Senin, 26 April 2010

MIMPI BENARKAH BISA MENJADI PERTANDA??


Mimpi atau bunga tidur adalah bagian dari kehidupan manusia. Seseorang bisa dibuatnya merasa sedih atau bahagia karena mimpi. Mimpi di kalangan sebagian masyarakat dianggap sebagai tanda dari peristiwa yang akan dialami. Bahkan parahnya sudah menjadi kepercayaan. Terutama beberapa mimpi yang sudah disepakati “tafsir umumnya” di tengah masyarakat.

MIMPI MEMBAWA PETAKA
Ketika seseorang bermimpi digigit ular, maka penafsiran yang muncul adalah orang tersebut akan segera ke palaminan. lain lagi jika seseorang bermimpi giginya tanggal (lepas), maka mimipi ini dianggap sebagai pertanda buruk, akan terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan. Tafsir umum dari mimpi gigi tanggal adalah aka nada kerabat yang meninggal dunia.
Tafsir yang identik maknanya dengan gigi tanggal tetapi lebih menakutkan lagi adalah mimpi menjadi pengantin. Penafsiran yang ada di masyarakat adalah pertanda dekatnya ajal seseorang. Masya Alloh, padahal umur, jodoh, rejeki seseorang adalah hak prerogatif Alloh Azzawajalla yang mengetahuinya. Ada lagi mimpi buruk jika dikejar-kejar oleh mahluk halus, maka hidup seseorang akan senantiasa diwarnai dengan kesialan. Mimpi buang air besar dianggap juga sebagai pertanda buruk karena katanya seseorang akan kehilangan harta benda.
Seringkali dalam menyikapi hal-hal semacam itu di tengah kepercayaan masyarakat akan tafsir mimpi-mimpi itu membuat kita miris dan bingung dengan pola pikir masyarakat yang mengaku modern dan notabene berpendidikan. Bagaimana tidak miris dan bingung, percaya tidak percaya tetapi kenapa kenyataannya mirip dengan kejadian yang dialami. Boleh jadi kita pernah mengalaminya. Anehnya lagi beberapa daerah di Indonesia memiliki kesamaan tafsir akan suatu mimpi. Contohnya tentang gigi tanggal, hampir di seluruh Jawa ditafsirkan sama.

BAGAIMANA SELAKU MUSLIM MENYIKAPINYA

Sebagai seorang muslim kita tidak seharusnya bisa menerima begitu saja tentang mimpi yang dialami. Sesungguhnya Islam telah mengajarkan dalam Al Quran dan As Sunnah untuk dijadikan pegangan dalam menanggapi masalah mimpi ini. Dalam tafsir-tafsir pun dijelaskan, jika pedoman yang digunakan untuk menyikapi mimpi sangat terang dan kita bisa menerima suatu mimpi itu sebagai petunjuk dari Alloh Azzawajalla bagi kebaikan kita. Akan tetapi jika mimpi itu tidak berdasar, maka harus ditinggalkan karena akan terseret dalam syirik jika mempercayainya.
Mungkin pernah ada kejadian, seseorang yang membatalkan rencananya karena mimpi yang didapatkannya. Dalam hal ini mengurungkan ibadah. Misalnya, tidak jadi berangkat menghadiri pengajian atau majlis ta’lim karena mimpi buruk yang dia dapatkan. Apabila dia berangkat nanti akan mengalami musibah atau dengan mengganti hari untuk melaksakan ibadah tersebut. Hal ini sudah termasuk tathayur (was-was, kawatir yang berlebihan). Padahal Rosulalloh SAW bersabda : “Barangsiapa yang mengurungkan niat dan hajatnya karena tathayur, maka dia benar-benar telah syirik. Mereka berkata “Lalu apa yang dapat menghapus itu?” lalu Rosulalloh SAW berkata: “Hendaknya orang itu berkata: Ya Alloh, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kevuali kesialan dari Engkau dan tidak ada Tuhan selain Engkau.” (Riwayat Ahmad dan Thabrani).
Barangkali juga seseorang yang mengalami mimpi buruk (jawa; dierep-erep) kemudian orang itu menjadi ketakutan akan kejadian dari mimpi itu, membayangkan apa yang ditemuinya itu terealisasi dalam kehidupannya dalam sosok aneh dan menakutkan sehingga membuat orang itu lebih takut pada apa yang dia temui dalam mimpinya dan orang tersebut melupakan Alloh Azzawajalla sebagai pelindung dan penolongnya dengan lebih mempercayai benda-benda atau jimat sebagai pelindung dirinya dari malapetaka yang akan ditimbulkan dari tafsir mimpi buruknya tersebut. Hal ini pun sudah jelas tergolong syirik, karena telah berpaling dari khauf (takut) kepada Alloh SWT dengan takut kepada selain Alloh kemudian bergantung pada jimat atau benda-benda lain sebagi penolong dan pelindungnya.
Takut melangkah karena percaya pada tafsir mimpi ternyata dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam jurang syirik. Akankah sikap dan keyakinan seperti itu akan terus dipertahankan? Padahal syirik merupakan dosa yang sangat besar sehingga dapat menggugurkan amalan ibadah seseorang dan menjurus pada kekafiran sehingga bisa dianggap murtad (keluar dari Islam).

RAMBU-RAMBU MIMPI
Banyak pendapat yang tidak bisa dijadikan sandaran kebenaran. Misalnya, tiga orang bermimpi sama yaitu giginya tanggal kemudian setelah itu kerabatnya ada yang meninggal dunia, maka hal ini tidak serta merta dapat dijadikan pembenaran akan tafsir mimpi tersebut. Hal ini dikarenakan dalam syariat agama tidak ada penjelasannya.
Islam memiliki rambu-rambu dalam membicarakan masalah mimpi. Diantaranya mimpi itu dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagaimana disabdakan Rosulalloh SAW : “Mimpi itu dibagi menjadi tiga. Ada mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Alloh Azzawajalla, ada mimpi yang berasal dari syaiton, dan ada mimpi yang merupakan bisikan dari dalam diri sendiri saja (bunga tidur). Apabila dia bermimpi sesuatu yang tidak diinginkannya, maka hendaknya ia bangun dan meludah ke arah kiri sebanyak tiga kali serta jangan menceritakannya kepada orang lain.” (H.R. Muslim dan Tirmidzi).
Apa yang harus dilakukan ketika kita mendapatkan mimpi buruk atau baik? dijelaskan dalam hadist riwayat Bukhari : “Mimpi yang baik berasal dari Alloh SWT. Apabila seseorang diantara kalian memimpikan sesuatu yang disukai, hendaklah kamu tidak menceritakannya kepada orang lain kecuali kepada orang yang akan senang mendengarnya. Dan apabila diantara kalian mendapatkan mimpi yang tidak baik dan tidak disukainya, maka mohonlah perlindungan kepada Alloh Azzawajalla dari keburukan mimpi tersebut dan dari kejahatan syaiton yang terkutuk, sebab mimpi buruk itu datangnya dari syaiton. Hendaknya pula kalian jangan menceritakan mimpi buruk itu kepada orang lain karena dapat menyebabkan keburukan pula. Sesunguhnya (dengan begitu) mimpi itu tidak membahayakannya.”
Sesungguhnya banyak hal-hal yang sepele terjadi di lingkungan sekitar kita jika kita tidak tahu bagaimana cara menyikapi menurut syar’i, maka yang terjadi adalah kita melanggar tuntutan agama. Hendaknya kita senantiasa belajar dan terus belajar untuk mendalami ilmu agama agar tidak mudah terjerumus dalam kemusyrikan. Semoga kita dijauhkan dari hal-hal demikian.

1 komentar: