Hari
Raya Idul Adha 1437 Hijriyah yang bertepatan dengan 12 September 2016 menjadi
moment penting bagi seluruh umat muslim di dunia. Di Indonesia peristiwa
bersejarah dan penuh pesan moral tersebut menjadi magnet bagi setiap kaum
muslim yang memiliki niat ikhlas untuk membelanjakan kelebihan finansial mereka di jalan Allah SWT
melalui ibadah kurban. Peristiwa kurban merefleksi kisah Nabi Ibrahim a.s. dan
Nabi Ismail a.s. yang dengan ikhlas melaksanakan perintah Allah SWT guna
mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta. Kesungguhan dan keikhlasan
keluarga Nabi Ibrahim a.s. untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail a.s.,
dibalas oleh Allah SWT dengan seekor hewan kurban. Keteguhan, kesabaran dan
keikhlasan Nabi Ibrahim a.s. telah memberikan suatu kesadaran bagi seluruh umat
muslim yaitu setiap perintah yang diberikan Allah SWT pastinya memiliki jawaban
yang fundamental untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan hamba-hambanya.
Apasih
makna berkurban? Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat Ash Shaaffaat:
102-107 "Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya), dan
Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
Dari
petikan ayat Al Quran tersebut, kita dapat menarik tiga ini makna dalam
berkurban seperti yang diperlihatkan dari keteguhan serta ketabahan hati yang
dimiliki Nabi Ibrahim a.s. yang pertama bahwa makna berkurban adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Berkurban” itu berarti
kesunggguhan manusia dengan menyerahkan segalanya kepada Allah Sang Pencipta.
Seperti misalnya Nabi Ibrahim a.s. yang telah mengikhlaskan putranya (Nabi Ismail a.s.)
yang sesungguhnya sangat beliau cintai, yang sudah lama beliau idam-idamkan kehadirannya dengan perintah Allah SWT maka beliau rela (ikhlas) untuk mengurbankan putranya tersebut. Begitu pun Nabi Ismail a.s. yangg kala itu menerima perintah orangtuanya yang telah mendapatkan perintah langsung dari Allah SWT untuk menyembelihnya. Hal ini mengidikasikan dan mengimplementasikan sikap penyerahan diri (tawakal) kepada Allah SWT.
Kedua, dengan
cara berkurban manusia sesungguhnya diajarkan untuk berbagi kepada manusia lainnya. Tentunya manusia yang dikategorikan untuk menerima hasil kurban adalah mereka yang kurang mampu. Kita ketahui bersama bahwa Allah SWT selalu mempunyai alasan yang cukup fundamental mengapa memerintahkan kepada para hambanya (manusia) untuk melaksanakan kurban. Dengan adanya kegiatan berkurban setiap manusia khususnya kaum muslim yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas mampu merasakan bagaimana nikmatnya daging kurban dan lebih luas lagi mereka dapat merasakan bahwa masih banyak orang yang peduli terhadap lingkungan sosial di sekitarnya.
Ketiga, melalui ibadah kurban maka rasa keikhlasan dari manusia diuji. Diuji dari sifat berlebihan, rakus
dan tamak akan harta dunia yang mereka senangi. Ibadah kurban itu pada dasarnya mengajarkan kepada manusia untuk berbagi kepada sesama karena dari setiap harta yang kita miliki di dalamnya terdapat hak fakir miskin, Hal tersebut menggambarkan dengan memberikan
apa yang telah kita cintai (duniawi) serta apa yang kita sayangi, dalam hal ini
adalah harta yang kita miliki, yakni dengan cara berkurban tersebut maka diharapkan harta yang kita miliki semakin berkah dan bermanfaat.
Allah SWT mengajarkan kepada kita melalui sejarah para Nabi dan Rasul-Nya. Pada dasarnya melalui kegiatan berkurban ini bertujuan melatih
setiap manusia untuk meneladani apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s.
dan Nabi Ismail a.s. dalam menjalankan esensi perintah Allah SWT untuk
berkurban.
Dalam
ilmu pedagogik, khususnya yang mengarah pada pendidikan karakter, maka kegiatan
berkurban ini merupakan bentuk implementasi dari nilai pendidikan karakter
yaitu nilai religius, nilai toleransi, nilai peduli lingkungan dan nilai peduli
sosial. Penanaman sikap dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam
ibadah kurban patut disosialisasikan dan diaplikasikan bahkan dibudayakan dalam
dunia pendidikan islam kita. Hal itu tentu tidak lain guna melahirkan manusia
Indonesia yang senantiasa memiliki sikap dermawan, rendah hati (tawadu), ikhlas
membantu sesama dan peka terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Selain dari
itu, pastinya melalui ibadah kurban kita dilatih untuk meningkatkan ketakwaan
kepada Allah SWT sehingga nilai pahala kita bertambah, keberkahan atas rizki
yang telah Allah SWT berikan pun makin berlipat ganda, kemudian dengan
berkurban kita dapat menjaga silaturahim sehingga mampu membangun solidaritas
antarsesama, serta melalui ibadah kurban kita juga menghindarkan diri dari
sifat tamak, rakus atau serakah.
Begitu
banyak nilai pendidikan yang dapat dipetik dan diajarkan kepada diri siswa
melalui ibadah kurban. Apabila sedini mungkin siswa sudah dikenalkan dengan
berbagai nilai positif, yang salah satunya didapatkan dari pendidikan berkurban
di sekolah, maka bukan tidak mungkin negara ini akan terlepas dan terbebas dari
karakter manusia yang bermental koruptor. Dengan berkurban keikhlasan manusia
diuji, diuji dari sifat tamak, rakus dan serakah akan harta benda duniawi yang
disenangi. Berkurban itu salah satu esensinya memberikan apa yang kita senangi,
kita sayangi dan kita cintai (duniawi) kepada orang lain yang kurang mampu.
Semoga melalui kegiatan berkurban kita terhindar dari sifat tercela seperti
yang digambarkan oleh watak para koruptor.