Adalah jenis sastra
lisan yang berbentuk puisi lama; pantun juga bermakna tunjuk ajar yang di dalamnya terdapat nilai luhur agama, budaya
dan norma yang dianut masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat disampaikan dalam
bentuk kelakar (canda ria), sindiran, nyanyian, dan lain-lain.
Pantun dikenal dengan
nama yang berbeda-beda di beberapa daerah di Indonesia. Di Minang pantun
dikenal dengan nama patuntun, di Jawa
disebut parikan, di Sunda disebut paparikan, di Batak disebut dengan umpama atau ende-ende, Masyarakat Toraja mengenalnya dengan nama londe, di Aceh dikenal dengan nama panton,
di Bengkulu disebut rejong. Di eropa, seperti Spanyol
mengenal pantun dengan istilah copla, di
Jerman dikenal dengan nama schnadahufle, di Italia disebut ritornello, di Latvia dikenal dengan
nama dain.
Lahirnya pantun di masyarakat Melayu diawali oleh kebiasaan
masyarakat dalam menggunakan pantun untuk menyampaikan maksud tertentu. Panrun
sering digunakan dalam acara kelahiran, pernikahan, pertemuan-pertemuan maupun
pada acara adat lainnya sehingga saat itu penggunaan pantun menjadi alat atau
sarana untuk berkomunikasi oleh masyarakat Melayu.
B.
STRUKTUR
TEKS PANTUN
1.
Sampiran
(pembayang)
Sampiran biasanya berupa sketsa atau unsur alam atau suasana
(mencirikan masyarakat pendukungnya). sampiran pada pantun berfungsi sebagai
pengantar (paling tidak menyiapkan rima/sajak dan iramadua baris terakhir)
untuk mempermudah pemahaman isi pantun.
2.
Isi
(maksud)
Isi atau maksud pantun umumnya merujuk pada dunia manusia
yang meliputi perasaan, pemikiran dan
perbuatan manusia.
C.
CIRI-CIRI
PANTUN
1. Jumlah
baris/lariknya genap.
2. Terdiri
dari dua bagian yaitu sampiran (pembayang) dan isi (maksud).
3. Tiap
bagian terdiri dari bait, rima atau persajakan, baris atau larik dan ritme atau
irama.
a. Bait adalah kumpulan beberapa baris/larik kalimat yang dapat terdiri
dari 2 s.d. 4 baris dalam satu bait.
b. Rima/persajakan adalah persamaan bunyi di akhir baris/larik.
c. Baris/larik adalah kelompok kata yang membentuk satu kalimat.
d. Irama/ritme adalah tinggi rendah; naik turunnya suara secara teratur dalam
pelafalan.
D.
FUNGSI
PANTUN
1.
Alat pemelihara bahasa dan budaya masyarakat.
2.
Menjaga alur berpikir manusia.
3.
Melatih berpikir logis tentang makna kata.
4.
Melatih berpikir asosiatif tentang kaitan
kata yang satu dengan kata yang lain.
5.
Melatih berpikir spontan yakni berpikir
secara cepat dalam menangkap dan menanggapi sesuatu.
6.
Mencerminkan kepiawaian seseorang dalam
berpikir dan mengolah kata.
7.
Menjadi media pembelajaran.
8.
Menjadi media komunikasi tanpa menyinggung
lawan bicara secara langsung.
9.
Menjadi media hiburan, penyampaian aspirasi,
dan perekat tali persaudaraan.
E.
JENIS
PANTUN
1.
Berdasarkan
Struktur Teks Pantun
a.
Karmina
Yaitu
pantun kilat. Ciri-cirinya :
1) Terdiri
atas dua baris; baris pertama sampiran (pembayang) dan baris kedua isi
(maksud).
2) Bersajak/rima:
a-a
Contoh
:
1) Sudah
gaharu cendana pula, 2) Satu titik dua koma,
Sudah
tahu bertanya pula. Kamu cantik siapa yang punya.
b.
Talibun
Yaitu
jenis puisi bebas yang yang terdiri dari beberapa baris dalam rangkap untuk
menjelaskan pemeriaan. Ciri-cirinya :
1) Jumlah
barisnya genap; 6, 8, 10, hingga 12.
2) Rima
akhir berbentuk; a-b-c-a-b-c atau a-b-c-d-a-b-c-d.
3) Isi
pantun berdasarkan sebuah permasalahan yang diceritakan scara terperinci dengan
memanfaatln pengulangan kata pada baris berikutnya untuk memberikan penekanan.
Contoh
1) Talibun dengan enam baris 2) Talibun dengan delapan baris
1) Talibun dengan enam baris 2) Talibun dengan delapan baris
Bukan
hamba takut kan mandi, Lain pesisir dan Bukittinggi,
takut
hamba berbasah-basah, tidak
di darat hanya di rantau,
mandi
di lubuk pariangan. Palembayan
sama di dalam,
Sungai
beringin Tujuh Lurah.
Bukan
hamba takut kan mati,
takut
hamba kan patah-patah, Marilah
berjalan sekarang ini,
dalam
bertunangan. kita
pertaruhkan si langau hijau,
Beramanat di embun malam,
senanglah hati lompong bertuah.
c.
Pantun
Berkait
Yaitu
pantun yang terdiri dari beberapa bait yang sambung-menyambung. Ciri-cirinya :
1) Bait
pertama dan kedua merupakan satu stanza. Stanza adalahkumpulan larik/baris
sajak yang menjad satu struktur sajak
yang utuh dengan mengusung satu ide.
2) Minimal
terdiri atas dua bait yang berisi delapan baris.
3) Baris
kedua (sampiran) pada bait pertama akan menjadi baris pertama (sampiran) pada
bait kedua serta baris keempat (isi) pada bait pertama akan menjadi baris
ketiga (isi) pada bait kedua.
Contoh
Pantun berkait :
Manggistan
namanya kayu,
daunnya
luruh menelentang.
Mahkota
raja Melayu,
turun
dari bukit Saguntang.
Daunnya
luruh menelentang,
daun
puan diraut-raut.
Turun
dari bukit Saguntang,
keluar
dari dalam laut.
Pulau
Pandan jauh ke tengah,
Gunung
Daik bercabang tiga.
Hancur
badan dikandung tanah,
budi
yang baik dikenang juga.
Gunung
Daik bercabang tiga,
tampak
jauh dari seberang.
Budi
yang baik dikenang juga,
khidmat
bakti disannjung orang.
2.
Berdasarkan
Isi (maksud) Pantun
a. Pantun
suka cita g.
Pantun beriba hati
b. Pantun
duka cita h.
Pantun jenaka
c. Pantun
nasib i.
Pantun teka-teki
d. Pantun
perkenalan j.
Pantun nasihat
e. Pantun
berkasih-kasihan k.
Pantun adat
f. Pantun
perpisahan l.
Pantun agama
F.
KAIDAH
KEBAHASAAN TEKS PANTUN
1.
Diksi
atau Pilihan Kata
Diksi adalah pilihan
kata yang epat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Pantun yang digunakan
sebagai sarana komunikasi biasanya diksinya menggambarkan masyarakat pada
zamannya. Berdasarkan penggunaan diksi, pantun dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.
Pantun
Lama/Tradisional
Ciri-cirinya :
- Diksi yang digunakan biasanya berkaitan dengan alam dan kehidupan masyarakat sekitar.
- Banyak menggunakan kata arkais (tidak lazim dipakai lagi; ketinggalan; kuno)
- Hubungan antara sampiran dan isi masih sangat kuat; tidak hanya pada kesamaan rima tetapi pada kandungan maknanya saling berkorelasi. Artinya, sampiran dibuat sebagai pembayang isi yang mencerminkan kearifan dan kepiawaian seseorang dalam memahami perilaku alam/suasana sekitar (sebagai latar) yang dijalin dengan penuh kelogisan, wawasan, kewajaran, dan berestetika.
Contoh :
Jikalau gelap orang bertenun, Bila siang
orang berkebun,
bukalah
tingkap
lebar-lebar. hari
gelap naik ke rumah.
Jikalau
lenyap tukang pantun, Bila
hilang tukang pantun,
sunyi
senyap bandar yang besar. habislah
lesap
petuah amanah.
b.
Pantun
Baru/Modern
Ciri-cirinya :
- Diksi yang digunakan biasanya berhubungan dengan masyarakat modern dengan berbagai sarana dan prasarana yang mutakhir.
- Kata yang digunakan terkadang menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari atau istilah populer.
- Hubungan antara sampiran dan isi tidaklah erat, bahkan terkadang sudah tidak memiliki hubungan secara substansi. Artinya, sampiran boleh dibuat asal-asalan (hanya sebagai pelengkap rima)
Contoh :
Jalan-jalan
ke pasar keramik, Mencari
rumput di pinggir kali,
membeli
baju dan handphone baru. Rumput hijau tuk
makanan sapi.
Siapa
gerangan wanita cantik, Sungguh
galau
hatiku ini,
yang
tersenyum di hadapanku. Jika
sehari tak jumpa pujaan hati.
2.
Gaya
Bahasa atau Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan adalah
bahasa yang digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak
biasa, yang secara tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa kiasan ini termasuk
di dalamnya adalah majas/gaya bahasa, pepatah, idiom/ungkapan, dan peribahasa.
3.
Imajinasi
atau Citraan
Imajinasi atau citraan
adalah gambaran yang diciptakan secra tidak langsung oleh pelantun pantun yang
dihasilkan dari penggunaan diksi dan bahasa kiasan pada pantun. Citraan atau
penggambaran ini mengakibatkan pendengar atau pelantun pantun seperti dapat melihat
(imaji visual), mendengar (imaji auditif) dan mampu merasakan (imaji taktil).
Contoh :
Jikalau
gelap orang bertenun,
bukalah
tingkap
lebar-lebar.
Jikalau
lenyap tukang pantun,
sunyi
senyap bandar yang besar.
Imaji yang dilukiskan pada pantun di
atas terdapat imaji visual dan imaji
taktil. Imaji visual yaitu pada baris pertama seolah-olah pendengar mampu
melihat ada orang yang sedang menenun di dalam kegelapan sehingga harus membuka
tingkap/penutup dari kain lebar-lebar agar tidak gelap lagi. Sedangkan imaji
taktil terdapat pada baris ketiga dan empat yang menggambarkan seolah-olah pendengar
dapat merasakan suasana sunyi apabila para pelantun pantun sudah tidak ada lagi
di kota-kota besar.
4.
Bunyi
Yang termasuk bunyi
dalam pantun adalah rima dan irama. Rima atau persajakan merupakan unsur
pengulangan bunyi di akhir baris/larik pada pantun, sedangkan irama adalah
turun naik; tinggi rendahnya suara secara teratur dalam pelafalan pantun.
Fungsi dari bunyi pada pantun adalah :
1) Untuk
memperindah bunyi pantun saat dilantunkan.
2) Agar
lebih mudah diingat oleh pendengar.
3) Agar
lebih mudah dalam mengaplikasikan dan mengimplementasikan nilai moral dan
spiritual yang terdapat pada teks pantun.
G.
SYAIR
Syair adalah bentuk
puisi lama yang merupakan rangkaian kisah yang panjang. Ciri-cirinya :
1.
Tersusun atas empat baris dalam satu bait
2.
Semua baris merupakan isi
3.
Bersajak a-a-a-a
4.
Berisi suatu kisah yang tidak selesai dalam satu bait
karena digunakan untuk menceritakan sesuatu.
Contoh Syair :
Syair Nyayian Anak
Dengan bismillah kami
mulai,
Alhamdulillah salawatnya
nabi.
Dengan takdir
Allohurobbi,
sampailah maksud yang
dicintai.
Seorang anak cinta yang
lama,
sekarang sudah kami
terima.
Seorang anak diberi
nama,
kami ayunkan
bersama-sama.
Emas dan perak kami
ayunkan,
anak ditaruh di dalam
ayunan.
Tali ayunan kami
pegangkan,
emas dan perak akmi
nyanyikan.
Dipanggil kami orang
sekalian,
oleh ibu bapakmu tuan.
Serta diberi minum dan
makan,
menyertakan syukur
kepada Tuhan,
syukur kepada Allahuta’ala.
Karena mendapat intan
gemala,
memberi sedekah beberapa
pula.
Dengan sekadar ada
segala,
dipanggil sekalian kaum
kerabat.
Serta sekalian handai
sahabat,
segala jiran kawan berdekat.
Semuanya datang dengan
selamat,
jauh dan dekat datang
sekalian.
Besar dan kecil
laki-laki dan perempuan,
setengahnya datang ada
yang berjalan.
Setengahnya berjalan
berpayung awan,
ingatlah kami datang
bertalu.
……………………….. dst
H.
GURINDAM
Gurindam adalah puisi
lama (Melayu) yang terdiri atas dua baris dalam satu bait dengan irama akhir
yang sama, merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisi persoalan,
perjanjian, masalah dan baris kedua berisi jawabannya atau akibat dari masalah
atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Gurindam yang paling monumental
adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Berikut petikan
Gurindam Dua Belas tersebut :
Gurindam Dua Belas
Ini gurindam pasal yang pertama
Barang siapa tidak memegang
pasal agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang
empat,
maka ia itulah orang ma’rifat.
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia
menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan
yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah dia barang yang
terpedaya.
Barang siapa mengenal akherat,
tahulah dia dunia melarat.
(….)
Inilah gurindam pasal yang keduabelas
Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan
duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh alayat.
Kasihan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasta dan
cintai,
Ingatkan dirinya kan mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.
I.
PUISI
Pusi adalah karya
sastra lama yang sangat memperhatikan rima dan diksi. Puisi sering disebut juga
karangan yang terikat. Artinya, pembentukan puisi harus memperhatikan rima,
bait, bunyi dan diksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar