A.
PENGERTIAN
TEKS CERITA SEJARAH
Teks cerita
sejarah adalah teks yang berisi
rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi di masa lampau. Pencatatan
peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau termasuk dalam teks cerita
ulang atau teks rekon (recount). Pengalaman manusia di masa lampau
dapat dibangkitkan atau dihidupkan kembali melalui teks cerita ulang. Berbagai
nilai dan kearifan yang terdapat dalam peristiwa sejarah merupakan kekayaan
yang dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk mengatasi secara bijak
persoalan yang dihadapi demi mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Mengetahui
peristiwa sejarah tidak hanya asebatas proses transformasi pengetahuan mengenai
fakta masa lalu belaka tetapi yang terpenting adalah bagaimana belajar dari
sejarah tersebut. Dengan mengingat masa lalu, memahami masa kini dan
mempersiapkan masa depan maka diyakini seseorang akan dapat meraih cita-cita di
masa depan. Belajar dari sejarah akan menjadikan seseorang dapat melakukan
transformasi nilai yang perlu diteladani, menjadikan seseorang mampu memilih
dan memilah hal yang baik dan buruk. Oleh karena itu, sejarah tidak serta merta dapat dijadikan solusi dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi saat ini tetapi sejarah dapat memberikan
kemungkinan bagi siapapun yang mendapatkan pengetahuan tentang berbagai usaha
manusia di masa lalu, baik tentang keberhasilan maupun kegagalan dalam
menghadapi persoalan yang dihadapi.
Peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada
masa lampau. Peristiwa sejarah sebagai proses atau dinamika dalam konteks
historis termasuk dalam ilmu empiris (berdasarkan pengalaman; observasi,
praktik, eksperimen, discovery) sangat bergantung pada pengalaman manusia
sehingga sejarah pun dikategorikan sebagai ilmu kemanusiaan. Hal tersebut
dikarenakan sejarah membicarakan manusia dari segi waktu seperti perkembangan masyarakat
dari satu bentuk ke bentuk lainnya, kesinambungan sejarah yang terjadi dalam
suatu masyarakat, pengulangan peristiwa yang terjadi pada masa lampau,
perubahan pada masyarakat karena berbagai faktor, biasanya pengaruh dari luar
masyarakat itu sendiri.
Syarat sebuah peristiwa dapat
dikatakan sebagai peristiwa sejarah apabila peristiwa itu dapat dikorelasikan
dengan peristiwa lain sebagai bagian dari suatu proses atau dinamika dalam
konteks historis. Jadi antara peristiwa tersebut terdapat hubungan sebab akibat
(kausalitas) yang menunjukkan kesinambungan beberapa peristiwa. Dalam sejarah,
yang tunduk pada fakta, ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu :
1. Perkembangan
peristiwa sejarah
2. Kesinambungan
peristiwa sejarah
3. Pengulangan
peristiwa sejarah
4. Perubahan
manusia dalam kehidupan masyarakat
B.
CARA PENYUSUNAN
PERISTIWA SEJARAH
Untuk menyusun sebuah peristiwa sejarah dalam bentuk
teks cerita ulang maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu :
- 1. Mendapatkan informasi sejarah pada masa lampau.
- 2. Mengumpulkan data yang tepat, akurat serta autentik tentang peristiwa sejarah dari berbagai sumber, baik lisan maupun tulisan maupun berbentuk benda-benda yang berkorelasi dengan peristiwa sejarah yang dimaksud.
- 3. Meneliti secara cermat informasi sejarah yang didapat, dibandingkan satu sama lain lalu diinterpretasikan.
- 4. Membagi dan memilah berbagai kejadian dalam sebuah batasan waktu tertentu melalui periodisasi atau kurun waktu perisitwa sejarah menjadi pembabakan.
- 5. Merekonstruksi informasi tentang peristiwa sejarah yang diperoleh menjadi kisah sejarah yang mudah dipahami.
C.
CARA
PENYUSUNAN PERIODISASI SEJARAH
Periodisasi dalam peristiwa sejarah sangat penting sebab
peristiwa sejarah pasti berlangsung dalan kurun waktu yang lama dan
berkesinambungan tak terputus dalam satu periodisasi saja. Dengan membagi dan
memilah peristiwa atau kejadian dalam pembabakan akan memudahkan pembaca untuk
memahami dan mempelajari sebuah cerita sejarah. Periodisasi dapat dilakukan
dengan cara membagi dan memilah berbagai kejadian berdasarkan batasan waktu
tertentu secara kronologis sesuai dengan urutan waktu dari suatu peristiwa
sejarah. Urutan dalam menyusun periodisasi sejarah adalah :
1. Mengklasifikasikan
peristiwa sejarah berdasarkan jenis dan bentuknya.
Tujuannya agar cerita
sejarah yang dihasilkan fokus pada esensi, karakteristik, ciri-ciri dan masalah yang dipaparkan tanpa melenceng dari fakta sejarah. Jenis dan
Bentuk sejarah dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Sejarah
tentang seseorang atau tokoh dalam masyarakat atau bangsa.
Mengangkat cerita sejarah seorang tokoh dengan watak
atau karakteristik tertentu yang mampu mengubah perilaku suatu masyarakat atau
bangsa secara global dan optimal.
b. Sejarah
tentang masalah atau persoalan tertentu seperti sejarah geografis suatu wilayah
(sejarah dunia, sejarah nasional, sejarah lokal), sejarah ekonomi suatu bangsa,
sejarah sosial, sejarah ketatanegaraan atau sejarah politik.
2. Mengurutkan
peristiwa sejarah berdasarkan waktu kejadian, dari masa paling awal hingga
paling akhir.
Tujuannya agar tidak
terjadi kerancuan karena waktu kejadian yang terbalik urutan waktunya maupun
urutan waktu yang melompat-lompat. Hal ini dapat menimbulkan pemahaman yang
keliru tentang fakta sejarah sehingga harus dihindari.
D.
MODEL
PENYAJIAN INFORMASI
Urutan penyajian informasi sejarah dalam bentuk paragraf
yang baik harus memperhatikan tata urutan tertentu. Dalam penyajian informasi
berupa cerita ulang peristiwa sejarah terdapat beberapa model urutan yaitu :
1.
Urutan waktu
Dalam penyajian urutan yang berdimensi waktu, informasi
disajikan secara kronologis, mulai dari yang paling awal hingga yang paling
akhir terjadi. Namun dapat pula menggunakan metode kilas balik (flashback) yaitu dengan memulai cerita dari kejadian yang paling akhir
kemudian menuju kejadian paling awal secara berurutan.
2.
Urutan tempat
Dalam penyajian urutan berdimensi tempat, informasi yang
disajikan berdasarkan pada di mana tempat yang menjadi latar belakang sebuah
peristiwa sejarah terjadi. Penggunaan kata transisi (konjungsi) sangat berperan
untuk menunjukkan urutan tempat kejadian dari sebuah peristiwa sejarah yang
dipaparkan.
3.
Urutan umum-khusus
Informasi yang disampaikan berupa pemaparan peristiwa yang
umum atau menyeluruh berupa latar kejadian menuju peristiwa inti yang berupa
kejadian khusus sebagai bagian dari serita sejarah yang diungkapkan.
4.
Urutan pertanyaan-jawaban
Penyajian informasi biasanya berbentuk seperti hasil
wawancara (interview) yang berbentuk
paragraf. Penulis seperti menanyakan sebuah peristiwa kepada pembaca namun disisi
lain penulis menyampaikan informasi sebagai jawabannya.
5.
Urutan sebab-akibat
Penyajian informasi berupa penyampaian hal-hal yang menjadi
dasar (sebab) mengapa sebuah perisitwa sejarah terjadi kemudian disampaikan
akibat yang ditimbulkannya.
Semua model di atas akan memberikan informasi secara
runtut. Prinsip keruntutan sendiri pada dasarnya menyajikan informasi secara urut,
tidak melompat-lompat sehingga akan memudahkan pembaca dalam mengikuti jalan
pikiran penulis.
E.
STRUKTUR
TEKS CERITA SEJARAH
Struktur pembangun sebuah teks
cerita sejarah adalah :
1. Orientasi
Tahap pertama ini
memberikan informasi tentang situasi cerita sejarah yang diangkat dalam teks.
2. Urutan Peristiwa Sejarah
Tahapan ini menyediakan
rekaman mengenai peristiwa sejarah berdasarkan urutan waktu terjadinya
perisitwa sejarah tersebut. Bagian ini disajikan atas beberapa paragraf
disesuaikan dengan fakta rekaman waktu terjadinya peristiwa.
3. Reorientasi
Tahap ini berisi pemaparan
opini penulis yang dapat berupa kesimpulan dari sudut pandang penulis terhadap
peristiwa sejarah yang disampaikan. Tujuan tahap ini adalah untuk menghadirkan
kembali peristiwa sejarah tersebut pada masa kini. Tahap reorientasi bersifat
opsional atau pilihan. Artinya tahapan ini dapat saja tidak dihadirkan dalam
sebuah teks cerita sejarah.
F.
CIRI
KEBAHASAAN TEKS CERITA SEJARAH
Dalam
teks cerita sejarah terdapat beberapa kelompok kata, seperti kelompok nomina,
kelompok verba. Kelompok kata adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
predikatif. Artinya, diantara kedua kata itu tidak ada yang berkedudukan sebagai predikat dan hanya memiliki satu makna
gramatikal. Makna
gramatikal adalah makna yang berubah-ubah sesuai dengan konteks pemakainya.
Kata ini sudah mengalami proses gramatikalisasi, baik pengimbuhan, pengulangan,
ataupun pemajemukan Contohnya :
1.
Berlari =
melakukan aktivitas
2.
Bersedih =
dalam keadaan
3.
Bertiga =
kumpulan
4.
Berpegangan =
saling
1. Nomina (Kata Benda)
Salah satu ciri kebahasaan yangterdapat dalam teks cerita
sejarah adalah nomina (kata benda) yang dapat berfungsi mengidentifikasi siapa
dan apa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Biasanya teks sejarah
kerap menggunakan nomina yang telah mengalami nominalisasi yaitu pembentukan nomina dari kelas kata tertentu dengan
menggunakan afiks tertentu atau mengalami afiksasi (proses penambahan afiks).
Dalam pembentukan nomina, afiksasi yang terjadi antara lain sebagai berikut :
a.
Sufiks (akhiran) seperti –an, -at, -si, -ika, -in, -ir, -ur, -ris,, -us, -isme, -is, -isasi,
-isida, -ita, -or, -tas.
Contoh dalam kalimat :
- Buku bacaan yang dipegang Rika itu milik Rita.
- Realita menjawab keraguan publik tentang isu penurunan harga BBM di awal 2016.
- Politikus senior, Akbar Tanjung adalah tokoh dari partai Golkar.
b.
Prefiks (awalan) seperti ke-, pe-, se-
Contoh dalam kalimat :
1)
Menjadi ketua kelas adalah kebanggaan besar
buat Andi.
2) Peminat pelatihan bidang
kewirausahaan makin meningkat dengan berlakunya MEA di 2016.
3)
Kami akan tinggal serumah dengan ibu untuk
menjaganya di usia senjanya.
c.
Konfiks (awalan-akhiran) seperti ke-an, pe-an, per-an.
Contoh dalam kalimat :
1)
Polisi melakukan pemeriksaan kelengkapan
surat-surat kendaraan.
2)
Demonstrasi Hari Buruh menimbulkan kemacetan
di sepanjang jalan M.H. Tamrin hingga Sudirman.
3)
Pertandingan sepakbola Piala Eropa
akan mulai bergulir Mei 2016.
d.
Infiks (sisipan) seperti -el-, -er-, -em-
Contoh dalam kalimat :
1)
Telunjuk Bu Rini tergores pisau saat
memasak.
2)
Untuk memperbaiki gerigi sepeda motor perlu
kehati-hatian.
3)
Kemuning lembayung senja terpancar
dari wajahnya.
e.
Simulfiks (kombinasi afiks;
awalan-awalan-akhiran) seperti pemer-,
keber-an, kese-an, keter-an, pember-an, pemer-an, penye-an, perseke-an
Ada tiga jenis nomina yang dapat kita jumpai dalam teks cerita
sejarah yaitu :
a. Kelompok
Nomina Modifikatif (Pewatas)
Yaitu kelompok nomina
yang berfungsi sebagai pewatas pada kata atau frasa tertentu. Misalnya :
1)
Rumah (nomina) besar (modifikatif)
2)
Dua (modifikatif) botol (nomina)
3)
Ruang (nomina) makan (modifikatif)
b. Kelompok
Nomina Koordinatif (Tidak saling menerangkan)
Yaitu kelompok nomina
yang diantara nomina yang satu dengan yang lainnya memiliki makna yang berbeda
dan maknanya tidak saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Contohnya :
1) Lahir
batin
2) Sandang
pangan
3) Adil
dan makmur
c. Kelompok
Nomina Apositif (Keterangan yang ditambahkan atau diselipkan)
Yaitu kelompok nomina
yang berfungsi sebagai keterangan penjelas yang diletakkan ditengah kalimat
dengan memberikan tanda koma (,) sebelum dan sesudah keterangan penjelas
tersebut. Contohnya :
1)
Syahrini, artis pujaanku, akhirnya mem-follow akun
twitter milikku.
2) Presiden Jokowi bertandang ke Kabupaten Brebes, kota
penghasil bawang merah, untuk meresmikan tol Pejagan-Brebes.
3) Penurunan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), premium
dan solar, oleh pemerintah membuat masyarakat menyerbu POM bensin
untuk mendapatkan BBM dengan harga yang lebih rendah dari sebelumnya.
2. Verba (Kata Kerja)
a. Kelompok
Verba Modifikatif (Pewatas)
Yaitu
kelompok verba yang terdiri atas pewatas belakang dan pewatas depan.
1) Contoh verba dengan pewatas belakang :
a) Ia bekerja (verba) keras (pewatas) sepanjang hari.
b) Kami membaca (verba) buku (pewatas) itu sekali lagi.
2) Contoh verba dengan pewatas depan :
a) Kami yakin (pewatas) mendapatkan (verba) pekerjaan itu.
b)
Mereka pasti (pewatas)
membuat (verba) karya
yang lebih baik lagi pada tahun mendatang.
b. Kelompok
Verba Koordinatif (Tidak saling menerangkan)
Yaitu dua verba yang digabungkan menjadi satu dengan adanya
penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat :
1) Orang itu merusak dan menghancurkan tempat
tinggalnya sendiri.
2)
Kita pergi ke
toko buku atau ke perpustakaan.
c. Kelompok
Verba Apositif (Keterangan yang ditambahkan atau diselipkan)
Yaitu kelompok
verba yang berfungsi sebagai keterangan penjelas yang diletakkan
ditengah kalimat atau diselipkan dengan memberikan tanda koma (,) sebelum dan
sesudah keterangan penjelas tersebut. Contoh kalimat :
1) Ayahnya kini bekerja di perusahaan manufaktur, merakit komponen mobil, di
daerah Cikarang.
2) Larangan, tempat tinggalku dulu, kini
menjadi daerah pariwisata terkenal di Kabupaten Brebes.
3. Adverbia
(Kata Keterangan) Waktu Lampau
Yaitu kelompok kata yang
dibentuk dengan keterangan waktu. Contohnya :
a. Ditetapkan bahwa 1 Mei ditetapkan sebagai
Hari Buruh yang diperingati oleh kaum buruh seluruh dunia.
b. Tuntutan kaum buruh ini bermula
sejak era indusrti di awal abad ke-19.
4. Konjungsi
Temporal (Kata Hubung)
Yaitu kelompok kata yang mengacu
pada waktu dan menjadi sarana kohesi teks. Teks yang berkohesi sangat penting
agar susunan kata atau kalimat mudah dipahami, korelasi antara kalimat yang
satu dengan kalimat lainnya tetap berkaitan. Konjungsi temporal berfungsi untuk
menata urutan peristiwa agar tertata secara kronologis.
Jenis konjungsi temporal
dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :
a. Konjungsi
temporal yang menghubungkan dua kalimat atau lebih yang tidak sederajat.
Contohnya :
Apabila, bila, bilamana,
demi, hingga, ketika, sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selama, semenjak,
sementara, seraya, waktu, setelah, sesudah, tatkala, dan sebagainya.
Contoh dalam kalimat :
1) Seluruh
karyawan akan kembali bekerja apabila pihak perusahaan mencairkan tunjangan kesehatan selama dua
bulan yang belum mereka terima semenjak bulan November hingga Desember 2015.
2) Waktu itu Saya kaget seraya memanjatkan syukur
kepada Tuhan tatkala mendapatkan informasi bahwa saya sebagai pemenang
hadiah mobil dari BRI.
b.
Konjungsi
temporal yang menghubungkan dua kalimat atau lebih yang sederajat.
Contohnya : Sebelumnya dan sesudahnya.
Contoh dalam kalimat :
1) Masyarakat
kembali memperketat penjagaan di depan pintu masuk kompleks perumahan. Sebelumnya masyarakat tidak merasa khawatir
dengan isu pencurian yang akhir-akhir ini merebak sehingga tidak merasa perlu
untuk menambah penjagaan di pintu masuk perumahan mereka.
2)
Presiden
Jokowi menjelaskan dalam konfrensi pers bahwa awal Januari 2016 akan dilakukan
penurunan harga BBM, khusus premium dan solar. Sebelumnya beliau juga memberikan informasi bahwa penurunan harga
BBM ini akan disusul dengan penyesuaian tarif angkutan umum.
G. MENGANALISIS TEKS CERITA SEJARAH
G. MENGANALISIS TEKS CERITA SEJARAH
Sudah
diketahui bahwa teks cerita sejarah merupakan salah satu bentuk teks cerita
ulang/rekon (recount). Peristiwa masa
lamapu yang diceritakan melalui teks cerita sejarah ini menggunakan pola urutan
yang berdimensi waktu yaitu informasi disajikan secara kronologis; mulai dari peristiwa
yang awal hingga yang paling akhir terjadi.
Dalam
menyajikan pola urutan kronologis pada teks cerita sejarah dapat kita susun
melalui beberapa paragraf. Sebuah paragraf yang baik, setidaknya memiliki empat
ciri yaitu :
1. Keterpaduan (kohesi)
2. Keterkaitan (koherensi)
3. Kekonsistenan sudut pandang
4. Ketuntasan
Agar kata atau
kalimat dalam tiap paragraf yang membangun sebuah teks kohesif dan koheren maka
dapat digunakan beberapa sarana pengait kata atau kalimat tersebut yaitu :
1. Pengulangan (reduplikasi)
2. Penggantian
3. Konjungsi
Sebagai
sebuah teks, cerita sejarah harus mampu menjalankan fungsi sosialnya yaitu
merekonstruksi dan memberikan informasi yang berkaitan dengan kejadian dii masa
lampau. Untuk dapat mengevaluasi (menilai) sebuah teks cerita sejarah maka kita
perlu melakukan pengukuran informasi yang disajikan sesuai dengan informasi
yang dibutuhkan oleh kita atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar