Selasa, 02 Desember 2014

PELAJARAN 2 MENAMBAH CITA RASA BAHASA MELALUI SENI BERPANTUN



 A.   PENGERTIAN PANTUN
         Adalah jenis sastra lisan yang berbentuk puisi lama; pantun juga bermakna tunjuk ajar yang di dalamnya terdapat nilai luhur agama, budaya dan norma yang dianut masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat disampaikan dalam bentuk kelakar (canda ria), sindiran, nyanyian, dan lain-lain.
         Pantun dikenal dengan nama yang berbeda-beda di beberapa daerah di Indonesia. Di Minang pantun dikenal dengan nama patuntun, di Jawa disebut parikan, di Sunda disebut paparikan, di Batak disebut dengan umpama atau ende-ende, Masyarakat Toraja mengenalnya dengan nama londe, di Aceh dikenal dengan nama panton, di Bengkulu disebut rejong. Di eropa, seperti Spanyol mengenal pantun dengan istilah copla, di Jerman dikenal dengan nama schnadahufle, di Italia disebut ritornello, di Latvia dikenal dengan nama dain.
         Lahirnya pantun di masyarakat Melayu diawali oleh kebiasaan masyarakat dalam menggunakan pantun untuk menyampaikan maksud tertentu. Panrun sering digunakan dalam acara kelahiran, pernikahan, pertemuan-pertemuan maupun pada acara adat lainnya sehingga saat itu penggunaan pantun menjadi alat atau sarana untuk berkomunikasi oleh masyarakat Melayu.

B.    STRUKTUR TEKS PANTUN
1.    Sampiran (pembayang)
         Sampiran biasanya berupa sketsa atau unsur alam atau suasana (mencirikan masyarakat pendukungnya). sampiran pada pantun berfungsi sebagai pengantar (paling tidak menyiapkan rima/sajak dan iramadua baris terakhir) untuk mempermudah pemahaman isi pantun.
2.    Isi (maksud)
         Isi atau maksud pantun umumnya merujuk pada dunia manusia yang meliputi perasaan,  pemikiran dan perbuatan manusia.

C.    CIRI-CIRI PANTUN
1.    Jumlah baris/lariknya genap.
2.    Terdiri dari dua bagian yaitu sampiran (pembayang) dan isi (maksud).
3.    Tiap bagian terdiri dari bait, rima atau persajakan, baris atau larik dan ritme atau irama.
a.    Bait adalah kumpulan beberapa baris/larik kalimat yang dapat terdiri dari 2 s.d. 4 baris dalam satu bait.
b.    Rima/persajakan adalah persamaan bunyi di akhir baris/larik.
c.     Baris/larik adalah kelompok kata yang membentuk satu kalimat.
d.    Irama/ritme adalah tinggi rendah; naik turunnya suara secara teratur dalam pelafalan.

D.   FUNGSI PANTUN
1.    Alat pemelihara bahasa dan budaya masyarakat.
2.    Menjaga alur berpikir manusia.
3.    Melatih berpikir logis tentang makna kata.
4.    Melatih berpikir asosiatif tentang kaitan kata yang satu dengan kata yang lain.
5.    Melatih berpikir spontan yakni berpikir secara cepat dalam menangkap dan menanggapi sesuatu.
6.    Mencerminkan kepiawaian seseorang dalam berpikir dan mengolah kata.
7.    Menjadi media pembelajaran.
8.    Menjadi media komunikasi tanpa menyinggung lawan bicara secara langsung.
9.    Menjadi media hiburan, penyampaian aspirasi, dan perekat tali persaudaraan.

E.    JENIS PANTUN
1.    Berdasarkan Struktur Teks Pantun
a.    Karmina
         Yaitu pantun kilat. Ciri-cirinya :
                                1)     Terdiri atas dua baris; baris pertama sampiran (pembayang) dan baris kedua isi (maksud).
                                2)     Bersajak/rima: a-a
Contoh :
1)     Sudah gaharu cendana pula,        2)  Satu titik dua koma,
      Sudah tahu bertanya pula.                Kamu cantik siapa yang punya.
b.    Talibun
         Yaitu jenis puisi bebas yang yang terdiri dari beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemeriaan. Ciri-cirinya :
                               1)     Jumlah barisnya genap; 6, 8, 10, hingga 12.
                               2)     Rima akhir berbentuk; a-b-c-a-b-c atau a-b-c-d-a-b-c-d.
                               3)    Isi pantun berdasarkan sebuah permasalahan yang diceritakan scara terperinci dengan memanfaatln pengulangan kata pada baris berikutnya untuk memberikan penekanan.
Contoh 
1) Talibun dengan enam baris                  2) Talibun dengan delapan baris
Bukan hamba takut kan mandi,                    Lain pesisir dan Bukittinggi, 
takut hamba berbasah-basah,                      tidak di darat hanya di rantau,
mandi di lubuk pariangan.                            Palembayan sama di dalam,
                                                                  Sungai beringin Tujuh Lurah.
Bukan hamba takut kan mati,
takut hamba kan patah-patah,                     Marilah berjalan sekarang ini,
dalam bertunangan.                                     kita pertaruhkan si langau hijau,
                                                                  Beramanat di embun malam,
                                                                   senanglah hati lompong bertuah.                                                                                                                                                  
c.     Pantun Berkait
         Yaitu pantun yang terdiri dari beberapa bait yang sambung-menyambung. Ciri-cirinya :
                                1)    Bait pertama dan kedua merupakan satu stanza. Stanza adalahkumpulan larik/baris sajak yang menjad satu struktur  sajak yang utuh dengan mengusung satu ide.
                                2)     Minimal terdiri atas dua bait yang berisi delapan baris.
                                3)     Baris kedua (sampiran) pada bait pertama akan menjadi baris pertama (sampiran) pada bait kedua serta baris keempat (isi) pada bait pertama akan menjadi baris ketiga (isi) pada bait kedua.
Contoh Pantun berkait :

Manggistan namanya kayu,
daunnya luruh menelentang.
Mahkota raja Melayu,
turun dari bukit Saguntang.

Daunnya luruh menelentang,
daun puan diraut-raut.
Turun dari bukit Saguntang,
keluar dari dalam laut.

Pulau Pandan jauh ke tengah,
Gunung Daik bercabang tiga.
Hancur badan dikandung tanah,
budi yang baik dikenang juga.

Gunung Daik  bercabang tiga,
tampak jauh dari seberang.
Budi yang baik dikenang juga,
khidmat bakti disannjung orang.

2.    Berdasarkan Isi (maksud) Pantun
a.    Pantun suka cita                      g. Pantun beriba hati
b.    Pantun duka cita                      h. Pantun jenaka
c.     Pantun nasib                            i. Pantun teka-teki
d.    Pantun perkenalan                  j. Pantun nasihat
e.    Pantun berkasih-kasihan        k. Pantun adat
f.     Pantun perpisahan                   l. Pantun agama

F.    KAIDAH KEBAHASAAN TEKS PANTUN
1.    Diksi atau Pilihan Kata
         Diksi adalah pilihan kata yang epat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Pantun yang digunakan sebagai sarana komunikasi biasanya diksinya menggambarkan masyarakat pada zamannya. Berdasarkan penggunaan diksi, pantun dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.    Pantun Lama/Tradisional
Ciri-cirinya :

  1. Diksi yang digunakan biasanya berkaitan dengan alam dan kehidupan masyarakat sekitar.
  2. Banyak menggunakan kata arkais (tidak lazim dipakai lagi; ketinggalan; kuno)
  3. Hubungan antara sampiran dan isi masih sangat kuat; tidak hanya pada kesamaan rima tetapi pada kandungan maknanya saling berkorelasi. Artinya, sampiran dibuat sebagai pembayang isi yang mencerminkan kearifan dan kepiawaian seseorang dalam memahami perilaku alam/suasana sekitar (sebagai latar) yang dijalin dengan penuh kelogisan, wawasan, kewajaran, dan berestetika.
Contoh :
 Jikalau gelap orang bertenun,                 Bila siang orang berkebun,
bukalah tingkap lebar-lebar.                       hari gelap naik ke rumah.
Jikalau lenyap tukang pantun,                    Bila hilang tukang pantun,
sunyi senyap bandar yang besar.                 habislah lesap petuah amanah.

b.    Pantun Baru/Modern
Ciri-cirinya :

  1. Diksi yang digunakan biasanya berhubungan dengan masyarakat modern dengan berbagai sarana dan prasarana yang mutakhir.
  2.  Kata yang digunakan terkadang menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari atau istilah populer.
  3. Hubungan antara sampiran dan isi tidaklah erat, bahkan terkadang sudah tidak memiliki hubungan secara substansi. Artinya, sampiran boleh dibuat asal-asalan (hanya sebagai pelengkap rima)
Contoh :
Jalan-jalan ke pasar keramik,                     Mencari rumput di pinggir kali,
membeli baju dan handphone baru.          Rumput hijau tuk makanan sapi.
Siapa gerangan wanita cantik,                    Sungguh galau hatiku ini,
yang tersenyum di hadapanku.                   Jika sehari tak jumpa pujaan hati.

2.    Gaya Bahasa atau Bahasa Kiasan
         Bahasa kiasan adalah bahasa yang digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa kiasan ini termasuk di dalamnya adalah majas/gaya bahasa, pepatah, idiom/ungkapan, dan peribahasa.

3.    Imajinasi atau Citraan
         Imajinasi atau citraan adalah gambaran yang diciptakan secra tidak langsung oleh pelantun pantun yang dihasilkan dari penggunaan diksi dan bahasa kiasan pada pantun. Citraan atau penggambaran ini mengakibatkan pendengar atau pelantun pantun seperti dapat melihat (imaji visual), mendengar (imaji auditif) dan mampu merasakan (imaji taktil).
Contoh :
Jikalau gelap orang bertenun,                                    
bukalah tingkap lebar-lebar.                                       
Jikalau lenyap tukang pantun,                                   
sunyi senyap bandar yang besar.                              

         Imaji yang dilukiskan pada pantun di atas terdapat  imaji visual dan imaji taktil. Imaji visual yaitu pada baris pertama seolah-olah pendengar mampu melihat ada orang yang sedang menenun di dalam kegelapan sehingga harus membuka tingkap/penutup dari kain lebar-lebar agar tidak gelap lagi. Sedangkan imaji taktil terdapat pada baris ketiga dan empat yang menggambarkan seolah-olah pendengar dapat merasakan suasana sunyi apabila para pelantun pantun sudah tidak ada lagi di kota-kota besar.

4.    Bunyi
         Yang termasuk bunyi dalam pantun adalah rima dan irama. Rima atau persajakan merupakan unsur pengulangan bunyi di akhir baris/larik pada pantun, sedangkan irama adalah turun naik; tinggi rendahnya suara secara teratur dalam pelafalan pantun.
         Fungsi dari bunyi pada pantun adalah :
                  1)    Untuk memperindah bunyi pantun saat dilantunkan.
                  2)    Agar lebih mudah diingat oleh pendengar.
                 3)    Agar lebih mudah dalam mengaplikasikan dan mengimplementasikan nilai moral dan spiritual yang terdapat pada teks pantun.

G.   SYAIR
         Syair adalah bentuk puisi lama yang merupakan rangkaian kisah yang panjang. Ciri-cirinya :
1.    Tersusun atas empat baris dalam satu bait
2.    Semua baris merupakan isi
3.    Bersajak a-a-a-a
4.    Berisi suatu  kisah yang tidak selesai dalam satu bait karena digunakan untuk menceritakan sesuatu.
Contoh Syair :
Syair Nyayian Anak
Dengan bismillah kami mulai,
Alhamdulillah salawatnya nabi.
Dengan takdir Allohurobbi,
sampailah maksud yang dicintai.

Seorang anak cinta yang lama,
sekarang sudah kami terima.
Seorang anak diberi nama,
kami ayunkan bersama-sama.

Emas dan perak kami ayunkan,
anak ditaruh di dalam ayunan.
Tali ayunan kami pegangkan,
emas dan perak akmi nyanyikan.

Dipanggil kami orang sekalian,
oleh ibu bapakmu tuan.
Serta diberi minum dan makan,
menyertakan syukur kepada Tuhan,
syukur kepada Allahuta’ala.

Karena mendapat intan gemala,
memberi sedekah beberapa pula.
Dengan sekadar ada segala,
dipanggil sekalian kaum kerabat.

Serta sekalian handai sahabat,
segala jiran kawan berdekat.
Semuanya datang dengan selamat,
jauh dan dekat datang sekalian.

Besar dan kecil laki-laki dan perempuan,
setengahnya datang ada yang berjalan.
Setengahnya berjalan berpayung awan,
ingatlah kami datang bertalu.

……………………….. dst
H.   GURINDAM
         Gurindam adalah puisi lama (Melayu) yang terdiri atas dua baris dalam satu bait dengan irama akhir yang sama, merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisi persoalan, perjanjian, masalah dan baris kedua berisi jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
         Gurindam yang paling monumental adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Berikut petikan Gurindam Dua Belas tersebut :
 Gurindam Dua Belas

Ini gurindam pasal yang pertama
Barang siapa tidak memegang pasal agama,
sekali-kali tiada boleh  dibilangkan nama.

Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma’rifat.

Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.

Barang siapa mengenal dunia,
tahulah dia barang yang terpedaya.

Barang siapa mengenal akherat,
tahulah dia dunia melarat.
(….)
Inilah gurindam pasal  yang keduabelas
Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.

Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.

Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh alayat.

Kasihan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.

Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasta dan cintai,

Ingatkan dirinya kan mati,
itulah asal berbuat bakti.

Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.

I.      PUISI
         Pusi adalah karya sastra lama yang sangat memperhatikan rima dan diksi. Puisi sering disebut juga karangan yang terikat. Artinya, pembentukan puisi harus memperhatikan rima, bait, bunyi dan diksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar