A.
Pengertian
Teks Ulasan/Review Text
Teks
ulasan adalah teks yang berisi tinjauan, ulasan, kupasan, tafsiran, evaluasi
terhadap suatu karya baik berupa film, drama, buku dan lain-lain yang dapat
berwujud komentar, kritik, saran untuk mengetahui kualitas, kelebihan, atau
kekurangan yang dimiliki karya tersebut sehingga dapat dipublikasikan kepada
pembaca/khalayak. Cara yang paling tepat dalam menyampaikan ulasan berbentuk
kritik adalah dengan menggunakan bahasa yang santun, diksi yang baik dan pada
waktu yang tepat. Kita juga harus menguasai permasalahan yang dikritik dan
dapat memberikan solusi atas permasalahan yang diulas.
Dalam
kritik film dan drama yang diulas berhubungan dengan latar, waktu, tempat, tokoh
dan penokohan, bahkan pengambilan gambar film dan drama tersebut. Suatu karya
film atau drama dapat memberikan kesan yang berbeda bagi khalayak. Suatu karya
berupa film atau drama yang menurut orang baik belum tentu baik pula menurut
orang lain.
B.
Struktur
Teks Ulasan
1. Orientasi
Pada bagian ini berisi
gambaran umum karya yang akan diulas yang berwujud paparan tentang nama atau
judul karya, manfaat karya tersebut, dan lain-lain.
2. Tasfiran Isi
Pada bagian ini memuat tentang pandangan pengulas
mengenai karya yang diulas. Pada bagian
ini karya yang diulas dibandingkan dengan karya lain yang mirip atau serupa
kemudian pengulas pun menilai kelebihan dan kekurangan antara dua karya
tersebut.
3. Evaluasi
Bagian ini berisi penilaian tentang bentuk karya, penampilan,
dan produksi karya tersebut secara terperinci baik bagian-bagiannya, ciri-ciri
karya tersebut, dan kualitasnya.
4. Rangkuman
Bagian ini memuat simpulan tentang karya tersebut. Pengulas
menyampaikan opininya berdasarkan hasil ulasan tentang karya tersebut.
C.
Manfaat
Menyusun Teks Ulasan
1. Melatih seseorang memiliki sikap kepedulian dan
kepekaan sosial yang tinggi. Hal ini disebabkan sikap kritis dalam mengulas
teks ulasan tidak lepas dari norma, etika atau aturan hidup yang berlaku di
masyarakat.
2. Melatih seseorang untuk memiliki sikap dan sifat
mental yang kuat. Hal ini berkaitan bahwa seseorang akan dilatih untuk menerima
dengan jiwa yang besar setiap bentuk kritik atau kecaman yang pada dasarnya
untuk membangun jati diri seseorang sebagai manusia tangguh.
3.
Melatih seseorang dalam menilai bagus-tidaknya
suatu karya. Hal itu disebabkan karena dalam kritik atau kecaman terdapat
pertimbangan atau penilaian baik-buruknya suatu karya.
4. Melatih seseorang untuk bersikap jujur, cendekia
atau tajam pemikirannya, bernalar, dan mempunyai rasa estetika yang dijadikan
bahan penilaian oleh pembaca atau khalayak.
5. Melatih seseorang untuk berpikir objektif.
Artinya, seorang kritikus diharuskan mengkritik apa adanya suatu karya yang
ditampilkan.
6. Melatih kejelian seseorang. Artinya, seorang
kritikus menyadari bahwa ada sesuatu yang berada tidak pada tempatnya.
D.
Jenis
Corak Kritik
Ada
empat macam kritik yang dapat kalian gunakan dalam mengulas teks film atau
drama. Masing-masing corak kritik dipengaruhi oleh kemampuan penginderaan yang
baik. Untuk itu penginderaan yang digunakan harus benar-benar dalam kondisi
yang baik. Indera pertama adalah bidang visual yaitu kemampuan mata dalam
melihat dan indera kedua adalah bidang audio yaitu kemampuan telinga dalam
mendengar.
Menurut
Alif Danya Munsi, empat corak yang dimaksud adalah :
1. Corak Kritik Apresiasi
a.
Kritik
Individual
Yaitu kritik yang menunjukkan ekspresi
tunggal mewakili kemauan pengulas untuk menyatakan segi positif dari
pertunjukkan yang disaksikan.
b.
Kritik
Sosial
Yaitu kritik yang yang mewakili
pandangan objektif dengan menyertakan atau mencatat bagaimana respon masyarakat
dalam menyaksikan pertunjukkan tersebut.
2. Corak Kritik Eksposisi
Yaitu kritik yang
mengulas tentang film dan drama berdasarkan bagian-bagian yang membangun film dan
drama tersebut dengan memberikan solusi atau jalan keluar sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas kritik yang kita buat.
3. Corak Kritik Evaluasi
Yaitu kritik yang
dimulai dari memindai kerangka cerita, premis, tema dan bagaimana sutradara
menimplementasikan dan menafsirkannya melalui gambar.
4. Corak Kritik Prevalensi
Yaitu kritik yang
berisi ulasan yang merata, umum, luas, dengan ukuran perbandingan yang ideal
atas tontonan-tontonan lain yang serupa yang pernah ada. Dalam kritik ini
dimulai dengan menyebutkan sesuatu sebagai ukuran ideal kemudian diakhiri
dengan harapan-harapan.
Seorang
kritikus harus bersikap jujur mengungkapkan pendapat dan pandangannya terhadap
apa yang telah disaksikannya. Jujur di sini artinya bersikap terbuka dalam
mengemukakan kelebihan dan kekurangan pertunjukkan itu. Apabila memungkinkan,
dalam mengulas sebuah karya dari sisi negatifnya maka seorang kritikus harus
memberikan solusi. Kritikus yang demikian
akan disegani, dihormati, dan didengar pendapatnya karena kritiknya jujur, benar
dan bermanfaat.
Yang
paling menonjol dalam sebuah pementasan daram atau film adalah bagaimana
kejelian seorang sutradara dalam mengalirkan plot sehingga dramaturgi yang
terbentuk akan menjadi penanda bagaimana emosi penonton ikut dan hanyut ke
dalam semangat pertunjukkan. Ritme yang ditampilkan dalam menampilkan
dramaturgi dimunculkan dari kreativitas yang beragam dengan pengolahan plot
yang saling berkesinambungan dan terjaga dari bagian abstraksi, klimaks hingga
antiklimaks.
Teks
Ulasan yang Ideal harus disusun sesuai dengan struktur teks yang ada dan
menggunakan kaidah kebahasaan, termasuk kaidah ejaan. Kekeliruan dalam
penggunaan kaidah kebahasaan dalam bidang ilmu bahasa sangat beragam seperti kelewahan, kemubaziran atau pleonasme yang berarti penggunaan
kata yang sesungguhnya tidak diperlukan dan jika dihilangkan pun tidak akan
menggangu isi informasi yang disampaikan. Contohnya penggunaan kata bersinonim
secara bersama-sama, seperti agar supaya,
demi untuk, servis pelayanan. Hiperkorek atau penggunaan kata atau istilah
yang sesungguhnya salah tetapi dianggap benar atau suatu kata atau istilah yang
benar malah disalahkan karena ketidaktahuan pengguna bahasa.
Teknik
penulisan judul suatu karaya dalam kalimat pun harus menjadi perhatian
pengulas. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya :
1.
Berita itu muncul dalam harian Kompas tertanggal 28 Februari 2015.
2.
Seluruh cerita hidupnya tertuang dalam bukunya
yang berjudul Lelaki di Persimpangan
Jalan.
Tanda
petik (“....”) dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, bab buku yang
dipakai dalam kalimat. Misalnya :
1. Sajak
“Pahlawanku” tercantum dalam buku ini pada halaman 45.
2. Laporan
Akhir yang berjudul “Deferensiasi Makna” dapat disahkan oleh penguji.
Oleh karena itu, penulisan judul film dan drama yang dipakai
dalam kalimat menggunakan tanda petik (“....”), sedangkan judul novel
dituliskan dengan huruf miring.
E.
Kaidah
Kebahasaan Teks Ulasan
1. Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu. Istilah khusus adalah
istilah yang digunakan untuk bidang tertentu dan pemakaiannya hanya dipahami
oleh orang yang berkecimpung dalam bidang tersebut.
2. Verba/kata kerja
a.
Verba
Aktif
Yaitu kata kerja yang subjeknya berperan
sebagai pelaku atau menunjukkan tindakan atau perbuatan. Contohnya :
1)
Ibu-ibu membersihkan
tanah dari bawang merah yang baru dicabut dari sawah.
2)
Siswa diminta guru untuk mengklasifikasikan berbagai bahan bakar kendaraan bermotor.
3)
Adik ternyata dapat mengangkat meja tersebut.
b.
Verba
Pasif
Yaitu kata kerja yang
subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran tindakan, atau hasil. Contohnya :
1)
Bawang merah yang baru dicabut dari sawah dibersihkan oleh ibu-ibu.
2)
Berbagai bahan bakar kendaraan bermotor diklasifikasikan oleh siswa atas
permintaan gurunya.
3)
Ternyata meja itu terangkat oleh adik
3. Sinonim
Yaitu kata yang
memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki artii atau pengertian yang sama atau mirip. Sinonim disebut juga
dengan persamaan makna ata padanan makna. Contoh :
a. Binatang
= fauna
b. Tumbuhan
= flora
4. Antonim
Yaitu suatu kata yang
artinya berlawanan satu dengan lainnya. Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh :
a. Konstruktif X Destruktif
b. Makro
X Mikro
5. Nomina
a.
Nomina
dasar
Yaitu adalah
nomina yang hanya terdiri atas satu morfem dan dapat dibagi menjadi nomina
dasar umum dan nomina dasar khusus. Contoh :
1)
Adik ingin mimpinya
terwujud untuk menjadi dokter.
2)
Para prajurit terjun
dari ketinggian 1500 meter dengan menggunakan helikopter.
b.
Nomina
Turunan
Yaitu nomina yang diturunkan melalui
proses afiksasi, reduplikasi, atau pemajemukan. Contoh :
1)
Jangan menjadi pemimpi dalam cita-cita.
2)
Heikopter menerjunkan
sepasukan penembak jitu ke wilayah pertempuran.
6. Adjektiva
Yaitu kata yang menunjukkan sifat, atau keadaan orang, benda
atau binatang. Contoh :
a. Mobilnya
tergolong mobil tua.
b. Rumahnya sangat mewah terlihat
dari isi perabotan yang dipajang.
7. Konjungsi
a.
Koordinatif
Yaitu
konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih
unsur (termasuk kalimat) yang sama pentingnya atau setara. Contoh : penambahan:
dan, pendampingan: serta, pemilihan: atau, pertentangan: tetapi, namun, melainkan,
padahal.
Contoh kalimat :
1) Pak Budiono mendesak ketua dan sekretaris IPM agar menyiapkan
proposal Hari Kartini.
2) Jujur saja saya suka dengan karyamu, tetapi sayangnya penyelesaian akhirnya
kurang maksimal.
b.
Subordinatif
Yaitu konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih klausa yang
tidak memiliki status sintaksis yg sama. Contohnya sejak (konjungsi
subordinatif waktu), dengan (konjungsi subordinatif alat)
Contoh kalimat :
1)
Sejak kejadian itu, Rini tak
mau bertemu dengan siapapun..
2)
Pak tani mengairi sawahnya dengan menggunakan
mesin diesel.
c.
Korelatif
Yaitu konjungsi
berupa kata berpasangan untuk menghubungkan antara dua unsur kalimat yang
kedudukannya setara. Contoh konjungsi korelatif : Baik...maupun..., tidak
hanya...tetapi juga..., jangankan...-...pun, entah...entah..., bukan
hanya...melainkan juga..., apa(kah)...atau..., sedemikian rupa...sehingga...,
bukannya...melainkan...
Contoh kalimat :
1) Baik
Andi maupun Puput,
keduanya tidak ada yang mau berkata jujur tentang isi hatinya.
2)
Entah
benar entah tidak,
berita itu sudah membuatnya tidak tenang dalam bekerja.
3) Gambar itu dibuatnya sedemikian rupa sehingga mereka berharap juri mau
menerimanya.
4)
Jangankan
rumah dan isinya, dunia pun
sanggup aku berikan.
d.
Antarkalimat
Yaitu kata yang menghubungkan
antara kalimat satu degan kalimat yang lain. Sehingga konjungsi ini akan
selalu dimulai dengan kalimat baru. Contoh Konjungsi Antarkalimat
1) Konjungsi yang menyatakan
adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan
sebelumnya. Contoh : tambahan pula , lagi
pula , dan selain itu.
Contoh kalimatnya :
a) Kami tidak juara pada
lomba kali ini, lagi pula sekolah
kami hanya berlatih seminggu saja.
b) Korban tanah longsor
tidak mendapat perhatian pemerintah, ditambah
pula pemerintah sedang fokus
menangani kasus KPK dan Polri.
2) Konjungsi yang menyatakan
pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Contoh: biarpun
demikian, sekalipun demikian, walaupun demikian, dan meskipun demikian.
Contoh kalimatnya :
a) Kerugian dalam usaha yang
dialaminya sungguh membuat pola hidupnya berubah, namun demikian dia tetap semangat untuk kembali memulai
bisnisnya itu.
b)
Kemenangan yang
diperolehnya membuat orangtuanya bangga, walaupun
demikian dia tidak mau berbesar kepala di depan teman-temannya.
3) Konjungsi yang menyatakan
keadaan yang sebenarnya. Contoh : sesunguhnya
dan bahwasanya.
Contoh kalimatnya :
a) Peristiwa yang menimpanya
itu, sesungguhnya bisa
dihindari jika dia mau mendengarkan nasihat dari orangtuanya.
b)
Apa yang dilakukannya bahwasanya berdasarkan pada
kebenaran.
4) Konjungsi yang menyatakan
lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya. Contoh: sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya.
Contoh kalimat :
a)
Dia pun tersungkur di
jalan beraspal itu, sesudah itu
warga berdatangan menolong.
b)
Andi bertandang ke rumah
Brandon, selanjutnya dia
bertamu ke rumah Puput.
5) Konjungsi yang menyatakan
kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya. Contoh: sebaliknya.
Contoh kalimat :
a)
Janganlah mengganggu
teman yang lemah, sebaliknya kalian
sebaiknya melindungi mereka.
b)
Jika kakaknya rajin
belajar, sebaliknya adiknya
menjadi siswa yang malas.
6)
Konjungsi yang menyatakan
pertentangan dengan keadaan sebelumnya. Contoh: namun dan akan tetapi.
Contoh kalimat :
a) Persoalan antara keduanya
memang sudah diselesaikan dengan cara musyawarah, akan tetapi warga masih meragukan keseriusan kedua pihak
untuk berdamai.
b)
Hasil ujian SMPTNnya
sungguh memuaskan, namun dia
masih belum yakin akan diterima di Perguruan Tinggi Negeri yang diimpikannya.
7) Konjungsi yang menyatakan
kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya. Contoh: sebelum itu.
Contoh Kalimat :
a) Polisi tampak tidak
kesulitan membekuk anggota gerombolan geng motor itu, sebelum itu ketua geng motor berhasil diamankan terlebih
dahulu.
b) Kita harus mengolah
seluruh bahan yang ada, sebelum itu
siapkan dahulu loyang yang akan digunakan untuk mencetak.
8) Konjungsi yang menguatkan
keadaan yang dinyatakan sebelumnya. Contoh: malahan
dan bahkan.
Contoh kalimat :
a)
Rindu sering memenangkan
lomba MTQ di propinsi, bahkan
dia termasuk tilawah terbaik se-Jawa Tengah.
b)
Seluruh peserta seminar diminta
melakukan daftar ulang, malahan
diminta iuran gotong royong.
9)
Konjungsi yang menyatakan
kosekuens. Contoh: dengan demikian.
Contoh kalimat :
a) Jika kalian melakukan
perbuatan ini lagi, dengan demikian
konsekuensinya kamu harus menerima sanksi tegas dari sekolah.
b)
Novi mengakui tindakannya
di depan guru BK, dengan demikian
dia pun menerima surat peringatan pertama dari sekolah.
10)
Konjungsi yang menyatakan
akibat. Contoh: oleh karena itu dan oleh
sebab itu .
Contoh kalimat :
a) Satu kelas berminat pergi
ke Jakarta bulan depan, oleh sebab itu
mereka pun mau iuran Rp 5.00,00 tiap hari.
b) Para siswa senang dengan
hasil kerja mereka, oleh karena itu
mereka berencana mengadakan syukuran bersama wali kelasnya.
8.
Pronomina
Yaitu
kata yang dipakai
untuk mengacu pada nomina atau kata benda lain. Terdapat tiga jenis pronomina dalam bahasa Indonesia,
yaitu:
a. Pronomina persona
Adalah
pronomina yang digunakan untuk acuan berupa manusia. Contoh: saya, aku, engkau, kau, kamu, ia, dia, -nya,
-mu, -ku, dan lain-lain.
b. Pronomina penunjuk
Adalah
pronomina yang dipakai untuk penunjuk umum, arah dan tempat. Contoh: ini, itu, di sana, di sini.
c. Pronomina penanya
Adalah
pronomina yang digunakan untuk menanyakan hal berupa manusia, barang, atau
pilihan. Contoh: siapa, apa dan mana.
9. Prepopsisi
Yaitu kata-kata yang digunakan untuk
merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa. Preposisi juga dimaknai
kata yang digunakan di depan kata benda yang berfungsi untuk merangkaikan kata
benda itu dengan bagian kalimat lain. Contoh: di-, ke-, dari, pada, oleh,
tanpa, demi, dan lain-lain.
Contoh kalimat:
a. Ketika pergi tamasya ke Hongkong Mira membawa seluruh
keluarganya.
b. Untuk sampai di pelabuhan, anda
harus naik angutan kota dari terminal Bungorasih.
c. Tanpa bantuan orangtuanya, mereka tidak akan
mampu menyelesaikan sekolahnya.
10. Artikula
Yaitu kata tugas yang
membatasi makna nomina atau kategori
yang mendampingi nomina dasar. Artikula disebut juga kata sandang. Contoh: si, sri, sang, hang (laki-laki), dang
(perempuan), para, kaum, umat, yang.
Contoh kalimat:
a.
Adik suka mendengar cerita Si Kancil.
b.
Kedatangan Sri Baginda disambut dengan
taburan bunga-bunga di sepanjang jalan.
c.
Kini dia resmi diangkat sebagai Sang
Pangeran.
d.
Saat itu Hang Tuah memutuskan untuk
melanjutkan perjalanannya.
e.
Dang Merdu menjadi terkenal
dengan hikayatnya yang cukup menyentuh.
11. Kalimat Simpleks dan Kalimat Kompleks
a. Kalimat Simpleks
Yaitu kalimat yang terdiri dari satu
verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks
disebut juga kalimat tunggal, karena hanya terdiri dari satu struktur yaitu
subjek-predikat-(objek)-(keterangan)-(pelengkap). Struktur yang berada di dalam
tanda kurung merupakan unsur yang tidak selalu ada dalam kalimat simpleks.
Contoh kalimat Simpleks dengan variasi strukturnya :
1)
Kakek mambaca koran
di ruang tamu.
S
P O Ket. Tempat
2)
Kakak menyapu rumah.
S
P
O
3)
Sampah itu dibuang Adik.
O P
S
b. Kalimat Kompleks
Yaitu kalimat yang
terdiri dari lebih dari satu aksi, peristiwa atau keadaan sehingga memiliki
lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur. Antara struktur
yang satu dengan struktur yang lainnya biasanya dihubungkan dengan menggunakan
konjungsi. Contoh kalimat kompleks:
1)
Seruni
tetap pergi mengaji
padahal cuaca saat itu hujan.
S P O Konjungsi S
Ket.Wkt Predikat
2)
Saat ayah mengerjakan tugas, ibu di rumah membuat kue.
Ket.Wkt S P O S
Ket.Tmpt P O