Status seseorang setelah
menikah secara otomatis berubah, pria lajang kini menjadi suami, wanita lajang
kini menjadi seorang istri, dengan tuntutan dan tanggung jawab masing-masing.
Beban seorang istri bertambah dengan hadirnya seorang anak. Bagi istri yang
secara purna waktu mengurus rumah tangga di rumah, seringkali mengalami kejenuhan dalam melakukan tanggung-jawabnya tersebut. Dia melihat gambaran dari
perempuan lain yang sukses sebagai ibu juga sukses bekerja dengan penghasilan
yang besar pula sehingga mampu memenuhi segala kebutuhan dapurnya.
Seorang istri sekaligus juga ibu seringkali menghadapi dilemma
besar jika berhadapan dengan pertanyaan ”apa
pekerjaan ibu?” Atau “Ibu sekarang
bekerja di mana?” rasanya terasa berat untuk menjawab jika hanya sebagai
ibu rumah tangga, Rasanya malu! Padahal, jika seorang perempuan berkhidmat untuk
menjadi ibu rumah tangga adalah sesuatu yang mulia, yaitu sesuatu yang memang
menjadi tanggung jawabnya. Disana ia akan menemukan surga.
Pertumbuhan
generasi suatu bangsa adalah pertama kali berada di buaian para ibu. Ini
berarti seorang ibu telah mengambil jatah yang besar dalam pembentukan pribadi
sebuah generasi. Ini adalah tugas yang besar! Menancapkan
tauhid, menanamkan kecintaan pada ilmu, mengajari mereka bagaimana beribadah
pada Tuhan YME, mengajari mereka akhlak-akhlak mulia, mengajari mereka untuk
bersyukur, mengajari bersabar, mengajari mereka arti disiplin, tanggung jawab,
mengajari mereka rasa empati, menghargai orang lain, memaafkan, dan masih
banyak lagi.
Butuh seorang pendidik (ibu) yang ulet, telaten, bersungguh-sungguh,
dan dengan tekad yang kuat untuk membentuk anak yang berkualitas, baik fisik
lebih-lebih spiritualnya. Dibutuhkan seseorang yang sabar untuk setiap hari
menempa dengan dibekali ilmu yang kuat. Penuh dengan tawakal dalam membentuk
karakter generasi penerus bangsa yang mampu memahami besarnya peran dan
tanggung jawab sebagai manusia, sebagai seorang penerus generasi.
Anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akhirat!
Setiap upaya yang kita lakukan demi mendidiknya dengan ikhlas adalah suatu
kebajikan. Setiap kebajikan akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Mendidik dan membesarkan anak bukanlah sekedar memberinya makan,
mewujudkan kesuksesan karir anak kita, mengajarkannya agar meraih hidup yang
berkecukupan, atau sekedar mempunyai keluarga yang bahagia semata. Mendidik dan
membesarkan anak adalah tugas mulia bagi para ibu, mendidik akhlak mereka,
membesarkan hati mereka dalam beribadah memahami setiap kekuasaan Allah SWT.
Tetapi ternyata tidaklah mudah
untuk sekadar berterima kasih dan menghargai peran seorang ibu. Sebuah peran
suci dan sakral yang kini lebih sering dianggap sebagai peran domestik dan amat
tradisional. Karenanya, kini tidak sedikit perempuan, yang kerap lebih bangga
menyebutkan berbagai profesi, entah sebagai guru, wartawan, sekretaris,
pedagang, atau profesi lain dibandingkan menyebut dirinya sebagai ibu rumah tangga
(saja). Seorang ibu harus bisa bangga mengatakan bahwa saya adalah
seorang ibu rumah tangga.
Bukankah seberapa besar manusia mampu menjadi ‘manusia’
tergantung dari seberapa besar dia memberikan manfaat pada orang lain dan
lingkungan sekitarnya? Ibu adalah manusia yang sudah begitu banyak memberikan manfaat bagi anak-anak, suami dan
keluarganya. Bukankah guru terbaik seorang ibu adalah pengalamannya sendiri? Ibu merupakan sosok perempuan yang
dengan bangga menentukan sebuah pilihan untuk bekerja sebagai ibu rumahtangga dan
benar-benar berusaha untuk menghayati dan memaknai kariernya itu. Bukankah
proses belajar menjadi ibu yang baik adalah proses sepanjang hayat? Ibu adalah sosok
pejuang yang tidak akan berhenti belajar begitu satu tahap perkembangan
keluarga telah terlampaui, maka masih terdapat milyaran tahapan pembinaan
keluarga yang harus dijalani. Bukan sekadar mengandung selama sembilan bulan
sepuluh hari. Namun seorang ibu
akan terus belajar membesarkan dan mendidik anaknya serta mengembangkan potensi
diri hingga tutup usia.
(Dikutip Dari Berbagai Sumber Untuk Materi Debat Bahasa Indonesia Tingkat Kabupaten Brebes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar