Hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi dua faktor utama, yaitu (1) Faktor dari
dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,
ketekunan, sosial, ekonomi, faktor fisik dan fsikis, dan (2) Faktor yang
datang dari luar diri siswa / faktor- faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Pada era globalisasi ini kebudayaan asing sudah banyak
mempengaruhi kebudayaan masyarakat semua kalangan khususnya
kalangan pelajar. Salah satu contoh kebudayaantersebut adalah
internet. Banyak sekali produk yang dapat kita jumpai di
internet, seperti salah satu produknya yaitu game online yang populer saat ini di kalangan pelajar.
Game saat ini tidak seperti game terdahulu,
jika dahulu game hanya bisa maksimal
dimainkan dua orang, sekarang dengan kemajuan teknologi terutama jaringan
internet, game bisa dimainkan 100
orang lebih sekaligus dalam waktu yang bersamaan dan di tempat yang sama
atau di tempat yang berbeda. Game online sangat berkembang pesat akhir-akhir ini, semakin lama, permainannya
semakin menyenangkan. Mulai dari tampilan, gaya bermain, grafis permainan, resolusi
gambar dan lain sebagainya. Tak kalah juga bervarisasinya tipe permainan
seperti permainan perang, petualangan, perkelahian dan game online jenis lainnya yang membuat menariknya
permainan. Semakin menarik suatu permainan maka semakin banyak orang yang
memainkan game online tersebut.
Seperti
yang sudah dijelaskan di awal yang mendominasi
memainkan game online adalah kalangan pelajar, mulai dari pelajar tingkat SMP, SMA bahkan menjamah ke pelajar SD hingga TK. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya warnet dan game center yang ada di kota besar
maupun kota kecil yang bermain game online di dalamnya
adalah pelajar.
Beberapa alasan
jika game online berpengaruh terhadap
kegiatan belajar siswa adalah :
1. Pelajar yang sering memainkan suatu game online, akan menyebabkan ia menjadi ketagihan atau adiksi. Ketagihannya
memainkan game online akan berdampak
baginya, terutama dari segi akademik karena ia masih dalam usia sekolah. Waktunya akan dihabiskan untuk menyelesaikan
suatu misi yang ditawarkan oleh aplikasi game
yang dimainkan. Pelajar yang telah kecanduan game online pastinya tidak akan iingat pada tugas sekolah,
melalaikan waktu belajar demi bermain game.
2. Semakin sering pelajar bermain game online dan menjadi kecanduan maka
akan secara psikologis akan terganggu. Aspek psikologis tersebut yaitu terganggu
dan terhambatnya perkembangan sosial mereka. Game
online akan mengurangi aktivitas positif yang seharusnya dijalani oleh anak pada usia perkembangan mereka. Anak yang mengalami ketergantungan pada aktivitas bernain game
online, selain akan mengurangi waktu belajar juga
mengurangi waktu untuk bersosialisasi dengan teman
sebaya mereka. Jika ini berlangsung terus menerus dalam waktu lama, di perkirakan anak akan menarik
diri pada pergaulan sosial, tidak peka dengan lingkungan, bahkan bisa membentuk
kepribadian asosial, dimana anak tidak mempunyai kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya.
3. Mendorong melakukan hal-hal negatif. Walaupun fenomena ini jumlahnya
tidak banyak tetapi cukup sering kita menemukan kasus pemain game online yang berusaha mencuri ID
pemain lain dengan berbagai cara. Kemudian mengambil uang didalamnya atau
melucuti perlengkapannya yang mahal-mahal demi mengalahkan lawannya. Jika karakter semacam ini disediakan bahkan
memang menjadi aplikasi di permainan online
maka secara tidak sadar para pelajar yang memainkannya sedang digiring
untuk memiliki karakter yang buruk. Ingatlah bahwa seorang anak belajar dari
apa yang dilihatnya. Game online yang
menawarkan adegan yang berbau kekerasan dapat menyebabkan pelajar mengikuti
karakter game yang dimainkannya.
4. Dari segi keuangan, pelajar yang ketagihan memainkan game online akan menghabiskan uangnya
demi bermain game online yang
dimainkannya. Adapun uang yang dihabiskannya digunakan untuk membayar billing warnet game center yang harganya
mulai dari dua ribu perjam sampai tiga ribu perjam atau dan membeli uang virtual game yang digunakan untuk
membeli peralatan, barang, senjata, dan bangunan dari suatu game online. Jika mereka sudah ketagihan dan karakter mereka
terpengaruh karakter game online yang
merusak-mencuri misalnya-maka bisa saja pelajar tersebut mengambil uang SPP demi
memuaskan hasrat bermain game-nya.
Jika uang SPP tidak dibayarkan secara terus-menerus maka dampaknya meluas
seperti dia bisa dipanggil guru BP; wali kelas bahkan dipertemukan dengan
orangtuanya untuk membahas keuangan sekolah yang ternyata belum dibayarkan.
5. Karena hal pada poin (4) menyebabkan ketegangan
hubungan emosional antara orangtua dengan anak menjadi tinggi dan mengarah pada
hubungan yang tidak harmonis. Apabila hubungan antara orangtua dan anak yang berada
dalam situasi konflik keluarga ini berlangsung terus-menerus pastinya akan
menggangu konsentrasi belajar siswa. Pastinya siswa akan menumpahkan kekesalan
atau ketidaknyamanan tersebut dengan berbagai hal yang merugikan waktu belajarnya,
seperti tidak fokus dengan pelajaran di sekolah. Bahkan situasi konflik ini
bisa merambat lebih luas ke hubungan sosial seperti dengan teman sekolah, guru
dan lingkungan bermainnya.
6. Dari segi sikap; selain bisa membuat pelajar
menjadi “pencuri” uang SPP juga keseringan bermain game online juga dapat menyebabkan perilaku yang “tidak sopan”. Pelajar sering kali berbicara kotor dan kasar
saat berada di lingkungan sosial atau bahkan di lingkungan belajar mereka yaitu
sekolah. Entah hal itu sadar atau tidak dilakukan oleh pelajar bersangkutan
namun hal ini dipicu karena para pemain game
online seringkali mengucapkan kata-kata kotor dan kasar saat mereka
mengahadapi situasi yang tidak menyenangkan bagi mereka ketika bermain game online. Apabila hal tersebut terus
berlangsung tanpa adanya koreksi dan perhatian dari orangtua, guru dan
lingkungan akan menjadikan pelajar memiliki karakter yang buruk.
7. Dari segi kesehatan, Baroness Greenfield, profesor
farmakologi di Universitas Oxford menemukan tanda-tanda terhentinya
pertumbuhan zat abu-abu di otak pengguna internet berlebih yang semakin lama
dapat memburuk dari waktu ke waktu. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasi dan
memori, serta kemampuan mereka untuk membuat keputusan dan tujuan yang akan
mereka tetapkan. Apabila pecandu game online mengesampingkan hasil riset
tersebut akan menimbulkan kerusakan pada otak yang lebih serius. Bagi pelajar
pastinya hal itu akan menggangu fokus belajar mereka. Selain itu, pengguna game online yang adiktif, yang “betah”
berjam-jam berada di depan layar monitor akan memberikan ketegangan pada mata
dan hal itu dapat menyebabkan mata menjadi rusak. Padahal mata adalah salah
satu sumber pengetahuan bagi pelajar untuk mendapatkan ilmu baik di sekolah
maupun dari dunia di sekitarnya.
8. Perubahan pola makan dan istirahat. Perubahan pola istirahat dan
pola makan sudah sering terjadi pada pemain game
online karena menurunnya kontrol diri. Waktu makan menjadi tidak teratur
dan mereka sering tidur pagi demi mendapat akses internet murah pada malam-pagi
hari. Hal ini tentu akan
mengakibatkan mereka melalaikan tugas sekolah sekaligus kesehatan mereka
terganggu sehingga jika sakit pasti mereka akan meninggalkan kelas untuk
istirahat di rumah bahkan dirawat di rumah sakit. Akibatnya jelas, pelajaran
mereka akan tertinggal.
Karena respon yang diterima oleh pelajar merupakan efek dari apa
yang mereka lihat dan mainkan melalui game
online maka akan mengakibatkan seorang pelajar berperilaku kompulsif (memaksa)
untuk memenuhi hasrat bermain game online dengan melakukan berbagai cara. Hal
litu ditunjukkan pada mereka yang sudah kecanduan atau adiktif terhadap
permainan online yang menyuguhkan
berbagai kelebihan atau keunggulan games yang dilempar di pasaran dan tak lain
untuk merekrut peminat dari berbagai kalangan, tak terkecuali pelajar. Jika
mereka bisa memprogramkan diri untuk menyenangi televisi dan bermain game online, mereka mestinya juga bisa
diprogramkan untuk hal-hal lain yang lebih baik. Jika ia bisa candu untuk
bermain game online, maka
merekapun juga bisa diprogramkan untuk candu belajar.
(Dikutip dari Berbagai Sumber sebagai Materi Lomba Debat Bahasa Indonesia Tingkat Kabupaten Brebes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar