi sekolah.
  • Mengelola registrasi material sekolah.
3. PKS Urusan Kurikulum
  • Menyusun jadwal pelajaran.
  • Menyusun program pengembangan kurikulum.
  • Menyusun bahan evaluasi belajar.
  • Membuat laporan pelaksanaan KBM.
4. PKS Urusan Kepegawaian
  • Menyusun rencana kegiatan pemberdayaan guru.
  • Menata disiplin guru dan karyawan.
  • Mengefektifkan kinerja guru dan karyawan.
  • Menyusun laporan kegiatan.
5. PKS Urusan Kesiswaan
  • Menyusun kegiatan ekstrakulikuler.
  • Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler.
  • Menyusun program bimbingan, penyuluhan, dan pengayaan.
  • Mendata siswa berprestasi dan siswa kurang berprestasi.
  • Menyusun laporan kesiswaan.
6. PKS Urusan Humas
  • Menyusun rencana kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka pengembangan mutu pendidikan.
  • Melaksanakan berbagai kerjasama dengan berbagai pihak terkait dengan tujuan pengembangan mutu pendidikan.
  • Memperlancar hubungan dengan dewan sekolah dan unsur lembaga swadaya masyarakat bidang pendidikan.
Keterangan :
PKS : Pembantu Kepala Sekolah

Bisa dikatakan bahwa kinerja seorang kepala sekolah seringkali diukur dari kualitas dan kinerja bawahannya, yaitu guru dan karyawan lainnya di sekolah. Hal itu dikarenakan kinerja unsur sekolah (guru dan staf lainnya) lahir dari keterampilan dan gaya/pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memberdayakan setiap kompetensi yang dimiliki sekolah. Kepemimpinan yang demokratis-partisipatif dapat memberdayaan dan melibatkan guru dalam pengambilan keputusan untuk merealisasikan kemajuan sekolah. Untuk itu, pola atau gaya (style) kepemimpinan merupakan syarat penting dalam menciptakan kepemimpinan pendidikan yang dapat memajukan mutu pendidikan suatu sekolah. Gaya kepemimpinan merupakan bentuk pengkomunikasian visi dan nilai-nilai organisasi terhadap anggota, staf, dan konsumen pendidikan dalam wujud pengalaman pelayanan yang harus mereka berikan.

3. Peran Pemimpin Lembaga Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan adalah proses mempengaruhi semua personel yang mendukung pelaksanaan aktifitas belajar-mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Peran kepemimpinan lembaga pendidikan dilaksanakan oleh rektor, direktur, kepala sekolah/madrasah, dan pimpinan pesantren.

Banyak komponen-komponen yang harus diperhatikan untuk mengimplementasikan manajemen mutu pendidikan di sekolah-sekolah. Komponen tersebut mencakup kepemimpinan, pendidikan, dan latihan, iklim organisasi, fokus konsumen pendidikan, metode ilmiah dan alat-alatnya, data yang bermakna, serta tim pemecah masalah. Semua komponen ini akan berfungsi dengan baik saat kepemimpinan sebagai faktor pertama dari peluang dan implementasi Total Quality Management (TQM) atau manajemen mutu terpadu pada setiap sekolah dilaksanakan secara maksimal. Tanpa kepemimpinan, maka komponen lain tidak akan berarti bahkan tidak terwujud.

Berkaitan dengan hal tersebut, Peters dan Austin mengajukan pertimbangan khusus terhadap kepemimpinan pendidikan untuk meraih mutu dalam sekolah unggul. Beberapa pertimbangan yang penting untuk diperhatikan adalah perspektif yang dibutuhkan para pemimpin pendidikan yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Vision and symbol
Artinya kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai lembaga terhadap staf, guru-guru, para pelajar, dan masyarakat luas.
2. Management by Walking About (MBWA)
Merupakan suatu cara bagi pemimpin untuk memahami, berkomunikasi, dan mendiskusikan proses yang berkembang dalam lembaga dengan tidak hanya duduk di belakang meja kerjanya.
3. For The Kids
Artinya perhatian yang sungguh-sungguh kepada semua anggota lembaganya, baik pelajar (primary customer) maupun pelanggan lainnya.
4. Autonomy, Experimentations, and Support for Failure
Artinya memiliki otonomi, suka mencoba hal-hal baru, dan memberikan dukungan bagi sikap inisiatif dan inofatif untuk memperbaiki kegagalan.
5. Create A Sense Of Family
Artinya cara untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan diantara sesama guru, pelajar, karyawan, dan staf pimpinan lainnya.
6. Sense Of The Whole, Rhytme, Passion, Intensity, and Enthusias
Artinya menumbuhkan rasa kebersamaan, keinginan, semangat, dan potensi dari setiap staf (karyawan dan guru).

Peranan kepemimpinan pada setiap level organisasi akan menentukan pencapaian perbaikan mutu. Komitmen terhadap mutu harus merupakan sikap utama dari pemimpin lembaga pendidikan tertentu. Ini merupakan alas an bahwa manajemen mutu terpadu menjadi penting sebagai bentuk proses pengawasan dari atas ke bawah. Dapat diperkirakan sekitar 80% dari inisiatif mutu masih gagal untuk tahun pertama sampai tahun kedua. Seringkali alasan utama kegagalannya adalah kurangnya manajer senior yang mendukung dan memiliki komitmen. Perbaikan mutu sangat penting untuk menjalankan koordinasi mutu. Untuk berhasilnya manajemen mutu terpadu dalam pendidikan, maka harus ada manajer yang mau menyediakan waktu lebih banyak untuk memimpin, membuat rencana, mengembangkan ide-ide baru, dan bekerjasama dengan pelanggan konsumen pendidikan.

Seorang pemimpin memiliki visi yang berbeda-beda dengan pemimpin yang lainnya. Hal itu disebabkan, bagi seorang pemimpin visi merupakan masa depan organisasi. Ditegaskan oleh Snyder dkk. (1984:18) yang mengatakan bahwa visi memang baru sekedar wacana yang belum terimplementasikan, tetapi visi bukanlah mimpi. Visi merupakan kedalaman dan keluasan pengertian yang dapat mendeteksi bentuk dan kecenderungan sebagai sesuatu yang mengantarkan dan membimbing pemimpin memasuki hari ini dan masa depan.

Hakikat dari sebuah visi tentang masa depan bukanlah sekedar sebuah rencana atau tujuan semata. Visi merupakan gambaran masa depan yang seharusnya dan menjadi inti akan suatu tujuan yang akan terlihat disukai, sedangkan rencana dan tujuan merupakan wahana untuk membuat gambaran sebuah realitas. Sebagai sesuatu yang ideal dan sebagai pencitraan masa depan, maka visi harus bersifat jelas, ringkas, menantang, berorientasi ke depan dan disukai. Visi dirumuskan bersama-sama antara pemimpin dan staf pendidikan untuk dikomunikasikan agar melahirkan komitmen terhadap visi tersebut. Bagi setiap sekolah, visi menjadi bagian dari pedoman yang menentukan jalan untuk dilalui bersama kepala sekolah, guru-guru, karyawan, dan para pelajar.

Visi sekolah perlu dirumuskan pimpinan dan staf bersama masyarakat. Kalau ada sekolah yang belum merumuskan visinya, berarti langkah untuk meraih mutu terbaik dan layanan prima sekolah tersebut masih diragukan. Visi sekolah antara lain dapat berupa :
  1. Menyiapkan lulusan TK memasuki SD yang bermutu.
  2. Menyiapkan lulusan SD yang mampu memenangkan persaingan memasuki SMP terbaik.
  3. Menyiapkan lulusan berpengetahuan, terampil, dan berahlak mulia untuk berprestasi tinggi di SMU bermutu.
  4. Menyiapkan lulusan SMU yang siap memenangkan persaingan memasuki perguruan tinggi.
  5. Menyiapkan sarjana yang menguasai iptek dan memiliki imtak berkualitas untuk bekal kemandirian hidup.

Visi sekolah ini perlu ditransformasikan kepada semua guru, karyawan, dewan sekolah, dan masyarakat. Hal itu menjadi tanggung jawab dan tugas dari pimpinan suatu lembaga pendidikan, terutama manajer senior yang harus memberikan arahan, menjelaskan visi, dan memberikan inspirasi bagi bawahan untuk melakukan tindakan yang bermuara pada mutu lulusan yang diharapkan. Dalam manajemen mutu terpadu, semua manajer organisasi harus menjadi pemimpin dan teladan dalam proses mutu. Mereka perlu mengkomunikasikan misi dan sumbernya kepada seluruh unsur SDM dalam organisasi.

Fungsi kepemimpinan adalah untuk menangani mutu pembelajaran dan mendukung para staf yang berusaha mencapainya. Untuk itu para guru perlu diberdayakan agar mereka dapat memberikan kreatifitas dan inisiatif untuk meraih mutu yang diharapkan. Pemimpin pendidikan yang benar harus memiliki visi sebab dengan memiliki visi maka pemimpin dapat menentukan arah dari tujuan yang hendak dicapai. Sebagai upaya dalam melakukan perubahan budaya, terutama terhadap mutu produk dari sebuah organisasi atau lembaga berorientasi bisnis peran kepemimpinan sangatlah strategis. Hal ini menjadi sangat krusial bagi suatu lembaga pendidikan yang dikelola untuk menghasilkan aset lulusan yang bermutu bagi konsumen pendidikan sehingga peranan pemimpin pendidikan menjadi posisi yang sangat strategis dengan komitmen, kontribusi, dan dedikasinya dalam rangka mengembangkan budaya mutu di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Keberhasilan suatu organisasi yang berorientasi bisnis sangat ditentukan pula oleh pemimpinnya yang visioner. Lembaga pendidikan yang mengusahakan perbaikan mutu harus dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah, dekan, atau rektor yang memahami secara mendalam mengenai visi lembaganya. Pemimpin yang visioner, menampilkan peran keteladanan, menggunakan otoritas dengan bijak, mengembangkan rasa percaya diri personal dengan menjadi motifator bagi seluruh stafnya, mendelegasikan tanggung jawab sesuai dengan deskripsi kerja, dan mampu memunculkan komitmen yang kuat terhadap sasaran organisasi.

Dikemukakan oleh Kouzes dan Posner (1993:31) bahwa suatu lembaga pendidikan hanya akan mengalami perubahan dalam menciptakan mutu lulusan dengan kepemimpinan pendidikan yang berhasil. Menurut Sallis (1993) mengatakan ada beberapa peranan utama pemimpin pendidikan dalam mengembangkan kultur (budaya) mutu, yaitu :
  1. Memiliki visi yang jelas mengenai mutu terpadu bagi organisasinya.
  2. Memiliki komitmen yang transparan terhadap perbaikan mutu.
  3. Mengkomunikasikan pesan mutu.
  4. Menjamin bahwa kebutuhan konsumen pendidikan menjadi pusat kebijakan dan pekerjaan organisasi.
  5. Menjamin tersedianya saluran yang cukup untuk menampung suara-suara konsumen pendidikan.
  6. Memimpin pengembangan staf/karyawan.
  7. Bersikap hati-hati untuk tidak mudah menyalahkan orang lain ketika masalah muncul tanpa melihat bukti karena banyak problematika yang muncul berasal dari kebijakan lembaga dan bukan dari kesalahan staf.
  8. Mengarahkan inovasi dalam organisasi pendidikan.
  9. Menjamin kejelasan struktur organisasi merupakan bentuk tanggung jawab dan memberikan pendelegasian yang cocok dan maksimal.
  10. Memiliki sikap tegas dan teguh untuk menghindarkan segala bentuk penyimpangan dari budaya organisasi.
  11. Membangun kelompok kerja aktif.
  12. Membangun mekanisme yang sesuai untuk memantau dan mengevaluasi kinerja organisasi.

Menurut Edwin A. Locke (1997) fungsi utama pemimpin adalah memantapkan sebuah visi untuk organsiasi yang dipimpinnya dan mengkomunikasikannya dengan cara yang mantap bagi para anggotanya. Oleh karena itu, mengelola organisasi pendidikan sama artinya dengan mengelola orang-orang yang terlibat dalam aktifitas proses pembelajaran. Memimpin orang lain dalam dunia pendidikan berarti mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama secara sukarela untuk mencapai tujuan sesuai harapan konsumen pendidikan dan merealisaikan mutu yang diinginkan.

Sejalan dengan hal tersebut, Kouzes dan Posner (1993:19) bahwa pimpinan dalam membagi visi dilakukan dengan cara mengkomunikasikan dan menanamkan nilai-nilai kepada para guru dan pegawai dalam organisasi pendidikan perlu dilakukan agar mereka mengetahui arah dan budaya organisasi yang menjadi pedoman perilaku anggota dalam bekerja. Blanchard (1998:130) menambahkan pengembangan organisasi dan produktifitasnya dicapai dari buah kepemimpinan yang efektif sehingga hal itu akan mampu menghasilkan mutu secara berkelanjutan dalam lembaga pendidikan. Untuk mewujudkan perbaikan mutu pendidikan berkelanjutan, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang tidak hanya berhasil membangun komitmen organsisasi tetapi juga pemimpin yang sukses mengakomodir ide kreatif serta mampu bekerja secara efektif. Pemimpin pendidikan yang efektif adalah mereka yang mampu memberikan pengaruhnya dalam organisasi sehingga memotori anggotanya untuk bergerak ke arah tujuan yang hendak dicapai secara sukarela dan tanpa paksaan. Pengaruh ini berkelanjutan pada misi mewujudkan mutu pendidikan sehingga kinerja sekolah dapat dirasakan para konsumen pendidikan secara nyata melalui lulusan yang berprestasi dan bermutu.

Ada beberapa kompetensi kepala sekolah yang didaftar secara kualifikasi untuk mencapai keberhasilan melalui penerapan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. Hoy dkk. (2000) menyusun daftar kompetensi yang diperlukan kepala sekolah sebagai berikut :
1. Visi, yaitu (1) kemampuan mengajukan tujuan dan sasaran sesuai keinginan sekolah, (2) kemampuan untuk melaksanakan kebutuhan sementara dalam situasi tertentu, (3) kemampuan memprediksi kebutuhan sesuai tugas, (4) menghasilkan keoriginalan inovasi dan mengungkapkan imajinasi untuk mengidentifikasi tugas, (5) kemampuan mendemonstrasikan suatu kesadaran tentang dimensi nilai dan kesiapan terhadap tantangan asumsi.
2. Keterampilan perencanaan, yaitu (1) kemampuan merencanakan pencapaian target, (2) kemampuan menilai urutan alternatif strategis sebelum pelakasanaan suatu rencana, (3) kemampuan menyadari jadwal yang sesuai, (4) kemampuan menentukan prioritas, (5) kemampuan menganalisis elemen penting, (6) kemampuan mengembangkan secara detail dan urutan logis rencana untuk mencapai sasaran.
3. Berpikir kritis, yaitu (1) kemampuan berpikir analitis dan kritis, (2) kemampuan mengaplikasikan dan mengimplementasikan konsep dan prinsip, (3) kemampuan membedakan berpikir rutin dan analitis.
4. Keterampilan kepemimpinan, yaitu (1) kemampuan mengarahkan tindakan dari semua orang menuju sasaran yang telah di sepakati, (2) menstruktur interaksi untuk menjangkau tujuan, (3) memimpin penyebaran secara efektif semua sumber daya, (4) keinginan menerima tanggung jawab untuk tindakan secara bersama-sama demi untuk mencapai tujuan, (5) kemampuan bertindak secara meyakinkan dalam situasi dan kondisi yang tepat.
5. Keteguhan hati, yaitu (1) kesiapan membuat suatu urutan strategi untuk mencapai solusi masalah, (2) kemampuan untuk mendemonstrasikan suatu komitmen terhadap tugas, (3) kemampuan untuk mengenali kapan iklim yang tepat untuk memberikan respon yang fleksibel.
6. Keterampilan persuasif (mempengaruhi), yaitu (1) kemampuan untuk memberikan pengaruh kepada orang lain melalui tindakan atau keteladanan, (2) kemampuan untuk memperoleh keterlibatan yang lain dalam proses manajemen, (3) membujuk staf untuk menyeimbangkan kebutuhan individual dan keperluan organisasi, (4) membujuk personel untuk memperhatikan alternatif pilihan.
7. Keterampilan hubungan interpersonal, yaitu (1) kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan positif, (2) kemampuan merasakan kebutuhan, perhatian, dan keadaan pribadi dari orang lain, (3) kemampuan mengenali dan menyelesaikan konflik, (4) kemampuan menggunakan keterampilan dan mendengar secara efektif, (5) kemampuan memberitahukan, menginterpretasi dan merespon perilaku nonverbal, (6) kemampuan menggunakan urutan komunikasi lisan dan tulisan secara efektif, (7) kemampuan memberikan kemampuan umpan balik yang sesuai dalam suasana yang sensitif.
8. Percaya diri, yaitu (1) kemampuan untuk merasakan keyakinan akan potensi pribadi dan evaluasi diri, (2) kemampuan mendemonstrasikan perilaku tegas tanpa menggerakkan permusuhan, (3) kemampuan menyusun dan menerima umpan balik dari kinerja seseorang dan gaya manajemen, (4) kemampuan menyampaikan tantangan kepada orang lain agar menata sikap percaya diri mereka, (5) kemampuan menyampaikan umpan balik untuk mengembangkan rasa percaya diri.
9. Pengembangan, yaitu (1) kemampuan untuk secara aktif menemukan cara untuk mengembangkan pengetahuan pribadi, (2) kemampuan untuk mendemonstrasikan suatu pengertian mengenai bentuk pembelajaran diri dan orang lain, (3) kemampuan secara aktif menangkap peluang untuk menangani pertumbuhan secara personal maupun interpersonal, (4) kemampuan untuk memasuki pengembangan kebutuhan, (5) kemampuan untuk melakukan rancangan, melaksanakan , dan mengevaluasi program pengembangan, (6) kemampuan untuk mengimplementasikan iklim yang kondusif dan positif untuk pertumbuhan dan pengembangan organisasi.
10. Empati, yaitu (1) kemampuan untuk mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan kelompok dan kebutuhan personal anggota, (2) kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi dalam suasana yang kondusif dan konstruktif, (3) kemampuan menyatakan hal yang sensitif untuk mempengaruhi keputusan bagi para anggota.
11. Toleransi terhadap stress, yaitu (1) kemampuan menyatakan perilaku yang sesuai dengan keadaan stress, (2) kemampuan mendemonstrasikan ketabahan/ulet dalam situasi penuh tekanan, (3) kemampuan menyisakan secara efektif suatu tingkat pekerjaan, (4) kemampuan memelihara keseimbangan antara beberapa prioritas, (5) kemampuan memperhitungkan tingkatan dari stress orang lain.

Kemampuan kepala sekolah seperti yang diungkapkan di atas merupakan cakupan yang luas untuk dipenuhi. Oleh karena itu, diperlukan berbagai pendidikan, pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman untuk memantapkan kompetensi dan keterampilan memimpin dari setiap kepala sekolah. Pelatihan kepemimpinan dan manajemen sekolah sangat diperlukan untuk menunjang kematangan pelaksanaan program. Tingkat keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya dapat diketahui dengan mengukur tingkat kemampuannya untuk menciptakan iklim belajar-mengajar yang kondusif-representatif. Kegiatannya adalah dengan mempengaruhi, mengajak, dan memotifasi guru, murid, dan karyawan/staf sekolah agar menjalankan tugas masing-masing dengan komitmen, dedikasi, dan etos kerja yang tinggi. Terciptanya iklim belajar-mengajar yang tertib, lancar, dan efektif tidak lepas dari kegiatan penataan manajemen mutu yang dilakukan kepala sekolah dalam kapasitasnya sebagai administrator dan pimpinan sekolah.

Inovasi apa pun dalam pendidikan, implementasinya terletak pada kebijakan dan efektifitas kepemimpinan kepala sekolah. Perubahan dalam manajemen sekolah ke arah manajemen mutu terpadu dimaksudkan agar sekolah semakin menunjukkan kinerja yang efektif dan produktif. Hal itu tentu hanya dapat dicapai jika seluruh unsur sekolah berupa sumber daya personal sekolah memiliki pemahaman dan mampu menerapkan semua filosofi, prinsip, dan teknik manajemen mutu terpadu dalam pendidikan dengan baik. Peningkatan mutu secara berkelanjutan di setiap sekolah akan mampu memenuhi kepuasan konsumen pendidikan, baik orang tua murid, masyarakat, pemerintah, maupun lingkungan industri selaku stakeholders (yang berkepentingan/pemakai) output pendidikan.