Menyambut Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) lulusan sekolah menengah kejuruan harus memiliki sertifikasi kelayakan
berstandar internasional untuk dapat bersaing dengan negara lain.
Saat ini, memiliki keterampilan dan pendidikan teori saja tidak cukup jika
tidak memiliki sertifikasi keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan
industri. Tujuannya, agar tenaga kerja kita mendapat upah yang layak
seperti tenaga kerja dari negara lain.
Sertifikasi
keterampilan yang diterima oleh siswa SMK, menjelaskan tentang kelayakan
siswa untuk bekerja di perusahan berdasarkan keterampilan selama
sekolah dan menjalani praktik di perusahan. Salah satu cara mengasah
keterampilan siswa SMK adalah LKS (Lomba Kompetensi
Siswa) yang menjadi salah satu cara memotivasi berprestasi siswa dan
sebagai sarana mempromosikan bidang keahliannya untuk menyambut tantangan
global. Selain itu, program magang atau PKL (Praktik Kerja Lapangan) bagi siswa
SMK merupakan langkah nyata dalam implementasi keterampilan kerja siswa SMK di
dunia usaha atau industri. Hal ini jelas akan semakin mengasah keterampilan dan
pengetahuan mereka sebagai bekal keterampilan sesuai standar yang dibutuhkan
oleh dunia usaha dan industri.
Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa keterampilan berbahasa
seperti membaca dan menulis tidak terlalu penting untuk dikuasai oleh siswa
SMK. Apalagi kemampuan membaca dan
menulis secara teori yang sering diajarkan di kelas oleh guru seperti membaca
teks, menganalisa teks dari berbagai sumber, memproduksi berbagai teks, dan lain-lain.
Apalagi apabila sebuah SMK sudah berstandar ISO maka
perusahaan akan mempercayakan perekrutan calon tenaga kerja dari SMK tersebut.
Alasannya, masyarakat internasional sangat menghargai SMK yang ber-ISO karena
dengan begitu menunjukkan jika SMK tersebut telah memiliki perilaku kerja yang
taat azas, efektifitas dan efisiensi pendidikan yang telah menerapkan budaya
kerja yang beraplikasi pada budaya sistematik dalam mendidik siswa, mampu
mengelola sumber daya yang berperilaku mutu (quality attitude), output yang dihasilkan benar-benar memiliki skill atau keterampilan yang sudah
diyakini sebagai pelaku proses produksi yang tolak ukurnya jelas dan berstandar
internasional.
Jadi, standar ISO merupakan salah satu barometer, bukan hanya
untuk sekolah tetapi bagi kualitas siswa yang berada di bawah naungan
pendidikan SMK tersebut yang digambarkan memiliki budaya keterampilan yang “mumpuni”
dan diakui oleh internasional. Berkaca dari hal itu, jelaslah keterampilan yang
dituntut oleh dunia usaha dan industri yang diharapkan dari siswa SMK untuk
menjadi pelaku proses produksi bukanlah keterampilan membaca dan menulis
melainkan keterampilan aplikasi dalam bidang-bidang usaha atau industri.
Kemampuan membaca dan menulis memang
merupakan keterampilan atau skill sebagai
bagian kemampuan berpikir. Dua jenis keterampilan berpikir ini merupakan kemampuan
dalam mengolah informasi yang masuk dalam ranah kognitif/otak manusia.
Kemampuan mengolah informasi sangat ditentukan oleh kemampuan dan tingkat
pengetahuan setiap individu. Skill dapat
dibentuk melalui proses latihan terus-menerus dan yang diajarkan di SMK adalah
70% praktik dan 30% sisanya adalah teori.
Melihat fenomena tersebut sudah
sangat gamblang jika keterampilan berupa praktik memiliki porsi lebih besar
daripada teori. Kegiatan praktik yang diajarkan di SMK tidak lain adalah
kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan yang berkaitan dengan
program keahlian yang ada di setiap SMK, baik keahlian di bidang otomotif,
mekanik, rekayasa perangkat lunak, akuntansi, nautika perkapalan, dan lain-lain.
Hal ini menegaskan keterampilan yang diberikan porsi lebih besar bukanlah
keahlian untuk peningkatan keterampilan membaca dan menulis.
Alasan lainnya karena keahlian
membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang sudah dibekalkan kepada
setiap siswa saat mereka mulai mengenyam pendidikan. Mulai dari tingkat sekolah
dasar, sekolah menengah pertama hingga kemudian mereka memilih untuk
melanjutkan pendidikan di SMA atau memilih di SMK. Ketika siswa memilih belajar
di SMK pastinya bertujuan untuk menambah dan meningkatkan kemampuan pada bidang
keahlian tertentu yang diminatinya. Jika ingin meningkatkan keterampilan
membaca dan menulis niscaya memilih jalur pendidikan SMK dirasa kurang pas. Hal
itu disebabkan keterampilan yang ingin ditingkatkan pada jenjang pendidikan SMK
adalah keterampilan berbasis produksi atau mengarah pada dunia kerja. Untuk
memenuhi standar dunia kerja maka kemahiran dalam membaca dan menulis bukan
menjadi prioritas utama.
Dapat disimpulkan bahwa kemahiran
membaca dan menulis adalah keterampilan yang tidak terlalu dibutuhkan oleh
siswa SMK karena keahlian itu sudah didapatkan oleh siswa semenjak mereka
berada di tingkatan pendidikan dasar dan menengah pertama, kalau pun
keterampilan membaca dan menulis diajarkan di tingkatan SMK itu merupakan
keterampilan tambahan karena keterampilan yang ada di SMK diarahkan untuk
menyiapkan siswa dapat memenuhi kebutuhan sebagai pelaku proses produksi di dunia usaha dan industri.