Senin, 03 November 2014


D.  Makna Idiomatikal dan Peribahasa
1.   Makna Idiomatikal
a.   Idiomatikal
       Adalah satuan bahasa (dapat berupa kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya tidak sama dengan unsur-unsur kata pembentuknya. Unsur-unsur pembentuk kata menghasilkan makna yang baru. Contoh :
                          1)    Tim pemasaran siswa kewirausahaan bergerilya mencari pelanggan.
Bergerilya makna sebenarnya adalah teknik berperang dengan cara berpindah-pindah tempat. Namun dalam kalimat di atas bergerilya bermakna berpindah tempat mencari pelanggan.
                           2)    Andi semakin tenggelam dalam lamunannya.
Tenggelam makna sebenarnya adalah terbawa masuk ke dalam air yang dalam. Namun, dalam kalimat di atas maksudnya adalah terlena dalam lamunan.

b.   Frasa Idiomatikal
       Adalah kelompok kata yang isinya merupakan idiom/ungkapan yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih. Contoh :
                             1)    Dia pun di bawa ke meja hijau untuk mendapatkan hukuman. ( meja hijau = pengadilan)
                             2)    Ia adalah sosok yang rendah hati sehingga disukai teman-teman. (rendah hati = tidak sombong)

2.   Peribahasa
       Adalah kalimat yang susunannya tetap dan mengiaskan maksud tertentu. Peribahasa mengandung ajaran moral dan budi pekerti. Peribahasa dibedakan menjadi dua yaitu :
a.   Pepatah
       Adalah peribahasa yang mengandung nasihat. Contoh :
                             1)    Malu bertanya sesat di jalan
Artinya, belajarlah pada orang yang lebih pintar dari kita agar kita tidak melakukan kesalahan.
                             2)    Datang tampak muka pulang tampak punggung
Artinya, saat datang ucapkan salam dan saat pulang jangan lupa berpamitan.

b.   Perumpamaan
       Adalah peribahasa yang menyamakan satu hal dengan hal lainnya yang dianggap mirip atau sama. Biasanya menggunakan kata seperti, bagaikan, bak, laksana, ibarat, seumpama, semacam. Contoh :
                        1)    Sudah lama dia tidak bertegur sapa, bertemu pun pasti berseteru seperti anjing dan kucing saja. (artinya tidak pernah akur)
                     2)    Nasib pekerjaannya bagaikan telur di ujung tanduk, membuat dia kebingungan untuk memilih keluar dari pekerjaannya atau melanjutkan. (artinya kritis, mengkhawatirkan)

c.   Gaya Bahasa/Majas
       Majas menurut KBBI adalah cara melukiskan sesuatu dengan cara menyamakan dengan sesuatu yang lain. Majas juga bermakna cara mengungkapkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa yang khas. Majas dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu :
                          1)    Majas Sindiran
                          2)    Majas Penegasan
                          3)    Majas Pertautan
                          4)    Majas Pertentangan
                          5)    Majas Perbandingan

                          1) Majas Sindiran
a. Ironi
       Adalah majas sindiran berupa katalimat yang bertentangan dengan kata yang dimaksud.  Ironi juga disebut majas sindiran yang halus. Contoh :
(1) Santun sekali ucapanmu sampai membuat telinga kami memerah.
(2) Rajin sekali ya anak itu, jam Sembilan baru bangun.
(3) Bagus sekali dandananmu sampai hantu pun kalah seramnya.
b. Sinisme
       Adalah majas sindiran yang lebih kasar dari ironi. Contoh :
(1) Dasar, kalau bicara dipikir dulu jangan asal njeplak!
(2) Kalau jalan itu ya pakai mata, jangan pakai dengkul.
(3) Dasar perut karet, makanan apa saja pasti diembat.

c. Sarkasme
     Adalah majas sindiran yang sangat kasar. Contoh :
(1) Dasar anak haram, lebih baik kamu pergi dari sini sekarang!
(2) Mau muntah aku melihatmu lagi di sini.
(3) Punya otak tidak sih kamu? soal semudah ini tidak bisa, dasar bodoh!

                    2) Majas Penegasan
                 a. Pleonasme
     Adalah majas yang menggunakan kata-kata yang berlebihan/mubazir. Contoh :
(1) Mereka mendongak ke atas untuk melihat bintang.
(2) Seluruh siswa-siswa diminta tenang dan tidak gaduh saat KBM.
(3) Pesawat itu terbang tinggi ke angkasa.

b. Repetisi
     Adalah majas yang mengulang kata untuk memberi penegasan atau pentingnya kata yang dimaksud. Contoh :
(1) Benar, memang benar dialah pelakunya.
(2) Sayang, aku mohon jangan tinggalkan aku sayang.
(3) Sudah, sudahlah tak perlu kau ungkit lagi masa lalu.

c. Paralelisme
     Adalah majas pengulangan kata pada puisi. Paralelisme dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
(1) Anafora
       Adalah majas pengulangan kata di awal baris pada puisi. Contoh :
Aku hanyalah sampah, dalam hidupmu
Aku hanyalah sampah, untuk hari-harimu
Aku hanyalah sampah, di hatimu.
(2) Epifora
       Adalah majas pengulangan kata di akhir baris pada puisi. Contoh :
Kau menjadi pelangi dalam hidupku
Kamu memberi warna indah dalam hidupku
Menyegarkan pagi dalam hidupku
Meramaikan hari-hari dalam hidupku

d. Tautologi
     Adalah majas yang menggunakan kata bersinonim. Contoh :
(1) Mereka sangat riang gembira mengatahui lulun UN.
(2) Kerabat, saudara, keluarga dan sanak family datang di acara itu.
(3) Kita harus rukun, akur, damai, dan tentram dalam bertetangga.

e. Klimaks
     Adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berurutan dari yang terendah/kecil hingga yang tertinggi/besar. Contoh :
(1) Siswa, karyawan, guru, hingga kepala sekolah antusias mengikuti lomba.
(2) Jangankan seribu, seratus ribu, satu juta, bahkan satu milyar pun aku tak punya.
(3) Mulanya ia mengeluh, lalu merintih, kemudian mengerang, menangis, hingga menjerit kesakitan saat dibersihkan lukanya oleh perawat.

f. Antiklimaks
     Adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berurutan dari yang tertinggi/besar hingga yang terendah/kecil. Contoh :
(1) Gedung, rumah-rumah, hingga gubuk liar semua dibongkar oleh pemda.
(2) Orang tua, remaja, hingga anak-anak berteriak senang saat pertunjukkan mulai berlangsung.
(3) Mulai dari mobil, motor, hingga becak tidak bisa melewati jalur itu lagi.

g. Koreksio
     Adalah majas yang meralat kesalahan yang sebenarnya disengaja. Contoh :
(1) Dia hanya kakak bagiku, oh bukan, dia lebih dari itu, dia seperti kekasih buatku.
(2) Ibu ada di rumah, eh maksud saya ada di rumah nenek di Bandung.
(3) Adik tadi menangis, eh bukan, bukan dia hanya berakting saja tadi.

h. Preterito
     Adalah majas yang menyembunyikan sesuatu yang seolah-olah dirahasiakan padahal secara tidak sadar diberitahukan langsung. Contoh :
(1) Jangan katakan kepada siapa pun ya jika saya tidak ikut pelajar tadi.
(2) Saya tidak mau membuka rahasia jika dia yang mencorat-coret dinding.

                   3) Majas Pertautan
                  a.   Alusio
       Adalah majas yang menggunakan peribahasa atau menggunakan peristiwa yang sudah umum/diketahui masyarakat. Contoh :
(1) Jangan kau tiru perangai Si Malin Kundang.
(2) Kita pasti tidak mau jika kejadian G30S PKI terjadi lagi di Indonesia.

b.   Metonimia
       Adalah majas yang menggunakan merek dagang yang dikenal. Contoh :
(1) Setiap hari dia mengendarai Byson untuk pergi ke sekolah. (merk motor)
(2) Dengan menaiki Garuda, Pak SBY dan rombongan bertolak ke India. (Merk/nama maskapai penerbangan)

c.   Sinekdoke
(1) Pars Pro Toto
       Adalah majas yang menyebutkan sebagian untuk keseluruhan. Contoh :
a)   Ibu membeli seekor ayam di pasar untuk acara syukuran nanti sore.
b)   Sudah lama aku tak melihat batang hidungnya di kelas.
(2) Totem Pro Parte
       Adalah majas yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.  Contoh :
a)   Indonesia kemarin kalah 2-0 melawan Arab Saudi dalam Piala AFC 2014. (yang dimaksud kesebelasan/tim sepakbola)
b)   Juara 1 lomba baca puisi berhasil diraih oleh SMK Muhammadiyah. (yang dimaksud salah satu peserta dari siswa SMK Muhammadiyah)

d.   Eufemisme
       Adalah majas yang menggunakan kata yang memiliki nilai kesopanan/halus. Contoh :
(1) Putra Bapak hanya sedikit tidak mampu mengejar pelajaran dibandingkan siswa lainnya. (maksudnya bodoh)
(2) Mohon maaf, saya ingin ke belakang sebentar. (maksudnya ke toilet)

e.   Antonomasia
       Adalah majas yang menggunakan nama julukan/nama pengganti. Contoh :
(1) Siapa kepala suku di kelas ini, dia harus bertanggung jawab. (maksudnya adalah ketua kelas)
(2) Nah itu dia Si Cungkring sudah datang. (maksudnya adalah anak kurus)

                   4) Majas Pertentangan
a.   Hiperbola
     Adalah majas yang menyatakan suatu hal dengan cara berlebih-lebihan.Contoh :
(1) Air matanya membanjiri pipi.
(2) Darahnya bercucuran mengotori baju yang dipakainya.
(3) Kau mengagetkanku hingga jantungku sampai mau copot.

b.   Litotes
     Adalah majas yang mengungkapkan suatu maksud secara berlawanan untuk merendah atau menghormati agar terasa lebih sopan. Contoh :
(1) Silakan saudara mampir ke gubuk saya jika sempat. (gubuk=rumah)
(2) Terimalah hadiah yang tidak seberapa ini. (tidak seberapa=berharga)
(3) Saya juga sama dengan yang lain, hanya pegawai biasa di kantor itu. (pegawai biasa=pejabat penting)

c.   Aksimoron
     Adalah majas yang mengungkapkan dua maksud yang berlawanan di dalam satu kalimat. Contoh :
(1) Setelah menikah mereka bahagia, namun hidupnya terlunta-tuna.
(2) Dia yang membuatku tertawa, dia juga yang membuatku menangis.
(3) Meskipun perilakunya terlihat tenang, sesungguhnya hatinya bergejolak.

d.   Kontradiksi Intermesis
     Adalah majas yang bertentangan dengan apa yang telah disebutkan sebelumnya. Contoh :
(1) Semua siswa telah hadir, kecuali si Arman.
(2) Seluruh peserta perkemahan telah daftar ulang, hanya tinggal beberapa anak yang belum.
(3) Selain Pak Camat, semua undangan telah datang di acara itu.

e.   Antitesis
     Adalah mejas yang menggunakan kata yang berantonim (lawan kata). Contoh :
(1) Hidup dan matinya hanya diabdikan untuk Tuhan.
(2) Mereka berjanji selalu bersama saat susah maupun senang.
(3) Dia sudah pulang pergi hampir sepuluh kali hanya untuk mengambil air.

f.    Paradoks
     Adalah majas yang seolah-olah bertentangan namun sesungguhnya tidak karena objek/keadaan yang dipertentangkan memang berbeda. Contoh :
(1) Di tengah keramaian Jakarta, dia masih merasa kesepian.
(2) Hidupnya sebatang kara, hanya ditemani adik semata wayangnya.
(3) Ayam mati kelaparan di dalam lumbung padi.

g.   Anakronisme
     Adalah majas yang menunjukkan peristiwa yang tidak masuk akal/tidak logis. Contoh:
(1) Begitu anak itu lahir, ia langsung mengembangkan senyum yang manis.
(2) Bisa-bisa terjadi perang dunia ketiga jika saat itu dipenegoro menyerbu.

                   5) Majas Perbandingan
a.   Asosiasi
     Adalah majas yang membandingkan suatu hal yang telah disebutkan sebelumnya dengan hal lain yang memiliki sifat yang dianggap sama/mirip. Biasanya menggunakan kata pembanding seperti, bagaikan, laksana, bak, ibarat. Contoh :
(1) Mukanya pucat pasi bagai bulan kesiangan.
(2) Bibirnya seperti delima yang merekah.
(3) Hidupnya bagaikan telur diujung tanduk.

b.   Simile
     Adalah majas yang membandingkan dua hal yang memang berbeda tetapi dianggap sama. Contoh :
(1) Di tengah kesunyian hatinya menderu rindu.
(2) Hidupnya sangat mujur hingga hartanya tak lagi terhitung jari.

c.   Metafora
     Adalah majas yang membandingkan dua hal karena ada persamaan sifat. Contoh :
(1) Padi di sawah mulai menguning keemasan siap untuk dipanen.
(2) Koruptor itu adalah tikus yang menggerogoti uang rakyat.
(3) Kamu menjadi benalu di keluarga ini.

d.   Alegori
     Adalah majas yang membandingkan dua hal yang berkaitan secara utuh/langsung. Contoh :
(1) Jika anda mengarungi samudera kehidupan ini pasti akan menemui topan badai di tengah perjalanan.
(2) Hidup ini memang putaran roda, kadang kita berada di atas namun suatu waktu kita berada di bawah.

e.   Personifikasi
     Adalah majas yang membandingkan suatu benda memiliki sifat manusia. Contoh :
(1) Nyiur di pantai itu melambai-lambai dibelai angin laut.
(2) Rumput liar yang bergoyang seragam saat angin bertiup.
(3) Badai itu menyapu seluruh wilayah perumahan di desa Danareja.

f.    Tropen
     Adalah majas yang menggunakan kata kiasan untuk menyatakan maksud secara tepat. Contoh :
(1) Presiden akan segera terbang ke pertemuan APEC di Bali.
(2) Hatinya telah terkait oleh janji-janji manis kekasihnya.